Chapter 3 : Serpihan Kisah Lama

1.4K 103 15
                                    

Manis pahit kenyataan, 'dia' tetaplah sesuatu yang harus dipeluk dengan tabah.

Meja panjang itu, dalam sekejap dipenuhi aneka hidangan. Lima pelayan yang baru saja hilir mudik meninggalkan ruangan, menyisakan ia, Ny. Jang, Tuan Seung Joon dan Jong Suk. Sang ibu tampak ceria meletakkan nasi di piring Yoona, dan menuangkan jus jeruk.

"Cal moko," ujarnya memerintahkan putrinya makan.

Yoona tersenyum, namun tiba-tiba merasa canggung. Mereka hanya duduk diam, menatap tak berkedip, dan tak meraih piring.

"Aboji, Eomoni, dan Jong Suk Oppa tidak makan?"

Mereka menggeleng bersamaan. Tanpa mengalihkan sedetik pun tatapan dari gadis itu.

"Kami sudah makan. Kami hanya ingin menemanimu," jawab sang ayah.

Anggukan kecil dari gadis itu menciptakan senyum ketiganya. Yoona nyaris menjerit kagum melihat makanan mewah seperti ini. Steak daging sapi. Namun kelihatannya ia tak bisa makan dengan tenang. Ketiga orang itu terus memandangnya dengan senyum riang. Benar saja, Yoona melahap makanan bersama rasa canggung.

Usai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga. Berbincang hangat. Sang ibu terus bertanya tentang kehidupan Yoona selama ini. Ny. Jang begitu ingin secepatnya menemui keluarga Han, berterima kasih sebesar-besarnya.

"Dongsaeng. Apa kau bisa tinggal di sini sekarang?"

Pertanyaan Jong Suk menyihirnya. Yoona terdiam untuk sesaat.

"Ah... itu... tolong beri waktu untuk membicarakan dengan orangtua angkatku."

"Betul. Kau harus tetap menghormati mereka. Namun, karena ini sudah malam, maka menginaplah di sini," ujar sang ayah.

Yoona mengangguk.

"Besok akan kuantar kau pulang!" seru Jong Suk bersemangat.

"Memangnya kau tahu alamatnya?"

Sang ibu menohoknya dengan pertanyaan itu. Ya, ia lupa hal itu. Hanya satu orang yang berhak mengantarnya.

"Biar saja Jung Shin yang mengantarnya. Jung Shin terlihat begitu peduli pada adikmu. Kau masih ingat kan apa yang terjadi dulu? Mungkin saja dia ingin menebus rasa bersalahnya."

Tatapan Ny. Jang Yeong Nam akhirnya menimbulkan anggukan menurut pria muda itu. Jong Suk mendengar semua dari cerita ibunya. Pantas saja, Jung Shin begitu berusaha keras menemukan Yoona.

"Memangnya, apa yang terjadi?" Yoona benar-benar tak mengerti arah kalimat mereka.

Wanita berwajah lembut itu menghela napas pelan, lalu tersenyum.

"Yoona, lebih baik kau tanyakan saja pada Jung Shin. Dia akan menjelaskan dengan baik."

Yoona mengangguk paham.

Ny. Jang melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 9.30.

"Ayo, Yoona. Lihatlah kamarmu." Ny. Jang meraih tangan gadis yang sejak tadi duduk di sisinya. Gadis itu menurut, beranjak berdiri mengikuti langkah cepat sang ibu.

Gadis bermata bening itu tak lagi dapat berkata-kata. Seluruh kalimat rasanya tercekat di tenggorokan, ketika sang ibu membuka sebuah pintu. Seperti diterpa cahaya hangat yang menentramkan. Ruangan luas dengan perabot serba pink, didominasi gambar-gambar bunga, kupu-kupu, serta Barbie. Kasur tinggi luas warna merah muda bermotif Barbie. Dinding yang penuh dengan gambar kupu-kupu. Serta lemari gambar bunga-bunga beragam warna.

Yoona perlahan melangkah, pada lantai ubin yang begitu bersih, seolah meski tak berpenghuni, kamar itu terlihat selalu dirawat. Jemarinya menyentuh dinding berlukis kupu-kupu. Perasaannya tak menentu. Ada sesuatu yang hangat pada dinding itu. Menjalar dalam dirinya. Beralih pada meja yang dipenuhi boneka, gadis itu tercenung. Ada boneka panda, Doraemon, Barbie... dan Teddy Bear cokelat besar, mungkin sama besar jika disandingkan dengan anak usia dua tahunan. Gadis itu menyentuh bulu-bulu lembut si beruang cokelat.

The Genius Killer (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang