VI. Janji

49 5 0
                                    

" Nazwa...
Entah bagaimana...
Aku harus mengungkapkan semua...
Duka ini selalu menyapa...
Aku senang....
Jika aku bersamamu...
Sang intan, yang kadang buatku tegang...
Saat kau menampakkan senyummu...
Di depanmu...
Aku tak bisa berkata...
Kalimat-kalimat syahdu ataupun rindu...
Karena kau selalu buatku terpana...
Akan pesonamu...
Teman nyasar, yang hidupkan duniaku... "
~ Danuar Airra. D ~

®ⓐⓘⓝ

" Assalamu'alaikum! Permisi! " Danuar mengetuk pintu rumah Nazwa.
" Wa'alaikumsalam! Hey! Udah dateng aja, ayo masuk! " Ajak Nazwa saat mendapati Danuar berdiri di depan pintu rumahnya.
" Kita berangkat sekarang aja, udah jam setengah empat! " Cetus Danuar sambil membetulkan rambutnya.
" Ya udah bentar! " Nazwa masuk untuk memberitahukan teman-temannya yang sudah sedari tadi berada di rumah Nazwa.
Mereka berlima pun berangkat. Bagaikan konvoi, mereka menjalankan kendaraan secara beriringan, hingga dalam waktu setengah jam, mereka sudah sampai di lokasi festival tersebut.

" Nazwa! Sini! " Teriak Fariz memanggil Nazwa.
Nazwa dan teman-temannya pun menghampiri Fariz.

Danuar hanya bisa menampakkan ekpresi kesal saat melihat bahwa Fariz pun ternyata ikut bersama mereka.

Mereka berkeliling, untuk berbelanja dan singgah ke setiap stand. Yang kurang lebih terdapat 20 stand.

Puas berkeliling dari satu stand ke stand lainnya, merekapun duduk di sebuah tenda yang di dalamnya terdapat enam kursi dan sebuah meja yang cukup besar.

Danuar duduk dekat Nazwa, Shania dekat Zeze, dan Kira duduk dan menempel dekat Fariz.

" Lo beli apa aja, Naz? " Tanya Kira.
" Nih, aku beli rendang, adek aku si Sarah tuh, minta dibeliin rendang. Terus aku beli makanan Sunda juga. Soalnya, aku beneran kangen banget sama Bandung! " Jawab Nazwa dengan penuh semangat.
" Sama Naz! Kakak sama adek gue juga gitu. Pengen dibeliin segala macem! " Imbuh Shania yang memasang wajah keki.
" Lo gak beliin rendang buat nenek lo, Ze? " Celetuk Kira sambil nahan ketawa.
" Ada-ada aja lo! Nanti nenek gue ngunyah pake apaan? Gusi? Nih, nanti kayak gini nih! " Zeze memperagakan persis seperti apa yang Neneknya lakukan jika mengunyah daging-dagingan.

Sontak hal itu membuat atmosfer tawa yang tercipta, mengudara, memenuhi tenda yang mereka tempati.

" Lo beli apa, Kir? " Tanya Shania kepada Kira yang asyik menjejer-jejerkan makanan yang telah ia beli.
" Gue beli puding, dong! Di depan sana. Kan, buat Kak Fariz! " Ujarnya sembari menatap manja Fariz. Fariz hanya bisa tersenyum, dan masih tetap berharap Nazwa merasa cemburu dengan kedekatan antara dia dan Kira
Nazwa hanya bisa menggeleng.
" Eh, tadi aku beli papeda, loh! Aku cuma penasaran aja, dan kaget banget! Kirain gak ada asli orang Papua yang jualan disini! " Nazwa membuka bungkusan papeda miliknya. Itu adalah makanan khas Papua yang cukup unik dan bertekstur lengket.
Nazwa pun mencobanya, dan tertawa sendiri karena rasa papeda tersebut.

" Hahaha rasanya lumayan! Kayaknya, ini ditambahin bumbu yang lain lagi, deh! " Nazwa memandang Danuar yang ikut tersenyum memandangnya.
" Iiih kenyal-kenyal gitu? " Kira tertawa melihat tekstur dan bagaimana cara Nazwa tampak menikmati santapannya.
Mereka pun menyantap makanan yang masing-masing mereka beli. Ataupun, sesekali mencoba makanan teman mereka.

Dalam kehangatan itu, hujan pun turun mengguyur cukup deras dan sesekali disertai dengan kilat. Danuar yang takut akan hujan, langsung merasakan tubuhnya mulai gemetar, dan ia pun menunduk sejenak.

Rain PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang