Sinar matahari perlahan menghangatkan tubuhku, sinarnya yang tidak terlalu terang karena daun pohon yang menghalanginya membuatku tidak terlalu terganggu. Tercium aroma rumput segar dan batang pohon yang basah membuatku ingin terlelap tidur, namun aku paksakan untuk membuka mataku.
Di depanku berkumpul 4 orang pria dewasa yang sedang menatapku heran. Pria pertama membawa sebuah busur, namun dengan pakaian yang lusuh dan basah. Pria kedua memegang tombak dan sebuah karung berisi di punggungnya. Pria ketiga membawa batang ranting, dan yang terakhir dia tidak membawa apa apa, dan dia yang paling menatapku penuh curiga.
Aku terkejut dan langsung menendang tanah agar lebih menjauh dari kereka, tapi aku lupa kalau di belakangku adalah sebuah pohon besar, alhasil aku lalu berdiri dengan perasaan yang tak bisa kujelaskan. Aku refleks melihat ke arah Kenneth, namun dia tidak ada di tempatnya. Aku lalu mencari kesekeliling dengan panik, lalu aku melihat seorang pria lain sedang mengikat tangan Kenneth. Aku lalu berteriak pada Kenneth, namun seketika pria yang tidak membawa apa apa membekam mulutku dan membuatku berguling di tanah.
"Berikan talinya!" pria itu memerintah.
Tanganku lalu diikat di belakang punggung, sambil terus meronta aku mencoba membuka ikatannya, namun pria itu menindih tubuhku.
"Ayo kita bawa orang orang mencurigakan ini!"
Ketiga pria tadi lalu membuatku berdiri dengan paksa, mereka memegang tanganku dengan keras, lalu menyeretnya dengan tidak sopan. Kenneth yang berada di depanku dengan seorang pria yang mendorong dorong bahunya menatapku, bagaimana ini? Aku balas menatapnya, menggeleng. Mana aku tahu?
***
Kami lalu sampai di sebuah desa yang tidak terlalu kecil. Banyak sekali orang di daerah ini ternyata. Para pedagang berjejer di sepanjang jalan, para pembeli juga sibuk meminta potongan harga. Namun mereka lalu melihat ke arah kami. Saling berbisik.
Siapa mereka?
Orang aneh
Jangan jangan mereka perampok
Apa? Perampok yang melarikan diri itu?
Lihat pakaian mereka
Golongan penyihir terkutuk aku rasaApa? penyihir?
Aku bergumam di dalam hatiku. Tidak ada penyihir di dunia ini, dan ayolah kami hanya sisma sma, tidak kah mereka punya anak seumuran dengan kami?
Anak anak kecil lalu ditarik kebelakang punggung orangtuanya agar mereka tidak melihat kami, ini terlalu kejam. Maksudku, tidak kah mereka tahu kalau kami ini hanya anak berusia 16 tahun? Kami belum menjadi orang dewasa sepenuhnya.
Kami terus saja berjalan melewati keramaian orang orang desa ini dengan rasa malu. Kelemahanku adalah berada di keraimaian, dan sekarang aku mulai merasakan gugup yang luar biasa. Kakiku bergetar sambil terpaksa berjalan. Ingin sekali rasanya aku berlari, kabur dari mereka, namun mungkin Kenneth akan menjadi korbannya.
Kami lalu sampai disebuah bangunan yang menjulang tinggi, setelah melewati beberapa pohon dan pemukiman, dan orang orang yang terus menatap kami tentu saja. Ini bukan hanya sebuah bangunan, ini lebih terlihat seperti sebuah kerajaan aku rasa? Entahlah, aku hanya menyimpulkannya saja karena aku memang belum pernah pergi ke kerajaan sebelumnya. Aku mengatakan ini sebuah kerajaan karena gambarnya yang seperti di film film. Ya, ujung menaranya lancip dengan hiasan sebuah bendera kecil.
Dua orang penjaga pintu gerbang lalu menyodorkan tombaknya ke arah kami, mungkin mereka adalah prajurit yang tugasnya hanya menjaga pintu dengan bayaran besar akurasa. Tapi mereka terlihat lebih amartir dari penampilannya.
