Hampir jam 9 malam kami pulang dan melihat gio sudah menunggu di teras.
"Ngapain gio ada di sini?" Tanya regan melihat tubuh gio yang berdiri melihat kedatangan kami.
"Diakam tetangga gue,paling mau ngajakin main PS." Jawabku asal.
Sebelum membuka pintu mobil regan menahan pergelangan tanganku.
"Jihan.. nggak tahu kenapa gue seneng banget bisa jalan sama lo." Ujar regan pelan.
Aku menatapnya heran.
"Besok bolehkan gue ajak lo jalan?" Pintanya.
Aku menggaruk kepala yang tak sedikitpun terasa gatal. Ada apa dengan cowok ini?kenapa sikapnya seperti ini?
Aku menganggukan kepala sambil tersenyum. Meski dengan perasaan bingung.
"Terimakasih buat kesempatannya, sampaikan salamku buat gio!" Ucapnya seraya melambaikan tangan pada gio yang masih berdiri menunggu.
"Dari mana,jam segini baru pulang?" Tanya gio ketus saat sudah berada di hadapannya. Aku menatapnya aneh.
"Kenapa bisa sama regan?" Tanyanya lagi masih dengan bada yang sama.
"Kamu kenapa? Lagi ribut sama sinta? Jangan limpahin ke aku dong!" Ujarku karena kesal dengan nada ketusnya. Gio menarikku duduk.
Aku diam. Hari ini sungguh sangat membingungkan. Sikap regan yang berubah aneh. Sekarang sikap gio juga berubah aneh.
"Kamu mau cerita apa?aku calek nih.. besok aja gimana?" Ujarku setelah lewat 10 menit hanya diam.
"Kamu berubah.." ujarnya pelan.
"Berubah bagaimana?nggaklah! Cuman hari ini aku beneran capek."
Gio mendesah pelan sebelum akhirnya bangkit dan pulang tanpa bicara apapun. Ada yang hangat di kedua mataku. Dan itu air mata, tuhan kenapa aku tidak pernah siap mendengar semua yang keluar dari mulut gio. Kenapa aku tak bisa menerima kenyataan,kenapa aku selalu lari dan menghindar.
Ku hempaskan tubuh ke atas tempat tidurku dengan perasaan kesal.