III. Awal dari semua permasalahan

102 8 0
                                    


" Aku tak pernah tahu...
Apa yang kau rasa...
Hingga kau berwajah datar selalu...
Ku ingin bantumu sembuhkan luka...
Meski...
Kau selalu terturup padaku...
Hari-hari yang kita lalui...
Menjadikan ku mulai merasa....
Merasakan sebuah sensasi indah bersamamu....
~ Nazwa Raina Shafeera ~

                        ®ⓐⓘⓝ

Nazwa berjalan menyusuri lorong sendirian setelah pulang dari laboratorium.
Saat sedang berjalan. Nazwa pun tak sengaja menghentikan langkahnya. Karena terkejut dan sifat kepo nya sedang kumat, saat melihat kerumunan orang di kelas XI IPA-4.
Nazwa pun  menyelip masuk ke kerumunan siswa yang entah sedang menyaksikan apa. Dilihatnya dua orang yang sedang baku hantam. Dan betapa terkejutnya Nazwa saat salah satu dari kedua orang itu adalah Danuar.
Sebuah pukulan pun menghantam wajah Danuar. Dan ia pun terhuyung ke lantai.
" Danuar! " Teriak Nazwa yang kaget bukan kepalang saat melihat temannya itu mendapat bogeman Joy.
Danuar pun kembali bangkit dan saat sebuah tamparan yang dilayangkan Joy, akan segera meluncur ke wajah Danuar, dengan maksud ingin menantang kembali Danuar agar terus melayani nafsu amarahnya.
Nazwa berlari dan berdiri di hadapan Danuar. Sehingga tamparan keras yang Joy layangkan, mendarat tepat di pipi kanan Nazwa. Hingga Nazwa terpental ke lantai dan pingsan.
" Nazwa!! " Pekik Danuar yang langsung menghampiri Nazwa.
" Ya ampun! Sorry, gue gak sengaja! " Joy merasa bersalah telah menampar Nazwa.
" Awas lo Joy! " Ancam Danuar.
" Semua tuh gara-gara lo! Gue gak sengaja! " Teriak Joy dan semua orang yang ada di sana menatap horor ke arah Joy.
Danuar pun langsung menggendong Nazwa keluar dari kelas, menjuju ke UKS.

Beberapa menit kemudian, Nazwa tersadar. Dan dilihatnya Danuar sedang duduk di samping ranjang tempat Nazwa terbaring, dengan sudut bibir dan sudut mata kirinya berwarna merah karena kena bogeman mentah si Joy.
" Danuar! " Panggil Nazwa.
" Lo udah sadar? Syukurlah! " Respon Danuar dengan sumringah.
" Lo ngapain di sini? " Nazwa mencoba untuk duduk.
" Eh, lo jangan bangun dulu! Tiduran aja! " Sergah Danuar sambil menaikkan selimut yang menutupi tubuh Nazwa.
" Lo gendong gue ke sini ya? " Tanya Nazwa sambil cengengesan.
" Iya! " Jawab Danuar ogah-ogahan
" Lain kali, lo jangan gendong-gendong gue. Kita bukan muhrim! " Nazwa memberitahukan Danuar.
" Iya, sorry! Lo sih, malah ikut-ikutan! " Danuar memarahi Nazwa.
Nazwa hanya tersenyum. Mereka berdua pun hanya terdiam seribu bahasa.
" Dan! " Panggil Nazwa
" Hm... " Jawab Danuar singkat.
" Sebenarnya penyebab pertengkaran lo itu apa? Cerita dong sama gue! " Pinta Nazwa kepada Danuar.
Danuar hanya diam menatap Nazwa.
Nazwa pun mengalihkan pandangannya, karena ia tak suka jika bertatapan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.
Pandangannya terhenti pada dada Danuar. Pria itu mengenakan kalung berbentuk satu tetes air  berwarna biru muda yang bertuliskan Danuar.
" Sejak kapan, lo pake kalung? " Nazwa spontan bertanya kepada Danuar yang sedang menatap kosong ke arah ranjang.
Danuar hanya menatap Nazwa.
" Apa karena itu, lo jadi berantem? " Nazwa kembali bertanya.
" Lo tuh ya, seharusnya gak usah sok ngelindungin gue, kena gampar aja pingsan! " Danuar mengalihkan pembicaraan.
" Hahaha gue udah kebal digampar, Danuar! Tapi, gue tadi emang lagi lemes aja, belum makan. Jadi, daya pertahanan tubuh gue lemah! "  Nazwa mencoba terdengar kuat di telinga Danuar.
" Terserah lo! Gue bingung sama cara lo mikir! " Danuar menjawab dengan ketus.
" Danuar, lo belum jawab pertanyaan gue! Lo berantem gara-gara apa? " Nazwa kembali bertanya.
" Lo gak perlu tau, sebab dari perkelahian gue sama si brengsek Joy! Yang punya masalah tuh gue, bukannya lo! " Danuar menegaskan.
" Tapi, sekarang gue terlanjur ikut dalam masalah ini, jadi gue berhak dong, tau jalan cerita permasalahan ini? " Nazwa mengotot.
" Ya terus, siapa yang nyuruh lo sok-sok an lindungin gue, hah? Gue bisa sendiri dan gak perlu bantuan dari lo! "
Danuar memalingkan wajahnya dan mencoba menenangkan diri.
Nazwa pun mendekatkan tubuhnya ke dekat Danuar.
" Danu, lo temen gue! Dan gue gak mau liat temen gue menderita kayak yang lo rasain tadi! " Nazwa mencoba meyakinkan Danuar atas prinsip yang ia pegang.
" Jadi.... lo nganggep gue sebagai sahabat lo? "
" Lo fikir kebersamaan kita selama beberapa hari ini gue anggep apa? Lo temen gue, dan gue gak mau lo terluka! " Nazwa mulai berbicara serius.
Danuar tersenyum tipis tapi langsung dia hilangkan.
" Danu, kalung lo berarti banget ya, buat lo? Makanya, kalo ada yang megang dan neko-neko sama kalung lo, lo bakalan bertindak. Iya? " Nazwa duduk dan memandang Danuar sekilas.
Danuar mengangguk.
" Wow! Gue jadi bangga bisa pasang badan buat lo, tadi! " Nazwa mulai ngawur.
" Lo gila ya? Bangga apanya? Nyungkruk gitu, malah bangga! " Danuar keheranan dengan pernyataan Nazwa. Pria itu pun menggeleng-gelengkan kepala, lalu menatap kosong pot bunga yang tanah dan batu hiasnya kering karena belum disiram selama beberapa hari.
" Ya gue senenglah! Gue bangga, soalnya gue udah bantuin lo buat ngejaga benda berharga yang lo sayangi! " Nazwa memperlihatkan  tersenyumnya di hadapan Danuar yang sekarang menatapnya dengan tatapan nanar.
Danuar pun merasa salah tingkah dan menunduk.
Hening*
Tiba-tiba ketiga sahabat Nazwa masuk, memecah keheningan yang sempat melintas di antara mereka.
" Nazwa! Lo kenapa? " Pekik ketiga sahabtnya secara serempak.
" Gue... " Ucapan Nazwa terhenti saat Kira tiba-tiba angkat bicara.
" Oooh! Pasti lo kan, yang nyelakain Nazwa sampe kayak gini? " Kira menuduh Danuar.
" Lo jangan asal tuduh ya! " Danuar menolak tuduhan Kira yang ditujukan kepadanya.
" Airra, lo itu kebangetan! " Zeze ikut nimbrung.
Danuar hanya bisa diam dan mendelik ke arah Zeze dan Kira.
" Eh, kok Zeze panggil dia dengan sebutan Airra? " Nazwa kebingungan " Lo bohongin gue juga Dan? " Tanya Nazwa kepada Danuar.
" Hm... Kasus gue sama kayak lo! Itu nama tengah gue! Nama asli gue tuh, Danuar Airra Dinatta " Danuar mengklarifikasi.
" Oooh, sorry! Gue kira, lo nipu gue juga! " Nazwa nyengir.
Danuar menggeleng dengan wajah datar.
" Loh, kalian saling kenal? " Tanya Shania kepada Nazwa dan Danuar.
" Iya, emang kenapa? " Danuar menjawab dengan nada ketus.
" Ka..lian punya hubungan apa? " Tanya Zeze
" Dia itu... " Omongan Nazwa, lagi-lagi dipotong oleh Danuar.
" Pacar gue! Nazwa, pacar gue! " Celetuk Danuar tanpa berkompromi terlebih dahulu dengan Nazwa.
" Masa iya? " Ketiga sahabat Nazwa berteriak bersamaan, saking kagetnya.
Danuar tersenyum sinis.
" Enggak! Gue sama dia cuman temenan kok! " Nazwa mengklarifikasi.
" Seriusan? Lo kali Naz, yang bohong sama kita-kita! " Kata Zeze sambil memonyongkan bibirnya.
" Lo itu percayanya sama siapa sih? " Nazwa memicingkan kedua matanya dan melirik ke arah Zeze.
Itulah salah satu jurus andalan Nazwa. Jika sudah seperti itu, ketiga sahabatnya tidak pernah berani menentang Nazwa.
" Naz, ini pasti gara-gara si Airra ya? " Kata kira sambil menoleh dengan tatapan sudut mata yang tajam.
Danuar yang tadinya menunduk kesal, sekarang mengangkat wajahnya dan mentap ke arah  empat orang itu.
" Enggak, Kir! Gue yang salah kok! Tadi, pas Danuar lagi berantem sama si Joy, gue liat ke sana. Dan gue kaget, saat Danuar bakalan ditampar si Joy. Nah, jadi gue halangin Danuar deh. Dan akhirnya, gue yang kena tampar sampai pingsan " Nazwa menjelaskan kepada ketiga sahabatnya.
" Itu sih, sama aja lo cari mati! " Celetuk Shania sambil mendelikkan kedua matanya.
Tiba-tiba, Ruslan temannya Danuar datang dan memboyong Danuar keluar ruangan UKS dan pergi ke ruang BK.
" Naz, tapi lo gak beneran pacaran kan, sama si Airra itu? " Kira mencoba meyakinkan dirinya.
" Gak percayaan banget sih! " Nazwa menjawab dengan nada kesal.
" Ya udah iya, kalo gitu gue sama Zeze beliin lo minum sama makan dulu. Oke? " Kira dan Zeze pun melengos keluar dari ruang UKS dan meninggalkan Nazwa dengan Shania yang hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan sabatnya itu.

Rain PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang