Setiap pagi, mataku selalu mencari keberadaanmu. Berusaha memindai setiap orang yang lalu lalang di hadapanku.
Mataku tertuju pada jaket biru tua milikmu, benda yang berada di pundakmu sejak bertahun-tahun lamanya.
Seperti rasa dan selamat tinggal yang menggantung di bibir saat kamu pergi.
Kamu melewatiku, entah menatapku atau tidak. Aku hanya sekeping fragmen masa lalumu. Aku bahkan tidak yakin kamu ingat.
Walaupun jika kamu bertanya, aku selalu mengingatmu, juga kenangan itu.
Aku menghindar saat kamu melewatiku. Memasang tampang datar, berusaha sinis, berusaha terlihat sudah melupakanmu, berusaha menahan diriku untuk jatuh kepada iris kecoklatan milikmu.
Setelah kamu berlalu, aku tersenyum miris.
Untuk apa berpura-pura, padahal getar ini masih sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, The One You Left Behind
PoesíaSesuatu yang tidak tersampaikan, pada akhirnya akan bermetamorfosis menjadi rangkaian kata dalam surat. Perasaan(ku) yang tidak tersampaikan, tidak akan pergi kemana-mana selama nama(mu) masih menggema dalam relung hati(ku)