Benar saja, matahari sedang menyapaku, ayolah Keke. Tadi hanyalah mimpi. Mana mungkin Eja menyukaiku dia hanya menganggapku teman. Aku yang terlalu berlebihan kepadanya.
Handphoneku masih ada disamping aku tidur, jelas saja. Aku tertidur setelah Eja menelefon, Harusnya aku senang jika aku mimpi seperti tadi, itu adalah mimpi terbaikku. Namun hatiku berkata sebaliknya, aku ingin mimpi itu benar-benar terjadi didalam hidupku.
Baru saja aku menghampiri kelas, aku sudah di datangi oleh Seila.
"Ke."
"Apa."
"Galak amat mba."
"Apaan sih lo."
"Kenapa lo ke."
"Gue semalem mimpi tentang Eja."
"Apa yang buat lo bt?"
"Dia nembak gue."
"Harusnya lo senang lah."
"Gue maunya itu beneran."Seila hanya memandangku diam, aku tidak mengerti maksudnya. Mungkin dia hanya tidak mau membahas lagi karena dia tau aku sedang benar-benar merasa tidak ingin diganggu karena mimpi semalam.
***
"Aku ingin menanyakan sesuatu."
Disaat aku berjalan sendiri di lorong sesudah jam sekolah, tepat di belakangku ada seseorang yang berbicara padaku. Aku kenal orangnya. Benar saja dia Eja.
"Sejak kapan kamu mengikutiku."
"Sejak kamu memutuskan ingin berjalan sendirian ke lorong sekolah."
"Kamu memata-mataiku?"
"Aku bukanlah anggota detektif. Aku hanya memperhatikanmu dari kejauhan menunggu waktu yang tepat untuk menanyakan pertanyaanku."
"Dan ini pertanyaanmu yang semalam?"
"Iya, kamu harus menjawabnya."
"Ya ya baiklah. Ingin menanyakan apa?"
"Sepertinya moodmu sedang tidak bagus, kenapa?"Eja benar, kenapa aku jadi kesal kepadanya? Kenapa diriku? Apa yang salah dari dirinya? Ah, jika saja mimpi hidup nyata dan bisa aku marahi aku tidak akan bersifat seperti ini kepadanya. Karena semua kemarahan terhadap ambisiku yang ingin memilikimu sudah terlepaskan.
Aku tetap berjalan lurus kearah atap sekolah, tetapi masih mendengarkan Eja yang terus berbicara dan menanyakan banyak hal kepadaku.
"Kamu datang hanya untuk menanyakan moodku?"
"Bukan itu maksudku."
"Lalu?"
"Kenapa kamu sangat dekat dengan Luki?"Langkahku terhenti. Aku tidak mengerti mengapa Eja menanyakannya padaku. Luki adalah temanku dari kelas sebelah yang seringkali menggangguku ataupun jika dia sedang baik, dia memberikan pertolongan. Aku akui terkadang pertolongannya sangat membantu.
Aku masih tidak mengerti kenapa Eja menanyakan Luki? Apakah Eja cemburu pada kedekatanku dengan Luki? Dia tidak mungkin cemburu padaku, bodoh sekali jika aku harus berfikir seperti itu.
"Ada apa? Kenapa kamu diam?"
"Untuk apa kamu menanyakan hal itu?"
"Aku hanya tidak ingin kamu mendekatinya."
"Karena apa?"
"Karena aku tidak ingin-""Ejaaa.." tiba-tiba saja ada seseorang perempuan berteriak memanggilnya dan memotong perkataannya.
"Ada apa?" Tanya Eja
"Kamu dipanggil Pak Wijaya untuk memberi keterangan event pensi nanti"
"Baiklah, nanti saya kesana"Tidak heran bagiku, jika banyak wanita yang menghampirinya, dia adalah ketua osis yang tentu famous dan hits, banyak sekali yang mengidam-idamkan Eja, dia memang tampan. Apalagi sikap baik dan ramahnya kepada semua orang yang terkadang membuat wanita bawa perasaan kepadanya.
"Aku janji, aku tidak akan lama"
"Aku akan menunggu"
"Terimakasih putri cantik"Setelah dia hilang dari pandanganku. Aku kembali berjalan sendiri menuju atap sekolah, aku sering melakukan itu. Dan selalu pulang telat hanya untuk melihat senja dari atas sekolah ditemani Eja. Biasanya aku juga sering menunggu Eja rapat organisasi di sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Sunset
Teen FictionApa salahnya dengan senja? Bahkan kamu enggan menyapanya, biarkan senja redup dan berbisik menceritakan kenangan pahit atau manis kepada dia pendengar setia yang ingin mengetahui akhir ceritanya. Jika tak ingin lihat, masuklah, aku tidak memintamu...