Di ruang tengah, orangtua mereka duduk di sofa panjang. Saat Rumana dan Farah menghampiri mereka, Ilyas mematikan televisi. Jessica tersenyum manis kala kedua putrinya duduk di hadapan mereka.
"Kak Rum, lagi nggak sibuk, 'kan?" tanya Ilyas.
Farah yang menjawab, "Enggak, kok, Pa."
Rumana hanya menaikkan bahu.
"Kak Rum, ada yang ingin kami tanyain," ungkap Jessica.
Lagi-lagi, Farah yang menjawab, "Silakan aja, Ma."
Rumana melirik ke arah adiknya sekilas lalu kembali menatap ibunya sambil mengangguk.
"Apa selama ini Kak Rum ada pacar?" tanya Jessica dengan lembut.
"Oh, nggak ada, Ma. Mana sempat Kak Rum punya pacar. Dia kerjanya cuma belajar," terang Farah.
"Farah," tegur Ilyas, "Mama lagi ngomong sama kakak kamu."
"Emang Kakak nggak punya pacar, kok, Pa. Tanya aja sama orangnya," yakin Farah dengan santai.
Ilyas memperingatkan Farah lagi. "Dari tadi Mama nanya ke kakak kamu. Tapi kamu terus yang jawab."
Jessica mengulangi pertanyaannya pada Rumana. "Jadi, Kak Rum belum punya pacar, 'kan?"
"Belum, Ma," jawab Rumana dengan lirih. Kini Rumana tahu apa yang harus dilakukannya, mencari kekasih baru.
"Kak Rum, kalau Mama liat, Ghani ... pria yang baik. Kita udah mengenal keluarganya. Mama nanya ke Tante Indah, apa Ghani udah ada pacar. Tante Indah bilang, belum punya. Kak Rum mau, kalau seandainya Kak Rum dinikahkan dengan Ghani?" tanya Jessica.
"Cocok!" sela Farah, "Kak Rum dan Kak Ghani pasangan yang serasi. Dokter sama dokter, bisa tuker-tukeran pasien nanti."
Farah tergelak. Begitu Ilyas menatapnya dengan penuh peringatan, gadis itu segera meredam tawanya.
Rumana tentu saja terkejut, tak menyangka sang ibu akan menjodohkannya dengan Ghani. Ini seperti mimpi. Tidak, sih, Rumana tidak pernah memimpikan Ghani. Jika itu Rangga, memang sering diimpikan Rumana. Belakangan, wanita muda itu malah bermimpi jika Rangga di pelaminan dengan wanita lain.
Menggelengkan kepala, Rumana berusaha menghapus ingatan tentang Rangga. Pria itu harus dilenyapkan dari hati dan otaknya. Mungkin dengan menerima perjodohan ini, pikir Rumana. Lagipula, ini Ghani yang akan dijodohkan dengannya, bukan orang lain.
Ghani sudah dikenalnya sejak kecil. Ghani yang Rumana yakin juga mengetahui semua tentang dirinya. Lalu apa Ghani setuju dengan perjodohan ini? Bagaimana jika Ghani tidak setuju? Rumana bingung sendiri. Oh, jika Ghani tidak setuju, Rumana tetap akan membujuk Ghani menikahinya lalu mereka bisa bercerai setahun kemudian. Baiklah, Rumana sudah menentukan pilihannya.
"Nikah sama Kak Ghani, Ma? Emang Kak Ghani mau nikahin Rum?" tanya Rumana, memastikan.
"Tante Indah udah nanya Ghani duluan sebelum membicarakan hal ini dengan Mama."
"Kalau begitu, Rum setuju."
"Tidak!" pekik Farah, berdiri dari tempatnya duduk.
Jessica terkejut dengan gerakan Farah yang tiba-tiba. Sedangkan Rumana yang duduk di sebelah Farah juga berjengit lalu memukul adiknya dengan bantal sofa.
"Apaan, sih?! Kaget tau," gerutu Rumana.
Ilyas sudah mulai geram pada putri keduanya itu. "Nadira Farah! Kamu kenapa, sih?"
"Mama sama Papa nggak bisa main jodoh-jodohan begini. Kak Rum sedang merintis karir kedokterannya. Mama sama Papa harusnya mendukung, bukannya menghambat."
"Farah, Mama cuma ingin kakak kamu menikah dengan Ghani. Dia tetap bisa menjadi dokter setelah menikah, kok. Lagian, kenapa kamu yang menolak? Kakak kamu aja setuju, kok," tegur Jessica.
"Emang Kakak beneran mau?" tanya Farah pada kakaknya.
"Iye," jawab Rumana dengan malas.
"Oh," Farah duduk kembali.
❤❤❤
"Cinta Rumana" berganti judul menjadi "Rumana". Versi lengkap sudah tersedia dalam bentuk novel, e-book di Google Play, dan platform KaryaKarsa. Versi Wattpad hanya untuk spoiler. Jadi hanya cuplikan-cuplikan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMANA
Romance"Cinta Rumana" berganti judul menjadi "RUMANA" *** Rumana Ali Burhan yang terluka karena pengkhianatan mantan kekasih, akhirnya bersedia dijodohkan dengan sahabat sendiri, Ghani Firmansyah. Rumana yakin rumah tangganya bisa bahagia meski tanpa cinta...