I'm a Vampire

5.9K 100 0
                                    

Okay, waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, namun anak SMP yang saat ini memanggilku Om masih belum datang. Aku heran, apa yang sedang di lakukannya?

Beberapa menit yang lalu, ia memberi kabar bahwa ia akan pulang sedikit telat. Gadis itu mengabarkan ada sesuatu yang harus ia beli terlebih dahulu. Namun sampai jam sekarang, anak itu bahkan belum pulang sama sekali. Ini bagaimana? Dia ini minta mati apa? Kenapa malam sekali pulangnya?

Aku mendengus, lalu menutup buku yang sedang kubaca. Tadinya, aku ingin bergaya dan memperlihatkan bahwa aku ini orang-ralat, lebih tepatnya, aku ini vampir yang rajin dan elegan.

Ya, aku ini seorang vampir.

Terserahlah apa definisi aku ini di mata kalian. Namun, kalian tidak salah jika membayangkan bahwa diriku ini kuat, seksi, tampan, dan yang terpenting adalah holang kaya.

Lalu, gadis yang sedang kubicarakan itu, namanya adalah Jeon Nara. Aku bertemu dengannya karena ketidak sengajaan. Dia masih bayi. Berumur 1 tahun lebih dan baru bisa berjalan. Ayah atau Ibunya membuang dia pada para perampok. Aku memang sedang mencari santapan, saat itu. Dan perampok itu adalah santapanku. Aku kira, Jeon Nara tidak ada disana. Namun ternyata, bayi yang sedang menangis itu berjalan mendekatiku sambil berkata, "Njus. Mau."

Yang dilihat gadis itu adalah darah yang menggenang di bibirku. Dan aku bisa mengartikannya saat itu bahwa si bayi menginginkan jus.

Aku yang bingung hanya menunduk untuk menyelidiki wajahnya. Namun, gadis kecil itu berjalan mendekat dan mencium bibirku. Ekhem, lebih tepatnya, gadis itu mencicipi sisa-sisa darah di bibirku.

Aku berniat meninggalkannya sendirian. Namun, kata, "Itut, ih." darinya membuatku menghentikan niat itu. Dan setelah berperang dengan batinku, aku lalu membawanya.

Di umur ke 14, dia mungkin sudah sadar jika aku tidak pernah menua dan tidak terlihat tidur. Akhirnya, sambil memelukku dan menyimpan telinganya di dadaku, ia berkata, "Kau bukan manusia. Mana jantungmu, Appa?"

Tepatnya, kejadian itu sudah tiga hari yang lalu. Awal perkiraanku dulu, setelah aku mengucapkan kebenarannya, dia akan takut dan menghindariku. Namun, dia malah berkata, "Oh, sial. Aku harus apa jika kau tidak menua? Tidak bisakah kau merubah segala rupamu menjadi tua? Kau kan vampir! Kau pasti hebat, Appa! Dan tunggu. Kalau begitu, di saat aku sudah menua, aku harus memanggilmu panggilan yang lebih muda? Aku pasti harus mengakuimu Oppaku atau ne dongsaeng! Aih!"

Dia tak ada niatan meninggalkanku.

Dan akhirnya kami membuat kesepakatan atas nama panggilan. Di masa depan, dia bisa menjadi istriku, kakakku, tanteku, atau bahkan nenekku.

Dan saat ini, ia memanggilku, "Samcheon." karena Appa sudah tidak cocok untuk dia ucapkan disaat wajahku tidak terlalu tua untuk dijadikan ayahnya.

Dan sekarang aku mulai resah. Dia belum datang jam segini. Dan pastinya, ada sesuatu yang terjadi atau mungkin saja, dia memang berniat meninggalkanku.

Merasakan perasaan gelisah menghantuiku, aku keluar dari rumah, dan langsung melayang cepat ke arah bulan. Setidaknya, aku harus mengetahui keadaannya. Aku takut, terjadi sesuatu pada dirinya.

Aku sudah melayang jauh di langit. Mataku menelusuri tiap-tiap gedung, dan aku memakai penglihatanku untuk memindai jalanan sepanjang yang dapat aku lihat. Banyak yang memasuki penglihatanku. Dan disana, tidak ada Jeon Nara sama sekali.

Aku melayang perlahan sambil terus memindai tempat, dan tidak ada satupun wajah Jeon Nara di penglihatanku. Perasaan khawatir menyelimutiku. Bagaimana jika dia benar-benar pergi? Bagaimana jika dia benar-benar meninggalkanku? Apa dia sudah tidak ada di Korea? Dan yang paling penting, apa dia baik-baik saja?

Short Story of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang