II. Nazwa dan dunianya

132 8 0
                                    


" Kamu dan duniamu...
Dunia ceria yang mengembangkan senyummu...
Mengalihkan duniaku...
Tapi aku tetap belum bisa ramah padamu...
Nestapa yang kurasa...
Sering membuatku lupa...
Bagaimana caranya bahagia...
Meski bersamamu, orang yang sangat berwarna...
~ Danuar.A.D ~

                          ®ⓐⓘⓝ

" Hey, hey! Assalamu'alaikum Sahabat-sahabatku! " Sapa Nazwa saat pertama kali masuk ke kelas.
" Hey! Wa'alaikumsalam! Seneng banget nih kayaknya? " Jawab Shania
" Iya, nih! Lo abis mimpi dinner sama Ammar Zoni ya? " Zeze ikut nimbrung.
" Bukan! Gue mau ajak kalian ke Panti Asuhan siang ini! Mbak Riri anak-anak kangen sama kita! " Nazwa memberitahukan alasan keceriaannya.
" Yah, Nazwa! Padahal kita baru aja mau ajak lo ke toko buku! " Ujar Kira.
" Gimana dong? Eh, mau beli buku apa sih? " Nazwa penasaran.
" Lo lupa ya? Gue sama Zeze kan nilai Bahasa Indonesia nya kurang. Terus harus remedial, dan tugas remedialnya beli buku terus di resensi, dipresentasikan dan dikasih label perpustakaan terus, terus... " Jelas Kira yang gak ada titik komanya.
" Selow kali ngomongnya! " Celetuk Shania
Kira nyengir. " Oh, berarti gue yang harus minta maaf sama kalian karena gue gak bisa ikut. Soalnya, gue udah bilang iya kemarin. Sorry ya? " Nazwa menjelaskan.
Mereka bertiga mengangguk. Dan Nazwa pun merasa lega karena sudah mengungkapkan yang sebenarnya.

Setelah jam sekolah selesai, Nazwa pun bergegas menuju halte tempat ia biasa menunggu angkot.
" Hey, cewek bar-bar! Ayo pulang, gue anterin! " Teriak Danuar yang sontak membuat Nazwa terkejut.
" Ih, ngagetin aja! Makasih! Tapi gue mau ke suatu tempat dulu! " Nazwa memberitahu Danuar. Nazwa pun menghentak-hentakkan kaki kanannya.
" Kaki lo kenapa? Pengen pipis lagi? "
" Gue gemes, angkotnya lama banget! " Jawab Nazwa sambil memicingkan matanya
" Ya udah, gue anterin! "
" Serius? " Nazwa bertanya untuk meyakinkan.
" Iya, ayo! " Danuar memberikan helmnya dan Nazwa pun naik ke motornya Danuar. Tanpa menanyakan kemana mereka akan pergi, Danuar langsung menjalankan motornya.
Saat Di jalan, mereka pun berhenti dulu di sebuah toko kue.
Sesampainya di Panti Asuhan, Nazwa langsung disambut oleh Mbak Yundari atau biasa dipanggil Mbak Riri.
" Kakak pacarnya Kak Rain  ya? " Ujar seorang anak laki-laki berumur kurang lebih lima tahun.
" Apa? " Danuar melongo kebingungan dan anak tadi malah pergi meninggalkannya.
" Hey, ayo masuk! Atau lo mau pulang duluan juga gak papa kok! " Kata Nazwa yang sekarang menghampiri Danuar yang sedang menunggu di teras luar.
" Gue udah nganterin lo kesini, dan sekarang lo mau buang gue? " Danuar kebingungan dengan apa yang ia dengar dari Nazwa.
" Oke, gue ngerti! Sorry! Kalo gitu, yuk masuk! " Ajak Nazwa.
Danuar pun manut mengekor kepada Nazwa.
" Sini duduk! Ayo mm... " Kak Riri bertanya nama Danuar.
" Danuar! " Danuar memperkenalkan dirinya.
" Oh iya, senang bisa bertemu! " Mbak Riri menyalami Danuar. Mereka bertiga pun duduk.
Datang seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan menyalami Nazwa.
" Eh, Laila! Oh iya, ini kakak bawakan kue buat kalian! Ayo ambil dan bagikan ke yang lainnya ya! " Nazwa dengan ramah memberikan kue yang ia beli tadi kepada Laila.
" Ya ampun Rain, repot-repot bawa makanan. Ya sudah saya tinggal sebentar ya! " Mbak Riri menyusul anak tadi dan pergi ke belakang.
" Eh, lo bohongin gue? " Danuar tiba-tiba menodongkan pertanyaan yang mengejutkan Nazwa.
" Bohongin? Dalam hal apa? " Nazwa kebingungan.
" Lo bilang ke  gue, nama lo itu Nazwa. Sekarang mereka manggil lo dengan sebutan Rain? Maksudnya apa? " Danuar bertanya dengan nada bicara yang sedikit ditekan.
" Hahaha... Sorry gue lupa! " Ujarnya.
Danuar hanya bisa bengong melihat respon Nazwa.
" Jadi, nama gue itu Nazwa Raina Shafeera! Dan saat gue pertama kali memperkenalkan diri di panti ini, mereka request pengen manggil gue dengan sebutan Rain, yang diambil dari nama tengah gue! " Jelas Nazwa, yang sekarang menjawab rasa yang sedari tadi mengganjal dalam fikiran Danuar.
" Oh, sorry! Gue kira lo bohongin gue! "
" Lo bilang sorry? Thank's ya! Terus, sekarang lo pasti gak betah ya disini? Selain dari suasananya, lo juga pasti risih kan, dengan nama panggilan gue! "  Nazwa merasa tak enak.
" Lo ngomong apaan sih? Gue nyaman kok! Lagian...." Danuar menghentikan pernyataannya saat ia merasakan sebuah cubitan mendarat di pipi kirinya.
" Pacar Kak Rain, ganteng juga ya! " Kata Misella, anak yang mencubit pipi Danuar. Orang yang dicubit hanya bisa terbengong-bengong
" Ini siapa? " Danuar kaget saat didapatinya Keyla anak perempuan yang berusia satu tahun duduk di pahanya.
" Hahaha itu bukan pacar Kakak, dia hanya teman Kakak! " Nazwa mengkonfirmasi.
" Wah, lumayan lucu juga ya? " Kata Danuar sambil mencubit gemas pipi Keyla.
" Hahah kamu suka? " Tanya Nazwa kepada Danuar yang mulai enjoy berada di dekat anak-anak yang sekarang mengerumuninya.
" Ya begitulah! Hey, tunggu dulu! Lo manggil ke gue, 'kamu'? " Danuar keheranan
Nazwa tersipu malu.
" Eeh! Udah! Kasian Kakaknya! " Mbak Riri menyuruh anak-anak untuk tidak mengganggu Danuar. Anak-anak itu pun menurut dan berkumpul di sebelahnya Nazwa kecuali Keyla yang masih berada dalam gendongan Danuar.
" Nah, adik-adik. Itu namanya Kak Danuar! Dia teman Kakak dan sekarang Kak Danuar mau main sama kalian! " Nazwa mulai memperkenalkan Danuar kepada anak-anak.
Mereka antusias dan langsung mengajak Danuar ke taman belakang yang dua hari kebelang baru saja selesai pembuatannya.
Mereka semua pergi dan bermain di taman belakang.
Dan saat mereka sampai. Mereka disuguhi hamparan rumput hijau dan beberapa lahan yang di semen berbentuk persegi panjang yang ditumbuhi bunga-bunga yang cantik. Dan di ujung taman terdapat sebuah saung rindang yang cukup luas. Saung itu, digunakan sebagai tempat ngadem, berkumpul dan belajar anak-anak panti.
