-
-
Suara pemberitahuan terdengar saling bersahut-sahutan dan menggema di bandara KLIA 2. Hiruk pikuk masih kental terasa walaupun jam sudah menyentuh angka 11 malam.
Seorang perempuan berdecak pelan menatap lorong lapang di depannya. Sadar betul bila perjalanannya masih panjang untuk dapat keluar dari sini. Sambil menenteng sebuah tas ransel berwarna merah, dia bergerak berjejer bersama para penumpang yang juga baru saja tiba bersamanya.
Mata perempuan yang bernama Srikandi Attaya Saraswati itu, bergerak menatap jendela besar di sebelah kanan. Langkah Atta terhenti. Pandangannya sibuk memperhatikan apron atau tempat parkir pesawat yang tampak lembab karena gerimis barusan.
Memang dasar hatinya masih belum seratus persen sehat, melihat suasana seperti ini entah kenapa ada yang terasa ngilu di dalam sana. Spontan dia mendengus kesal seraya berusaha meyakinkan diri, dan memutuskan pergi secepat mungkin sebelum dirinya semakin aneh.
Setelah berjalan kurang lebih dua puluh menit mengekor gerombolan orang-orang di sana, Atta akhirnya tiba di depan konter imigrasi. Nafasnya lumayan memburu begitu dirinya berhadapan dengan petugas. Bagaimana tidak, jauhnya jarak antara gate dan imigrasi nyatanya dapat membuat betis berotot.
Usai berurusan dengan imigrasi, dia melanjutkan perjalanan guna mengambil kopernya di area pengambilan bagasi. Pandangannya menelisik memperhatikan logo dan nomor penerbangan pada layar-layar di sana. Begitu dia menangkap salah satu layar di tengah-tengah conveyor yang menampilkan nomor penerbangannya, Atta mendekat.
Lucunya tak perlu menanti lama, sebuah koper merah berukuran sedang menyembul dan bergerak pelan seolah meminta sang empunya untuk menjemput. Menyadari hal itu, segera saja Atta menarik koper yang beratnya lumayan membuat tubuh perempuan itu kesulitan, tanpa memperhatikan kanan dan kirinya.
DUK!
"Aw! Kampret!" gerutu seorang lelaki dengan rambut ikal sebahu dan berkemeja kotak-kotak, tatkala koper Atta tanpa ampun menimpa kakinya.
"Sor... Apa? Kampret?!" tanya Atta kesal mendelik tajam ke arah lelaki tadi.
"Eh... tante orang Indonesia? Sorry keceplosan...," jawab lelaki itu lagi menggaruk tengkuknya merasa tidak enak.
"Tante?" tanya Atta makin naik pitam, "kamu panggil saya tante?!"
Lelaki itu melongo menatap Atta, hingga tanpa sadar menelan ludahnya kasar.
***
Wajah Atta masih terus ditekuk dalam, akibat insiden koper tadi. Ditambah lagi perempuan itu baru tersadar jika dia tiba di bandara hampir tengah malam. Pasalnya tengah malam di Negara sendiri saja sudah cukup membuat nyalinya ciut, dan sekarang dia justru berada di bandara negara lain yang bahkan hanya pernah dia injak sekali seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT] Madam Sri
Romance[JODOH] (The Winner of Wattys Award 2017 THE RIVETING READS category) "Aku mau kenal kamu lebih dekat. Lagipula kita kan udah kenal dari dulu. Gimana dengan kamu?" (Lingga Halim Martadinata) ----- "Kalau gue boleh jujur. Mbak jauh lebih cantik. A...