Pernah bermimpi kalau suatu hari kau bisa pergi ke dunia lain? Maksudku, keluar dari dunia nyata? Melihat suatu hal diluar dugaanmu, tidak masuk akal memang. Namun aku akan mengajakmu ke duniaku. Selamat datang.
Profesor lalu menarik lengan lelaki yang habis memukulku ke belakang. Cengkramannya di bajuku lalu lerlepas begitu keras hingga bisa ku rasakan kain bajuku menggores tengkuk ku.
"Tuan Kenneth! Jaga tingkah lakumu terhadap siswa baru!" Prof memarahinya dengan tegas.
Lelaki itu hanya mendengus kesal sambil melihat ke arahku. Darah kental dari hidungnya mulai mengering.
"Apa yang kalian lalukan?!" Prof bertanya.
"Dia yang mulai!" lelaki itu menunjuk ke arahku yang sibuk mencari kacamata.
"Aku tidak diajarkan untuk berbohong!" suaraku lebih keras.
"Cukup!" Prof yang kehilangan kesabarannya menghentikan kami.
"Tuan Kenneth, kau seharusnya tidak melakukan hal sekejam itu. Kau tau arti sebuah buku?" tanya Prof kepada lelaki itu.
Dia hanya terdiam menahan emosi.
"Kau harus lebih bisa menghargai sebuah buku"
Kelas hening seketika.
"Dan kau Tuan Decimus, lain kali tahan emosimu, kau masih baru disini"
Aku mengangguk.
"Baiklah, kalian berdua ikut aku sekarang!" Profesor lalu berjalan keluar kelas sambil diikuti oleh kami.
"Menjauh dariku!" lelaki itu mendorongku ke belakang.
***
Kami bertiga lalu sampai di ruang perpustakaan yang baru saja aku tinggal ke kelas barusan. Prof mengambil sesuatu yang dia kerjakan tadi. Itu adalah lembaran kertas dengan tulisan tinta di atasnya. Ya, maksudku tinta. Bukan pulpen.
"Nah" Prof membuka mulutnya. "Jadi, sekarang kita disini"
Kami berdua terdiam. Di sisi lain, lelaki itu masih mengusap pipinya yang terlihat membengkak.
"Karena kalian tadi telah membuat kerusuhan, jadi mungkin membersihkan perpustakaan ini akan menjadi hukuman yang setimpal. Bukan?" katanya.
Kami masih terdiam.
"Dan aku harap kalian dapat berbaikan"
"Apa?!" lelaki itu berteriak tidak terima.
"A-aku? Dengannya?" dia menunjukku dengan tidak sopan.
Prof hanya mengangguk.
"Oh tidak akan. Tidak mungkin aku akan berteman dengannya!" dia membantah.
Aku hanya berjalan ke arah penyedot debu di sudut ruangan.
"Baiklah, ayo kita kerjakan"
Namun lelaki itu hanya terdiam tidak ingin membantu.
Prof lalu pergi dari ruangan besar ini.
"aku harap ini akan selesai sebelum waktu pulang. bisa?"
lalu dia benar benar pergi menutup pintu.
"apa yang kau lihat?" aku bertanya kepada lelaki itu. "ayo kita bersihkan!"
"cih" dia membuang muka nya sambil mulai mengelap lemari.
bug!
"aduh!" lelaki itu sepertinya kesulitan.
aku lalu menghampirinya dan bertanya kenapa.
"apa yang kau perdulikan, culun?"
aku lalu melihat buku ku yang ku taruh diatas buku tergeletak di lantai. ah aku tau, dia tak sengaja menjatuhkannya.
ketika aku ingin memungutnya, kulihat buku itu sudah terbuka di sebuah halaman. Halaman itu menggambarkan sebuah desa. Sebuah desa yang sangat indah. Disana seperti sedang musim gugur. Daun daun yang mulai memerah, rumput kuning, dan langit senja, semuanya tampak sempurna hingga membuatku menikmatinya sejenak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hey ini belum selesai!" lelaki itu menyaadarkanku. "Kita masih harus mengelap 20 rak buku lagi! Dan lihatlah, ini sudah dekat waktu pulang, oh Tuhan aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada lasagna ku untuk makan malam nanti jika aku terlambat"
Berhentilah mengeluh! batinku.
Aku lalu berdiri dan mulai membawa penyedot debu untuk melanjutkan pekerjaan.
Namun, sesuatu membuat kami terdiam.
"Hallo"
Suara lembut dari ruangan ini membuat kami agak tersentak. Pasalnya, hanya ada kami berdua di ruangan besar ini.
"Adakah yang bisa mendengarku?"
Suara itu makin jelas. Dan itu suara seorang wanita!
Kami lalu mundur beberapa langkah mengambil ancang ancang untuk lari dari ruangan ini.
"Tidak! Kumohon jangan pergi!"
Wanita itu tau pergerakkan kami. Hingga akhirnya lelaki yang bersamaku memberanikan diri berbicara.
"Si-siapa kau?! A-apa kau arwah perpustakaan?" katanya sambil sedikit gugup.
"Tidak tuan tuan, aku bukan arwah"
"Kalu begitu kau ini apa?! Jangan coba coba untuk membunuhku!"
Suara itu lali tertawa ramah. Suaranya yang sangat lembut membuatmu seakan akan terhipnotis.
"Aku berasal dari buku ini. Kemarilah" suara itu meminta.
Aku sebenarnya agak ragu untuk mendekat, bagaimana jika dia lalu keluar dari dalam buku dan tiba tiba menjadi sebuah monster yang akan mencabik cabik organ dalamku?
Tidak, tidak ada monster di dunia ini.
Aku melangkah perlahan menuju buku yang tadi aku taruh diatas meja kembali, lalu memberi kode kepada lelaki itu untuk mendekat juga.
Kau duluan! kata lelaki itu.
Aku menggeleng, tidak! kau saja!
Bodoh! Itu buku milikmu!
Aku menghela nafas sesaat, mencoba untuk meyakinkan diriku bahwa itu hanya sebuah buku yang bisa bicara.
Astaga, buku yang bisa bicara!
Lupakan, aku harus mencaritahu apa yang terjadi. Aku lalu sampai di hadapan buku itu. Buku itu tertutup oleh sampul cokelat nya. Aku memberanikan diri untuk membuka buku itu dan melihat apa yang sebenarnya terjadi disini.
Ketika ku buka sampul buku itu ke halaman pertama setelah daftar isi, seorang wanita tersenyum di dalamnya.