"A-ada keperluan apa kalian?" salah seorang penjaga menanyai kami.
Lalu orang yang tadi membawa busur lalu maju kedepan, memberitahukan sesuatu yang kurang bisa aku dengar. Namun lalu kedua prajurit itu mengangguk dan berteriak ke atas pintu gerbang.
"buka pintunyaaa!"
Seketika, pintu gerbang berukuran kurang lebih 5 meter itu lalu terbuka pelan, menimbulkan suara seperti gesekan logam.
Aku dan Kenneth lalu didorong dengan keras untuk terus berjalan menuju kerajaan. Disepanjang perjalanan, aku dan Kenneth tidak bisa berkata apa apa, kami hanya bisa menggunakan raut wajah kami untuk berkomunikasi.
Hey, itu luar biasa!
Kami semua lalu masuk ke dalam kerajaan. Isinya bisa kau bayangkan sendiri. Tiang tiang menjulang, lukisan abstrak, baju besi prajurit di sepanjang koridor, pajangan emas, lampu gantung dari berlian dan sebagainya. Jika aku ceritakan lebih lanjut, itu akan memakan sebuah halaman novel. Sisanya, akurasa kau tau.
Saat sampai di ujung ruangan megah ini, kami lalu di dorong sekuat tenaga oleh pria pria itu hingga kami terjatuh berlutut dihadapan sesorang yang memakai sebuah mahkota. Akurasa itu adalah rajanya.
"Ada apa ini?" sang raja yang gemuk itu lalu berdiri.
"Kami menemukan mereka di dalam hutan terlarang, Yang Mulia. Dan mereka patut dicurigai" salah satu pria itu menjawab.
Hutan terlarang? Apa yang mereka bicarakan?
"Mereka pantas untuk mendapatkan hukuman, Yang Mulia!" salah seorang pria lain berbicara dengan diiringi teriakan puas teman temannya.
"Ti-tidak Pak, maksudku Yang Mulia! Kami bahkan tidak tahu bagaimana kami bisa ada di dalam sana!" Kenneth berusaha membela diri dengan tangan terikat di belakangnya
"Iyakan Decimus?" Kenneth lebih meyakinkan. Nadanya terdengar cemas.
Namun aku tidak bisa berkata apa apa. Keramaian tadi masih membuatku gugup untuk membuka mulut, apalagi kacamataku yang hampir jatuh membuatku susah untuk berbicara.
"Hey Decimus! Katakan sesuatu!" Kenneth membentakku.
"Benarkah itu anak muda?" Sang Raja lalu turun dari kursi tahtanya menuju kami.
"Tidak kah kalian tahu hutan itu sangat terlarang untuk dimasuki kecuali dengan seizinku?"
"Kami juga tidak tahu Yang Mulia, kami berada di sana begitu saja sesudah seorang gadis cantik di dalam buku mengajak kami untuk ikut bersamanya!" Kenneth masih berusaha membela diri.
Sang Raja terkekeh.
"Gadis cantik? Habis minum apa kalian semalam ha? Kau pikir aku akan percaya cerita konyolmu itu?"
"Tapi itu benar Yang Mulia!"
"Tutup mulutmu orang asing! Tidak ada yang mengizinkanmu bicara daritadi!" nada suara sang raja meningkat.
Kenneth hanya membuang muka.
"Sudahlah! Prajurit, bawa mere-"
"Hentikan!"
Sebuah suara lalu memotong ucapan sang raja.
Di sebuah sudut yang lain, terlihat sesosok gadis dengan gaun anggun.
"Aku yang membawa mereka kesana, ayah"

KAMU SEDANG MEMBACA
Et Liber Decimus
FantasiaPernah bermimpi kalau suatu hari kau bisa pergi ke dunia lain? Maksudku, keluar dari dunia nyata? Melihat suatu hal diluar dugaanmu, tidak masuk akal memang. Namun aku akan mengajakmu ke duniaku. Selamat datang.