Three

180 20 4
                                    

Suara huru hara selalu terdengar dikantin saat sela-sela waktu istirahat. Ada yang sedang membaca buku, ada yang tidak sabar dengan pesanannya, ada yang hanya berbincang-bincang tanpa memesan makanan. Saat ini aku sendirian, Seila bilang dia masih mau menyelesaikan tugas Matematikanya. Dan yang bikin moodku hari ini tidak baik adalah, Eja sedang dikelilingi oleh teman-teman osis wanitanya.

Huft, hari ini sejuk. Pagi tadi hujan. Namun saat lihat mereka seolah-olah duniaku sangat panas. Aku sedang diam, menatap ponsel yang hanya melihat story di Instagram. Tiba-tiba saja Ada seseorang duduk di hadapanku.

"Keke"
"Eh iya ki, lo ngagetin." Jawab aku terkejut.
"Hehe maaf deh." Katanya dengan sedikit tertawa.
"Ko ga makan?"
"Ga laper"
"Ko ga minum?"
"Ga haus"
"Ko ga cemburu?"
"Ya jelas lah gue cem-" perkataanku terhenti, aku tersadar dia sudah melenceng dari topik pembicaraan.
"Hahaha." Tawanya sangat keras.
"Kena kan lo." Jawab dia masih dengan tertawanya

Jujur saat itu mukaku memerah, sejak saat itu aku berfikir dia mengetahui aku menyukai Eja. Dan sepertinya aku bisa banyak cerita dengannya jika aku mau.

"Ki."
"Iya?"
"Lo tau kan Pricilla and the gengs yang ganas itu?"
"Iya gue tau."
"Gue denger-denger mereka suka sama Eja?" Jawabku lagi.
"Iya, katanya gitu." Jawabnya datar
"Gue serius ki"
"Gue juga"
"Kenapa harus Senja sih Ke dari banyaknya orang di SMA Terfavorit di Jakarta ini, di seluruh Indonesia."
"Perasaan itu gabisa lo arahin Ki." Aku berdiri dan meninggalkannya.

Sebenarnya aku sedikit kesal dengan perkataan Luki di kantin sekolah tadi. Siapa dia bisa mengatur perasaanku. Punya hak apa dia atas semua perasaan ini. Sepertinya di dunia ini banyak orang yang harus dilenyapkan. Batinku.

Sebenarnya aku tidak tahu ingin kemana, jadi aku memutuskan kembali ke kelas untuk menyusul Seila.

Sesampainya disana aku kecewa melihat ternyata di kelaskosong. Seila tidak tahu kemana. Tetapi dengan begitu aku bisa merebahkan diriku sebentar di meja dengan semua kesunyian ini.

Sebenarnya aku wanita yang cenderung lebih suka sepi dibandingkan ramai. Dengan sepi aku bisa mengistirahatkan sejenak fikiran, pendengeran, dan penglihatan. Aku lelah dengan semesta yang selalu memunculkan orang-orang baru dalam hidup. Aku suka berteman namun susah untuk beradaptasi.

Dengan begitu, kamu mengerti bagaimana perasaanku. Aku akan lebih memilih mempertahankan perasaan yang tidak dibalas ini dibandingkan harus mencari orang baru yang belum tentu lebih baik dari apa yang aku harapkan.

"Ke."
Ada yang menepuk pundakku.
"Iya seil?" Saat aku melihat ke arahnya ternyata dia Eja.
"Eh kenapa Ja?" Jawabku lagi.
"Maaf ya tadi aku sibuk banget ngurusin event pensi besok, sampe gabisa nyamperin kamu dikantin"
"Iya gapapa Ja, aku ngerti ko."
"Gimana kalo nanti siang aku beliin kamu 3 buku."
"Terserah deh kamu boleh milih 2 buku apa aja tapi satunya aku pilihin ya." Katanya dengan tersenyum.
"Yey asik, beneran ya Ja." Kataku dengan muka seperti anak kecil dibelikan permen.
"Iya putri cantik." Dia menjawab sambil mencubit pipiku.

Aku yakin, pipiku yang putih ini sudah berubah menjadi kepiting rebus. Ah Eja, seandainya aku boleh teriak. Aku akan teriak agar semua orang tau bagaimana bahagianya aku sekarang.

***

"Kamu udah pilih 2 buku yang kamu suka?."
"Sudah." Kataku sambil masih memilih buku-buku yang bagus.
"Oke, kamu harus baca buku ini."

Dia memberikannya padaku dengan senyuman paling manis yang pernah ia perlihatkan. Judul bukunya adalah Your'e my Everything aku tidak tahu siapa penulis buku ini.

Yang ku lihat dari sinopsisnya adalah tentang seorang wanita yang menyukai satu cowo yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Aku sempat bingung dan tidak mengerti apa yang dia maksud dengan memberikan buku ini. Ada banyak hal teka-teki dalam suatu perjalanan hidup yang kita tidak tahu akan menjadi cerita bahagia atau menyedihkan.

Story of SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang