Bagian 6

5.9K 394 3
                                    

"Ara. Sudahkah kau menyiram tanaman?" Sebuah suara membuatku tersentak. Lagi-lagi aku larut dalam lamunan.

"Sudah Lori. Kau mengagetkanku saja." Aku menolehkan kepala kearah salah satu dayang yang sekarang sudah kuanggap sebagai teman. Ya, sudah seminggu aku tinggal di istana ini.

Saat ini aku sedang duduk didekat taman sambil memilah bunga yang akan diletakan diruangan-ruangan. Lori ikut duduk disebelahku, mengambil salah satu bunga mawar merah yang telah kupatahkan durinya.

"Ara, kau berasal dari klan apa?" Lori bertanya dengan meletakan bunga mawar itu dan mengambil bunga yang baru. Ia ikut memilah bunga.

"Aku hanya seorang Elf biasa." Aku menjawab itu dengan mematahkan duri mawar berwarna putih.

"Apa unsurmu?"

"Matahari."

Aku menyadari Lori menatapku sekilas sebelum mengangguk,
"Kau dari Klan apa Lori?"

"Aku dari Klan Penyihir biasa." Aku menoleh tertarik kearahnya.

"Penyihir? Tentu kau bisa mengucapkan mantra bukan?"

"Iya. Tetapi hanya beberapa mantra kecil." Aku meletakan bunga mawar putih dan menatapnya sepenuhnya. Melihatku menatapnya, Lori ikut meletakan mawar.

"Lihat."
"Arduus." Lori menunjuk sehelai daun, daun itu terbang kearah gaunku, dan terjatuh. Aku tersenyum kearahnya. Aku juga ingin bisa mengucapkan mantra.

"Kau pernah ke academy sebelumnya?" Ucapku bertanya yang dijawab dengan gelengan oleh Lori.

"Orang tuaku sudah meninggal. Aku hanya tinggal seorang diri bersama saudaraku yang lebih muda. Aku tidak mungkin meninggalkannya seorang diri. Mungkin aku bisa memasukannya ke Penampungan anak dibawah umur, tetapi aku tidak ingin. Jadi saat ia lebih besar dan bisa masuk ke academy aku mengirimnya kesana sedangkan aku menjadi dayang disini." Aku mengangguk paham kearah Lori.

"Kau tidak masuk academy?" Sebagai balasan aku hanya menggeleng dan tersenyum tipis. Sepertinya ia tau aku enggan menjawab, Lori hanya balas menganggukan kepala.

"Ah bunganya sudah selesai. Kita membagi tugas saja. Aku aula, koridor dan ruang pertemuan. Sedangkan kau ruang makan, ruang peraduan ibu suri dan raja." Ucap Lori dengan senyuman kecil.

Aku menyipitkan mata kearahnya.
"Kau sengaja memberiku ruangan-ruangan yang hanya itu-itu saja bukan?" Lori menampakan giginya kepadaku.

"Bukankah itu sudah meringankan pekerjaanmu?"

"Tidak." Itu memberatkan.

"Oh ayolah. Sekali-sekali tidak apa-apa. Sedangkan tadi Mirvi sudah mengantar bunga yang lain juga kan? ini hanya tersisa enam." Lalu setelah mengucapkan itu, Lori segera mengambil salah satu wadah yang terdapat bunga, dan meninggalkanku.

"Lihat pembalasanku nanti Lori." Lori yang mendengar itu hanya tersenyum dan mengedipkan kedua matanya.

Aku menghembuskan napas pelan. Lalu menarik napas panjang dan menghembuskan dengan pelan.

"Ayo kita berperang." Lalu aku mengambil wadah bunga yang lain.

Aku mengganti bunga diruang makan terlebih dahulu, ruangan ini kosong karna jam makan siang telah selesai. Setelah selesai aku berjalan keluar dan tepat setelah dua langkah kearah koridor istana, pengawal yang sekarang berdiri seorang diri dikarenakan tidak adanya keluarga kerajaan yang makan, memanggil namaku.

"Amaira." Aku menegang ditempat sebelum membalikan badan.

"Kau sudah menikah?" Aku terkejut lalu kembali kewajah tenang.

The Chander Kingdom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang