IV. Stalker

90 7 3
                                    

" Maafkan aku...
Yang menjadi penyebab dari kekesalanmu...
Biarlah itu semua hilang...
Hingga hal itu pergi melanglang....
Biarkanlah ku ikuti mu...
Hanya untuk pastikan kau aman...
Dari tangan-tangan jahat di luar sana...
Yang ingin melukaimu, dan menjauhkanmu...
Dariku, yang mulai ingin berusaha....
Menerimamu sebagai pelangi...
Yang selalu mewarnai hari-hariku ini...
~ Danuar Airra Dinatta ~

®ⓐⓘⓝ
" Assalamu'alaikum! Ibu manggil saya? " Nazwa masuk ke ruang BK dan menghadap bu Rika.
" Iya, silahkan duduk! " Ajak Bu Rika.
Di sana pun telah hadir Joy dan Danuar yang duduk bersebelahan.
" Nazwa, kamu bisa jelaskan ke Ibu? Apa yang membuat kamu terlibat perkelahian mereka? " Tanya Bu Rika kepada Nazwa yang sedari tadi melihat Joy dan Danuar.
" Jadi, kemarin itu saya baru pulang dari laboratorium. Lalu, saat saya melewati kelasnya mereka, saya kaget karena banyak orang berkumpul. Saat saya lihat ke dalam, ternyata Danuar dan Joy sedang berkelahi. Dan ketika Joy akan menampar Danuar, saya spontan menghalangi Danuar. Sehingga tamparan Joy, malah mendarat di wajah saya hingga saya pingsan. Seperti itu Bu! Tapi, saya tidak tau alasan dari perkelahian mereka.
" Oh jadi begitu! Oh iya, Nazwa ada hubungan apa dengan Danuar? " Bu Rika menyentuh tangan Nazwa.
" Danuar teman saya Bu! Dan saya merasa kaget dan gak tega aja, teman saya diperlakukan seperti itu " Nazwa kembali menjelaskan hal yang sebenarnya pada Bu Rika.
" Begitu! Jadi Nazwa... " Ucapan Bu Rika terhenti. Saat seorang pria paruh baya berpakaian perlente, tiba-tiba masuk ke ruang BK.
" Permisi! Ada apa dengan anak saya, Bu? Sehingga anda memanggil saya ke sini? " Dan ternyata itu adalah Papanya Danuar. Beliau pun menatap setiap orang yang ada di ruangan itu, dan tatapannya berhenti saat ia menatap Nazwa.
" Oooh, jadi kamu! Perempuan gak bener, yang membuat anak saya bertengkar! " Bentak Pak Natta kepada Nazwa.
Nazwa hanya melotot saat mendengar sebutan " Perempuan gak bener " yang ditujukan kepadanya.
" Kenapa kamu melotot? Jawab! "
" Bapak jangan asal tuduh, ya! Saya gak ada hubungannya dengan penyebab dari pertengkaran anak Bapak! Saya justru... " Nazwa menghentikan bicaranya saat Papanya Danuar langsung berbicara kembali.
" Justru apa? Kamu itu ya, perempuan gak bener! Mau-maunya diperebutkan oleh dua laki-laki dan saya yakin kamu merayu anak saya. Sok-sok an pakai jilbab tapi kelakuan dan sifat kamu itu murahan! " Hardik Pak Natta kepada Nazwa. Karena merasa dilecehkan, Nazwa yang tadinya duduk dan melayani amarah Papanya Danuar dengan cukup santai, sekarang berdiri berhadapan dengan Papanya Danuar, dan mulai terbawa emosi.
" Anda salah! Anda seharusnya tidak perlu berkata seperti itu! Anda nggak berhak menyalahkan hijab saya! Memang, saya bukan seorang perempuan yang selaras dengan hijab saya. Tapi anda tidak berhak berkata seperti itu! Saya bukan penyebab dari perkelahian anak anda! " Nazwa terbawa emosi dan akan beranjak pergi. Tapi, Nazwa pun kembali lagi untuk mengatakan sesuatu.
" Dan satu lagi. Jangan pernah lagi, anda sebut saya dengan predikat perempuan gak baik dan murahan. Karena saya bukan perempuan seperti itu! " Ujarnya sebari mengacungkan telunjuknya ke arah Papanya Danuar.
" Maaf Bu! Saya permisi dulu, karena kesaksian dari saya sudah cukup. Assalamu'alaikum! " Nazwa berpamitan kepada Bu Rika. Nazwa pun sekejap menatap lekat wajah Danuar, lalu berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
Danuar dan Joy hanya bisa saling tatap dan terperangah akan perdebatan sengit yang terjadi antara Pak Natta dan Nazwa.
" Danuar! " Panggil Pak Natta dengan tegas.
" Joy, sebaiknya kamu ke kelas dulu saja. Lagi pula, orang tuamu tidak datang. Tapi, nanti kamu akan saya panggil lagi. Dan jangan coba-coba untuk kabur! " Perintah Bu Rika kepada Joy.
Joy pun menurut.
" Pak, sebaiknya kita bicarakan sambil duduk saja. Agar penyelesaian masalahnya bisa dengan kepala dingin! " Bu Rika mencoba membujuk Pak Natta.
Mereka bertiga pun duduk.
" Oke! Danuar, kenapa ini bisa terjadi? Ini pasti karena perempuan tadi kan? " Pak Natta memulai kembali dengan argumennya.
" Papa itu apa-apaan sih? Ngapain Papa bawa-bawa Nazwa dalam masalah ini? Dia itu justru jadi korban atas apa yang aku dan Joy lakukan! " Jelas Danuar kepada Papanya.
" Alah! Jangan bohong kamu! Selama ini Papa gak pernah ngajarin kamu seperti itu, Danu! "
" Justru Nazwa melindungi aku dari serangan si Joy, Pa! Dia membantu aku buat lindungin sesuatu yang berharga dalam hidupku. Yang Papa gak bakalan ngerti tentang hal itu! Dan semua ini, justru salah Papa! " Kata Danuar sambil meninggikan suaranya.
" Memangnya apa yang berharga? Kamu justru sekarang gak menghargai diri kamu sendiri! Dan Papa gak pernah merasa menjadi penyebab permasalahanmu! " Teriak Pak Natta.
" Apa? Ini! Lihat Pa! Aku selalu merasa kesepian. Sejak Mama pergi meninggalkan kita, dan itu karena Papa! Ini saja, yang bisa membuat Danu merasa dekat dengan Mama, dan aku gak pernah rela ada yang mengganggu benda ini, apalagi merebut dan merusaknya! " Danuar menunjukkan kalungnya dan mencoba menurunkan volume suaranya.
Papanya pun menatap kalung itu lalu menatap tajam mata Danuar.
Bu Rika hanya bisa diam.
" Kurang ajar kamu! Mama kamu pergi, itu bukan salah saya! " Sanggah Pak Natta sembari terus menatap tajam mata anaknya itu.
" Bukan? Papa itu gak pernah bisa lindungin aku sama Mama. Hingga membuat aku kehilangan segalanya.
Beda dengan Nazwa, dia justru membantuku melindungi peninggalan Mama, agar aku tetap bisa merasakan kehadiran Mama di sisiku.
Dia sampai rela pasang badan untukku, Pa! Papa tidak lihat saja, di salah satu sudut matanya Nazwa masih merah. Akibat tamparan si Joy! " Danuar semakin merasakan emosinya yang meluap-luap.
" Jaga bicara kamu Danuar! " Ujar Pak Natta sambil menunjuk ke arah wajah Danuar.
" Oke, oke! Cukup! Danuar, sebaiknya kamu pulang dulu saja ke kelas. Karena, keterangan yang kamu, Joy dan Nazwa berikan tadi sudah cukup. Jadi, sekarang saya tinggal berbicara dengan orang tua kamu " Bu Rika membolehkan Danuar untuk pulang ke kelasnya.
" Baik Bu! Permisi! " Danuar pun keluar dari ruangan BK meninggalkan Bu Rika dan Papanya di sana.
Danuar pun teringat akan Nazwa.
" Ya ampun! Nazwa! Gue lupa, gue harus cari lo! " Gumamnya.
Tiba-tiba Bu Sinta memanggil Danuar dan menyuruhnya masuk ke kelas. Danuar pun mengurungkan niatnya untuk mencari Nazwa.

Rain PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang