Aisha (3)

6 0 0
                                    

"Heh Sha, lo ngapa sih dari tadi uring-uringan aja? Pusing gue liatnya," tanya Manda sambil menyalin PR dari buku gue.

Gue hanya menatapnya kesal.

"Aisha, kalo ditanya tuh di jawab, dong," ini lagi si Nindi sok banget nasehatin gue elah. Suka-suka gue kek.

Gue memutar bola mata malas, "lo tau gak sih kelakuan papa gue? Dia gila apa gimana coba?"

"Gak, gak, dia gak gila. Ganteng iya."

Kan, percuma gue curhat sama Manda kalo udah ngebahas kelakuan papa.

Gue menoyor kepala Manda, "ada guru, tuh," ketus gue.

Manda langsung menutup bukunya dan segera menengok ke gue.

Gue tertawa lepas, "anjir muka lo kocak banget, Man. Hahahahahha..."

Manda menatap gue kesal. Oke, gue gak bisa berhenti ketawa. Gue pasti lagi jadi tontonan orang sekarang.

"Hehh, Aisha! Berisik banget sih lu! Tadi uring-uringan gak jelas, sekarang ketawa-ketawa kayak orang gila. Lu masih waras kan?" tanya Nindi menengok ke belakang, tepatnya ke arah gue.

Ahh, Nindi gak tau orang seneng ya.

"Ekhmmm.." ehh suara siapa itu, kok tiba-tiba gue merinding? Gue berhenti ketawa lalu menengok ke belakang.

"Apa yang lucu?" tanya suara tadi.

"Ng, nggak ada kok, Bu," jawab gue deg-degan. Mampus, guru paling rewel sejagad. Yahh, kelar dah gue.

"Keluar kamu!"

Ahelah, tuh kan! Ketawa aja di permasalahin. Sumpah, lo gak pernah ketawa kayak gue apa, Bu?! Sedih bat hidup lo!

Gue keluar kelas dengan memutar bola mata. Manda dan Nindi menatap gue kasihan yang dibuat-buat. Gue tau mereka pasti ngetawain gue. Gue mendengus dan berjalan ke arah pintu.

"Ahahahaha.." seketika ada suara ketawa di belakang gue. Gue menengok dan.. ada setan! Eh nggak deng, itu ketawanya Manda sama Nindi.

"Kenapa kalian ketawa? Keluar sana kalian berdua!" ujar sang guru galak.

Manda dan Nindi menghampiri gue dengan cekikikan yang membuat gue bingung. Dia menarik lengan gue keluar kelas karena gue gak kunjung bergerak.

"Gue baru tau ketawa bisa menyelamatkan gue dari doi," kata Manda menggandeng lengan gue menjauh dari kelas.

"Haha, iya, sekali-kali lah cabut kelas," ucap Nindi yang juga menggandeng lengan gue.

"Gue mau ketawa mulu ah tiap pelajaran dia."

"Gila lo, Man, gak gitu juga. Cabut bukan berarti lo bisa lepas dari dia."

"Wait, sebenernya ada apa sih?" tanya gue bingung. Kedua orang itu menatap gue aneh.

"Heh, Nindi jangan tularin lemot lo ke Aisha, dong!" Manda menoyor kepala Nindi.

Nindi hanya mendengus kesal.

"Udah ah kita ke kantin aja, kuy," jawab Manda senang. Gue hanya diam sepanjang jalan.

"Lo mau makan apa, Sha?"

"Terserah. Samain aja," jawab gue asal.

Manda dan Nindi memesan makanan sementara gue duduk di bangku kantin yang ternyata lumayan ramai.

SPEAK NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang