Bagian 2

6.7K 455 5
                                    

Saat aku telah selesai makan, dan membereskan segalanya. Aku tidak tau lagi akan melakukan apa. Tentu saja, aku dilarang keluar rumah hingga paman kembali.

Lalu, apa yang harus kulakukan?

Jika aku keluar dari rumah ini. Aku tidak mengenali siapapun diwilayah ini. Pertanyaan ku terjawab saat sekilas aku melihat jendela yang mengarah kepagar rumah. Ada seseorang yang berdiri, memegang pagar rumah.

Aku segera mendekati jendela. Mengintip. Memang jika siapapun yang melihat mendapati gubuk. Tapi bagaimana jika orang itu mempunyai kekuatan tinggi?

Wilayah disini memang netral, dapat ditinggali dan dilalui semua klan. Tetapi wilayah utara Nam sebagian besar ditinggali oleh Klan Vampire, sedangkan sebagian besar wilayah selatan Nam tentu saja ditinggali Klan Werewolf.

Saat aku mengintip sekali lagi. Yang saat ini berdiri didepan rumahku adalah lelaki. Lelaki itu melihat kebawah dengan satu tangannya menggenggam pagar. Butuh waktu beberapa detik untukku menyadari lelaki itu sedang mengetuk tumitnya.

Perkataan paman untuk tidak membukakan pintu kepada siapapun membuat tanda bahaya menyala dikepalaku. Saat aku melihat lagi, lelaki itu telah memasuki pagar, dan aku melihat badannya berlumuran darah. Aku berdiri tegang beberapa saat, aku terlambat menyadari saat lelaki yang berlumuran darah tergeletak dilantai dengan pintu rumah yang telah tertutup, dibelakangnya.

Aku berdebat dengan pikiranku untuk menolong lelaki tidak dikenal ini atau membiarkannya tergeletak didalam rumah yang mungkin dipikirnya tidak berhuni dengan bersembunyi dibawah ruang bawah tanah.

Aku memilih pilihan pertama.

Maka aku mendekati lelaki itu, dan berjongkok dihadapannya dan keadaannya parah. Tidak, sangat parah.

Kedua mata lelaki yang memejamkan mata ini berwarna keunguan, dengan sudut bibir yang telah robek. Rambutnya juga hampir semuanya terkena darah. Tangannya terkena sabitan pedang, dan beberapa robekan dikaki yang juga terluka. Mungkin masih banyak yang terkena, karena bajunya, tepat diperut penuh dengan darah. Seharusnya lelaki ini telah mati.

Aku memeriksa denyut nadinya, masih terasa walaupun lemah. Aku harus menolong lelaki ini. Tapi, bagaimana cara memindahkannya ketempat tidur? Seandainya saja aku bisa setidaknya sedikit saja menggunakan kekuatan sihirku, yah seandainya.

Aku menepis pikiran memelas itu kesudut kepalaku. Tidak ada pilihan lain, maka aku harus membimbing lelaki berrambut coklat gelap ini kekamar. Badannya sangat berat.

Aku telah tiba didepan kamar tamu, dan aku kesulitan untuk membukannya. Saat aku menendangnya cukup keras, lelaki disebelahku terbatuk.

Aku memejamkan mata saat merasa lelaki ini telah membuka mata dan melihat kearahku.

"Siapa kau?" Aku membalas melihatnya dan ia kembali memejamkan mata. Aku berharap ia akan tidak sadarkan diri kembali. Sepertinya harapanku terkabulkan.

Aku meletakan badan lelaki baja diranjang dengan pelan. Lalu kakinya. Aku mulai membuka sepatu yang membuatku mengerutkan kening, sepatu yang dipakainya, khas kerajaan.

Mungkin ia salah satu anggota keluarga kerajaan. Aku mengabaikan hal itu dan meletakannya disudut kamar. Aku lalu keluar untuk mengambil obat dan kembali dengan air juga kotak berisi obat.

Aku mulai menempelkan tanaman ajeran, untuk mendinginkan dan menghentikan pendarahnnya. Saat semua telah diberisihkan, kecuali celana dan juga baju yang masih menempel ditubuhnya, aku tidak tau harus bagaimana. Biasanya, saat seperti ini paman yang akan melakukannya.

Aku menelan ludah gugup, saat aku membuka baju lelaki ini, aku tidak dapat menahan rasa terkejutku. Pinggangnya tertusuk pedang cukup dalam.

