Bukankah rasa sakit yang sesungguhnya adalah ketika kita kehilangan orang yang membuat kita nyaman disisinya?
.
.
.
Wanita berhelaian hitam itu masih Setia memeluk putra kesayangannya. Tangan putihnya mengusap pelan helaian biru kehitaman milik sang putra. Kepulangan anaknya lima belas menit yang lalu membuatnya harus menutup mulut menggunakan kedua tangannya, putranya yang bernama Uchiha Sasuke pulang dengan keadaan babak belur. Darah yang mengucur deras dari mulut Sasuke, seragam kotor, serta mata bengkak dari pemuda itu.
“Kenapa kau bisa seperti ini nak?” sudah ke-lima kalinya wanita itu bertanya, namun tak ada satupun pertanyaan yang sama itu dijawab oleh Sasuke. Wanita itu mulai menangisi keadaan sang Putra yang mengenaskan itu.
“Ibu~ boleh aku bertanya denganmu?” bukannya menjawab, Sasuke justru balik bertanya. Kelopak mata itu terpejam menikmati usapan lembut dari tangan sang ibu.
“Katakan nak..”
“Ibu~ kau pernah berkata padaku. Bahwa orang baik akan pergi jika dia merasa lelah” entah apa yang membuat air mata pemuda itu justru menetes. Uchiha Sasuke, menangisi sosok yang telah ia usir dari kehidupannya. “Lalu~ apakah kita bisa membuatnya kembali lagi pada kita?”
Mikoto memandang kosong dinding di depannya itu. Ia menarik napas dalam-dalam. “Aku tidak tau Sasuke... Tetapi, jika orang itu benar dan tulus memaafkanmu, dia akan kembali padamu,” tangannya masih mengusap lembut kepala raven itu. ‘Tapi tidak untuk perbuatanku padanya.. Maaf~’
“Maka dari itu.. Aku selalu memperingatimu agar kau selalu pandai-pandai memilih orang baik. Kau harus bisa menjaganya” Air mata sasuke mengalir semakin deras.
‘Seperti inikah kekosongan hati yang tak terisi?’
“Katakan ada apa?” Mikoto kembali membuka suaranya. Sedangkan Sasuke justru terisak dipundak sang ibu.
“Ibu~ aku mengusirnya dari hidupku, a-aku mementingkan perasaanku daripada janjiku. Ibu, aku menyesal tidak mempercayainya. Aku, aku~ aku sungguh menyesal.” bibir Mikoto terbuka sejenak. Namun, bibir itu kembali melengkung di wajah cantiknya.
Mikoto terdiam sebelum menghela napas “Sudah kuduga. Kau pasti akan membuat kesalahan terbesar dalam hidupmu,”
“Yang terlanjur biarlah. Pantas saja sejak seminggu yang lalu kau terus-menerus bertanya.”
“Aku~ aku menyesal bu.. Sialnya aku bertanya setelah dia pergi meninggalkanku.” tangis pemuda itu semakin deras. Sungai kecil di pipinya terbentuk dengan sempurna.
“Aku mengerti nak bagaimana rasa bersalahmu. Karena aku juga pernah merasakannya” Mikoto memejamkan kelopak matanya. Posisinya sekarang masih tetap memeluk sang Putra.
“Ibu juga pernah?” Onyx mereka bertemu, Mikoto tersenyum lembut memandang Sasuke. Kepala hitamnya mengangguk.
“Karena kesalahan ibumu, kau berpisah dengan kakakmu dan ayahmu” Sasuke membulatkan matanya. Ibunya yang baik hati ternyata menyembunyikan sebuah rahasia besar darinya. Bukankah kenyataan begitu pahit eh?
“A-aku~ aku punya kakak? Bukankah kau bilang ayah sudah meninggal ibu?” suara beratnya terdengar lemah. Manik hitamnya memandang sang ibu tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Tears
Fanfiction• SasuSaku Fanfiction • [Completed LaTe] Sakura tau, hidupnya yang sekarang penuh penderitaan dan air mata, tapi dia yakin suatu saat nanti, air mata yang ia keluarkan bukanlah air mata penderitaan seperti sekarang, melainkan air mata bahagia. Air...