Aisha ke mana sih ditelepon gak diangkat, di-chat gak dibales.
Ya ampun, Nak. Please dong, jangan bikin Papa khawatir.
Gue harus cari dia ke mana lagi, nih? Udah keliling-liling kota gue naik becak tapi gak nemuin dia juga. Kamu di mana sih, Nak? Bikin Papa khawatir tau gak!
Mohon maaf, nomor yang anda tuju tidak menjawab. Silahkan coba beberapa saat lagi.
Gue keluar dari mobil dengan keringat bercucuran. Gue menatap sekeliling mencari sesuatu. Saat ini gue lagi di pasar malem, dan juga berharap ketemu Aisha di sini.
Arghhh..
Gue gak tahan lagi..
I need toilet.."Nih, bang," gue ngeluarin duit 2 ribuan buat bayar kamar mandi.
Ahh leganya.. Btw, Aisha belom ketemu. Ahh, gue masih belom lega nih.
Mata gue jelalatan kesana kemari mencari sosok putri kesayangan gue. Ehh, yang ada gue malah diliatin tante-tante pirang sama apa tuh namanya? Cabe?
I don't care, gue harus fokus nyari Aisha.
Gue menelepon nomernya sambil terus berkeliling tanpa menghiraukan sekitar.
Brugg..
"Ehh, maaf," gue meringis menyenggol tas mbak-mbak yang gue tabrak tadi. Gilak! Itu tasnya terbuat dari apaan sih? Tajem banget.
"Ehh, maaf, Mas."
Gue memperhatikan mbak-mbaknya, pakaiannya modis sekali.
"Ekhmm, saya nggak apa-apa, Mas. Nggak usah ganti rugi. Saya permisi," ujarnya sambil melenggang pergi.
Gue menaikkan sebelah alis. Ganti rugi? Emang gue ngerusak apaan? Aneh.
Gue keinget Aisha lagi, di mana kamu, Nak? Apa gue harus balik ke rumah? Siapa tau Aisha udah nyampe.
Ya, udah jam 11 juga lagian, mungkin Aisha udah tidur di kamarnya.
Gue segera menuju ke mobil. Ehh tapi tunggu.. Gulali enak tuh kayanya.
Dengan membawa 2 bungkus gulali gue berjalan cepat ke mobil. Gue menyetir hingga sampe di rumah.
Sesampainya di rumah, gue langsung masuk dan menuju kamar putri kesayangan gue. Gue mengetok pintu Aisha pelan. Hening. Kayanya dia belum pulang.
Gue kembali bersedih sambil memakan gulali kesukaan Aisha.
Gue membuka kamarnya, siapa tau dia sudah tertidur. Tapi gak ada siapa-siapa. Dan gue kembali bersedih karena gulalinya tinggal satu.
Yahh, tadinya mau gue kasih Aisha, tapi karena dia gak ada yaudahlah gue aja yang makan.
Krekkk.. Gue mendengar suara gerbang kebuka. Lalu segera melompat dari kasur dan melihat keluar jendela.
Aisha?!
Ehh tapi sama siapa tuh dia? Dianter pake mobil lagi. Dadah-dadah segala lagi. Nahh sekarang dia mesem-mesem. Kayanya dia di anter sama cowok deh. Gue harus turun ke bawah untuk memastikan.
Gue beranjak dari kamar Aisha dan menemuinya di bawah.
"Aisha?! Kamu dari mana saja, Nak? Papa khawatir tau gak sama kamu!" pekik gue sambil memeluknya.
Aisha diem aja. Pasti dia masih marah sama gue gara-gara kemarin.
"Aisha maafin Papa, ya. Papa janji gak akan maksa kamu buat jadi model lagi. Walaupun Papa berharap kamu mau," gue melepaskan pelukan gue dan menatap Aisha yang keliatan bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEAK NOW
Teen Fiction"Pernahkah lo berpikir punya bokap ganteng dan awet muda? Menurut lo gimana kalo lo ada di posisi gue?" Aisha Fardila, 15. "Ngga punya istri, bukan berarti hidup itu gak bahagia. Bersyukur masih dikasih anak." Sandi Sulaeman, 30.