Bagaimana ia bisa menahan luka sebanyak ini?

Aku juga mulai membersihkan dan mengobatinya, menempelkan beberapa tanaman yang telah ditumbuk. Sekarang tinggal bagian celana yang dibawah lutut itu. Aku akan membuka bagian lututnya sedikit, jika tidak terdapat luka, aku tidak akan membuka.... celananya.

Membuka ujung celananya sedikit, aku tidak menemukan lukanya. Aku menghembuskan napas dengan lega. Lalu aku beranjak, meninggalkan lelaki yang terbaring dengan badan yang dipenuhi obat-obatan.

Dan aku tidak pernah menyadari bahwa lelaki itu telah terjaga sejak aku mulai mengangkatnya dari pintu.


Sudah dua hari sejak lelaki yang memakai lambang kerajaan Nam belum juga terbangun. Lelaki yang masih bertelanjang dada.

Aku menempelkan punggung tangan dileher dan keningnya, panas tubuhnya sudah turun walaupun masih sedikit panas. Sangat cepat. Biasanya seseorang yang terluka sangat parah, sekalipun ia mempunyai kekuatan tingkat tinggi, ia akan sembuh setelah lima hari.

Dan lelaki ini dua hari?

Aku menunduk, tidak sengaja melihat sebuah gelang terjatuh dibawah ranjang. Saat ini aku duduk disebelah ranjang, dengan sebuah kursi kayu.

Aku mengambilnya dan kembali duduk. Gelang ini berantai emas yang memiliki hiasan ikan berwarna hitam. Aku mengerutkan kening, aku seperti pernah melihat gelang ini disuatu tempat. Mencoba mengingat, aku tidak menemukan apapun. Mungkin aku pernah melihatnya dipasar.

Bunyi suara batuk mengalihkan perhatianku. Lelaki itu telah terbangun. Aku diam, menunggu reaksinya.

"Kau siapa?" Lelaki tersebut tiba-tiba terduduk. Menjatuhkan daun-daun yang menempel ditubuhnya. Aku melotot menyadari semua lukanya telah mengering dan mendapati dada telanjangnya.

"Aku Anne." Anne. Sang gadis samaran.

Lelaki itu masih menatapku beberapa detik sebelum menunduk melihat perutnya.

"Kau yang telah mengobati tubuhku?" Tanya lelaki dengan suara dingin.

Aku hanya membalas dengan anggukan pelan.

"Terimakasih." Lelaki didepanku masih mengucapkan kalimat terimakasih dengan raut datarnya dan suara sedingin puncak gunung Deff. Gunung tertinggi di Nam.

Aku membalas dengan sedikit senyuman.

Kosongkan pikiranmu nona Ara. Suara paman berulang kali muncul dikepalaku. Aku memejamkan mata sekilas, sebelum membukanya.

"Mengapa kau berada dirumah ini?" Tanya lelaki didepanku membuatku mengangkat alis.

Hei. Itu seharusnya pertanyaanku.

"Karna disinilah aku tinggal."
"Akulah yang seharusnya bertanya. Siapa kau? Mengapa kau mengetahui rumah ini?"
Tanyaku dengan pelan. Aura lain segera keluar dari tubuh lelaki itu.

"Benarkah kau tidak mengetahui siapa aku?" Balasan tanya lelaki membuatku mengerutkan kening.

"Haruskah aku mengetahui siapa kau?" Aku menelan ludah. Tiba-tiba merasakan perasaan tidak nyaman. Benarkah kau tidak mengetahui siapa aku? Adalah kalimat ambigu. Bisa saja ia adalah orang penting kerajaan atau mungkin seorang penjahat kelas atas diwilayah ini?

Lelaki didepanku terdiam beberapa saat,
"Aku Caldwell. Aku berasal dari tenggara. Pantas kau tak mengenalku." Lelaki yang bernama Caldwell itu menatapku dengan tatapan sulit diartikan.

Aku menyodorkan gelangnya, ia menerima dengan garis tipis dimulutnya. Apakah ia marah?

Aku beranjak, aku tau ia butuh ruang sendiri.
"Aku juga berasal dari tenggara. Gunakan waktumu." Aku berdiri memutar badan kearah pintu.

Saat telah tiba didepan pintu perkataanya membuatku tubuhku menegang.

"Kau seharusnya mengosongkan pikiranmu dengan cepat, nona Ara."

---
24 Mei 2017

The Chander Kingdom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang