Aku terbangun dan bergegas menyadarkan diri, setelah aku sadar aku berada dimana dan akupun menyadari jika aku tertidur di dalam perpustakaan. Lebih tepatnya di bahu Eja, iya aku pastikan dia tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya karena dia ingin aku tetap terjaga dalam tidurku.
"Senja."
"Kamu udah bangun?"
"Kenapa aku bisa tidur dipundak kamu?"
"Kamu kan emang tukang tidur."
"Ejaaaaa."
"Hehehe." dia menyeringai pelan dengan mengusap kepalaku.Akupun langsung membenarkan posisiku dan beralih dari pundak Eja, bisa dibilang dia adalah sahabat terbaik sepanjang aku mengenal arti pertemanan.
Senja Dikusuma adalah sahabat pria pertama yang sangat dekat denganku, lebih tepatnya pertama dan terakhir karena tidak ada lagi sahabat priaku selain dia.
Dia adalah orang ketiga yang paling peduli kepadaku setelah bunda dan Selia sahabat kecil yang sampai sekarang masih bersama denganku. Entah aku yang merasa diistimewakan atau dia memang menepatkan aku didalam posisi itu?
Dia punya masa lalu yang sampai detik ini dia masih terjebak pada masa lalunya dengan Bella. Seseorang yang bisa membuat Eja tidak bisa melupakannya atau sudah dilupakan? Sungguh aku tidak pernah dengar terucap lagi nama Bella dari perkataannya.
Aku tidak berharap banyak dengannya hanya seorang teman yang selalu ada disaat ia membutuhkannya, semoga akan selalu begitu.
"Ja, jam berapa sekarang?"
"Jam 10, ada apa?"
"Astaga! Aku harus mengikuti pelajaran fisika."
"Sudah terlambat satu jam untuk masuk ke kelas."
"Kenapa kamu tidak membangunkan!"
"Bagaimana bisa aku menganggu tidur nyenyakmu di pundak ku?"
"Ja sudahlah, aku ingin ke kelas."
"Untuk dihukum dan akhirnya disuruh mengerjakan hukuman itu dengan membosankan maksudmu?"Eja benar, aku sudah terlambat satu jam untuk mengikuti pelajaran fisika. Tentu saja jika aku masuk, aku akan dihukum dan alhasil aku tidak akan mengikuti pelajaran. Lebih baik aku disini bersamanya dan mengerjakan hal-hal penting lainnya.
"Pelajaran siapa dikelasmu sekarang?"
"Pak Wijaya."
"Pelajaran pak galak itu? Dan kamu santai saja?!"
"Jika aku tetap disini bersamamu aku akan baik-baik saja."
Dialah Eja, Senja Dikusuma. Yang selalu bisa menjawab semua pertanyaanku dan menaikan kembali perasaan baik ku dari semua hal buruk yang terjadi didalam hari-hari ku."Ikutlah denganku, aku janji kamu tidak akan bosan." Katanya dengan tersenyum.
"Tapi, kemana?"Dia langsung menarik tanganku dan dengan wajah malas aku mengikutinya. Walaupun sebenarnya aku sangat ingin tau dia ingin membawaku kemana.
Semua hal indah yang dia berikan kepadaku membuat perasaan ingin memilikinya ini semakin terasa.
Dengan berjalan pelan menuju gerbang kami melewati post satpam. Kebetulan pak Amir terlihat sedang tertidur, baguslah! Rencananya eja kian akan berhasil lagi membuatku bahagia.
Lebih tepatnya membuatku semakin mempunyai rasa lebih dari teman untuknya."Aku sengaja ga pake motor biar ga ketauan."
"Tapi kita mau kemana?"
"Aku janji aku gabakal bawa kamu yang jauh-jauh, aku gamau nanti kaki kamu lecet atau kecapean cuma karena diajak jalan jauh sama aku."
"Eja.., aku itu wanita kuat!"
"Hahaha, iya aku tau putri cantik."
Sebenernya kata itu sering kali dia ucapkan "putri cantik" , tetapi entah kenapa setiap kali aku mendengarnya aku selalu bullshing dibuatnya.Aku tau arah ini, ini adalah jalan menuju rumah pohon, sebenarnya ini tidak hanya sebuah rumah pohon biasa. Aku menemukannya dengan Eja karena jarak sekolah dengan rumah pohon tidak terlalu jauh. Lalu pemiliknya memberikan kepadaku dan eja dengan cuma-cuma. Kita sepakat untuk merawatnya.
Ketika aku sampai dirumah pohon, aku sangat terkejut! Dengan semua kejutan yang ia bikin, iameletakan banyak sekali bunga diluar dan didalam rumah pohon. Tidak lupa ia memasang lampu -lampu yang ramai disekelilingnya. Setelah aku masuk kedalamnya, akupun kembali terkejut dengan bolu yang sangat cantik, bunga dan kotak disampingnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/108495671-288-k127099.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Sunset
Teen FictionApa salahnya dengan senja? Bahkan kamu enggan menyapanya, biarkan senja redup dan berbisik menceritakan kenangan pahit atau manis kepada dia pendengar setia yang ingin mengetahui akhir ceritanya. Jika tak ingin lihat, masuklah, aku tidak memintamu...