Anak-anak sangat senang sekali. Begitu juga Danuar dan Nazwa.
Tak lama kemudian, hujan turun membasahi semua komponen yang ada di taman itu.
Semuanya pun masuk ke bagian teras dekat taman yang teduh dan aman dari semburan hujan.
Danuar pun berpindah tempat duduk di dekat Nazwa. Setelah itu Danuar tiba-tiba menggenggam tangan Nazwa erat dan gemetar. Untung saja Mbak Riri sedang ke dalam untuk menggiring anak-anak, dan meninggalkan Nazwa dan Danuar menatap hujan membasahi rumput-rumput taman.
" Eh, lo kenapa! Ngapain pegang-pegang tangan gue! Gemeteran lagi? " Nazwa menyadari perbuatan Danuar.
" So-sorry Naz, gue... " Danuar terbata-bata saat mencoba memberitahukan alasannya.
" Oh, iya gue lupa! Lo takut hujan kan? " Nazwa mencoba memahami ketakutan Danuar.
Danuar hanya bisa terdiam sambil tetap menggenggam tangan Nazwa. Nazwa pun tak sampai hati melepaskan genggaman tangan Danuar. Karena Nazwa melihat Danuar lebih tenang saat menggenggam tangannya.
" Sekarang gue izinin lo pegang tangan gue, tapi jangan keterusan! " Kata Nazwa.
Danuar mengangguk pelan.
Mereka pun ikut masuk ke dalam menyusul Mbak Riri dan anak-anak lainnya.
Sesampainya di dalam, Danuar pun melepaskan tangan Nazwa, dan mencoba bersikap biasa. Mereka berdua pun duduk dan mengobrol dengan Mbak Riri.
" Mbak, anak-anak yang Mbak asuh ada berapa orang? " Danuar tiba-tiba bertanya.
" Ada tujuh orang, empat anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Yang paling kecil namanya Keyla, usianya satu tahun. Dan yang paling besar namanya Chika, usianya tiga belas tahun " Mbak Riri menjelaskan dengan ramah.
Danuar mengangguk.
Waktu pun tidak terasa telah berlalu selama satu jam, dan hujan pun sudah reda beberapa menit yang lalu. Karena takut kesorean, Danuar dan Nazwa pun berpamitan untuk pulang.
" Hati-hati ya! Sering-sering main ke sini lho! " Kata Mbak Riri.
" Insyaallah Mbak! " Jawab Nazwa.
Mereka berdua pun pergi meninggalkan panti dengan motor Danuar yang gede itu.
Di perjalanan, Danuar tiba-tiba menghentikan motornya di depan warung bakso.
" Loh, kok berhenti? " Nazwa bertanya kepada Danuar yang menyuruhnya untuk turun dan melepas helmnya.
" Kita makan dulu ya! "
" Oooh! Ayo! Gue juga laper! " Nazwa nyengir mengakui kalau dirinyapun merasakan hal yang sama dengan perut Danuar.
Mereka berduapun masuk, lalu duduk berhadapan. Danuar memesan dua porsi bakso.
" Dan, lo suka bakso juga? " Tanya Nazwa tiba-tiba.
" Iya! Kenapa? Lo kira orang kayak gue gak suka sama yang namanya bakso? Gini-gini juga, gue suka makanan biasa dan tradisional! " Danuar tersenyum sinis.
Nazwa hanya bisa manyun.
" Nazwa! " Panggil Danuar kepada Nazwa yang sibuk menatap ponselnya.
" Hm! " Jawab Nazwa ogah-ogahan.
" Thank's ya! "
Nazwa terkejut dan mengangkat kepalanya menatap Danuar dengan ekspresi bingung.
" Makasih, udah nolongin gue lagi tadi! Gue beneran... " Danuar menghentikan ucapannya saat pelayan memberikan pesanan mereka.
" Beneran takut? " Tanya Nazwa sambil mengaduk-ngaduk baksonya.
Danuar mengangguk pelan. Danuar mengangkat kepalanya dan memandang Nazwa lalu entah kenapa sebuah senyum tipis menyungging di sudut bibirnya
Nazwa pun terperangah tak percaya akan apa yang dilihatnya.
" Lo senyum sama gue? " Tanya Nazwa antusias.
" Heh? Salah liat kali! Masih muda udah rabun aja, lo! " Respon Danuar sambil sedikit gelagapan.
" Masa sih? Terserah lo aja! " Nazwa menjawabnya dengan nada tak peduli lalu memakan baksonya.
Setelah selesai makan. Mereka berdua pun pulang.
Sesampainya di rumah, Nazwa langsung ditodong dengan pertanyaan ibunya.
" Dari mana aja? Ibu khawatir loh! "
" Maaf Bu! Nazwa gak sempet ngabarin Ibu. Tadi, Nazwa ke panti dulu! " Jelas Nazwa sambil nyengir.
" Hm... Ibu kira kamu kemana? Ya udah, kamu bersihin badan dulu gih! Terus abis itu,
kamu makan. Oke? " Ibunya Nazwa memberikan komando kepada anaknya.
Nazwa mengangguk dan tersenyum.
Gadis yang berumur 17 tahun itu pun masuk kamar mandi, ganti baju, setelah itu shalat ashar, lalu makan di depan tv sambil nonton kartun kesukaannya, Upin dan Ipin.
Setelah selesai makan, Nazwa langsung masuk kamar dan dia tiba-tiba teringat Danuar. Dia ingat saat Danuar mengenggam erat tangannya.
" Danuar, lo tuh sebenarnya kenapa takut sama hujan sih? Aneh tau! "
Ujarnya dalam hati

                         ®ⓐⓘⓝ

Rain PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang