Rumana: 4

532 49 0
                                    

"Di dunia ini, orang yang aku cintai cuma Kak Ghani. Apa pun yang terjadi, Rum tetap cinta Kak Ghani. Jangan lupain itu," ungkap Rumana seraya memejamkan mata. Terlena oleh asmara yang membelenggu jiwanya.

Ghani mencium puncak kepala Rumana. "I love you more than my own life," balas Ghani. Tangannya membelai rambut indah Rumana.

"Kak, api," ucap Rumana dengan lirih.

"Kalau nggak pakai api, jagung berondongnya nggak bakal mateng, dong," balas Ghani.

Rumana berusaha melepaskan pelukan Ghani, tetapi pria itu enggan menjauhkan tubuhnya. "Itu api, Kak! Kak Ghani!" Rumana meninggikan suaranya dan meronta.

Dengan malas Ghani merenggangkan pelukannya. Rumana tak pernah betah diajak bermesraan dalam waktu yang lama. Ada saja yang dia lakukan. Belum punya bayi saja sudah susah begini. Mungkin kalau ada bayi, perhatian Rumana untuk Ghani akan terbagi.

"Api!" seru Rumana, seraya menunjuk ke arah belakang Ghani.

Ghani membalikkan badannya dengan malas. Sekarang apa lagi? batinnya. Namun, Ghani terlonjak ketika melihat api membakar jagung berondong di atas frypan karena Ghani terlalu lama meninggalkannya. Dia bergegas menghampiri kompor lalu mematikannya.

"Api! Umi, kita diserang api. Umi, tolong!" teriak Rumana. Wanita itu histeris hingga menaiki kursi.

Sementara Ghani yang sedang panik, kini bertambah emosi melihat perilaku istrinya. "Rum, ngapain kamu naik-naik kursi?! Nanti jatuh. Turun!" perintahnya.

Setelah Rumana turun dari kursi, Ghani kembali menyuruhnya, "Bukain pintu belakang, Rum."

"Iya, Kak!" jawab Rumana sambil berteriak. Ada rasa takjub di diri Rumana kepada suaminya. Dia melihat Ghani memegang frypan dengan api menyala-nyala seperti chef di televisi. Jika di televisi, apinya hanya dalam hitungan detik, tetapi di dapurnya kali ini apinya berkobar dengan durasi lebih lama. Rumana serasa menonton acara memasak secara live.

Di sisi lain, Ghani bahkan tak bisa mengartikan teriakan Rumana, apakah istrinya itu panik, atau justru antusias. Masa ada makanan terbakar dia jadi antusias?

Frypan berisi jagung berondong yang terbakar itu dibawa Ghani keluar dapur melalui pintu belakang ke arah taman. Ghani melemparnya begitu saja karena api yang berkobar membakar bungkus yang terbuat dari aluminium itu tak bisa dipadamkannya dengan serbet. Tentu Ghani tak ingin tangannya terluka.

Tak Ghani sadari, lemparannya mengenai bunga anggrek milik Indah. Lelehan bungkus alumunium yang terbakar menempel pada tangkai bunga, sehingga api ikut membakar tanaman itu.

"Aduh, bunganya ikut kebakar!" teriak Ghani panik.

Sementara Rumana memandang sekelilingnya. Ketika ia melihat selang air yang tergulung, segera saja diambilnya. Setelah menyalakan keran, Rumana menyemprotkan air ke pot bunga dan frypan yang terbakar hingga apinya padam.

"Alhamdulillah," ucap Rumana. Untungnya Rumana tahu pasti, elemen air bisa meredam elemen api.

"Sekali lagi warga kota terselamatkan." Rumana mengembuskan napas lega.

"Good job, Rum," puji Ghani pada istrinya. Dia mendekat ke arah wanita itu dan merangkul pundak Rumana. Dikecupnya puncak kepala Rumana. Dia bersyukur Rumana tak lari saat Ghani panik menghadapi api seorang diri.

"Astaghfirullohal adzim. Ada apa ini?"

Suara Indah membuat Ghani dan Rumana membalikkan badan.

Indah datang dengan Surti yang berjalan di belakangnya. "Rum nyiram tanaman Umi malem-malem gini?" tuduh Indah pada menantunya.

Rumana terkejut karena ketahuan masih memegang selang air. Dia melemparnya sembarangan. "Itu ... anu, Mi ...."

"Ya Allah ... anggrek Umi!" pekik Indah ketika melihat bunga kesayangannya hangus dan basah. "Apa yang kalian lakukan?!" Indah meninggikan suaranya.

"Tadi Ghani nggak sengaja mau ...."

Indah melihat frypan yang tergeletak di atas rumput dan segera memungutnya. Dia tercengang melihat kondisinya. "Ini frypan asli buatan Inggris. Sekecil ini dihargai tiga juta," tutur Indah seraya menunjukkan pada Ghani. "Kemarin Umi baru lunasin pembayarannya. Dan sekarang ...."

Tubuh Indah terasa lemas. Anggrek yang senantiasa ia rawat seperti anak sendiri—bahkan Indah sempat akan menamai 'Melisa'—kini bentuknya sudah tak jelas. Frypan kualitas terbaik dengan merek sama seperti perabot milik chef kesayangannya, kini rusak begitu saja. Hati Indah remuk dihantam badai kehidupan—yang diciptakan anak dan menantunya. "Ya Allah, ya rabbi," lirihnya.

"Ehm, Ghani mau beresin kamar yang baru, ah," ujar Ghani dengan lembut. Perlahan dia mundur dari lokasi kejadian perkara.

"Ayo, Rum," bisiknya pada Rumana dan menarik tangan wanita itu.

"Oh, Rum harus bantuin Kak Ghani," ucap Rumana, segera mengikuti suaminya masuk rumah.

Sementara Surti berjalan mendekati majikanya. Dia memegangi lengan Indah yang terlihat masih syok. "Sabar, Bu," ujarnya.

"Ghani! Rumana!" teriak Indah dengan geram.

"Ghani! Rumana!" teriak Indah dengan geram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RUMANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang