«7» Circumstances Are Quite Good

422K 23.1K 543
                                    

Di dalam taxi Adel tersenyum, rasanya sangat bahagia. Rasa yang tidak pernah dirasakannya lagi sejak lama. Dan rasa itu baru ia rasakan kembali setelah sekian lama. Adel membuka ponselnya dan membuka galeri. Ya tadi mereka bertiga sempat berfoto-foto. Tadinya Adel menolak, tapi Arleta memaksa dan berakhirlah dengan berfoto ria. Di sana, ekspresinya menunjukan wajah bahagia. Ekspresi yang selama ini tidak ditunjukan, dan tidak pernah dikeluarkan.

Taxi yang Adel tumpangi sudah sampai di tempat tujuan, setelah mbayar taxinya Adel langsung turun dan masuk ke dalam rumah. Ya Adel memang pergi ke rumahnya, rumah yang ia anggap betul-betul sebagai rumah. Bukan hanya sebatas tempat tinggal semata. Adel memencet bel rumah dan munculah Mbok Wangsih. Mbok Wangsih tersenyum melihat Adel yang sudah dianggap anak sendiri datang.

"Ayo masuk sayang."

Adel menyalami tangan mbok Wangsih. Tapi mbok Wangsih menolak.

"Aduh tangan ibu kotor, bau masakan."

"Enggak apa-apa Bu, bau bahan dapur gak membuat orang gak bisa meminta do'a 'kan?" Adel tetap mencium punggung tangan Mbok Wangsih.

"Zola langsung ke atas aja ya Bu, lengket semua." ucap Adel.

"Ibu siapin makan siangnya ya?"

"Iya Bu, kalau gitu Zola ke atas ya."

Adel langsung ke kamarnya dan mandi. Selesai mandi Adel memilih baju yang akan dikenakannya nanti. Tatapan Adel jatuh pada baju yang menurutnya simple. Setelah di rasa cukup, Adel turun ke bawah dan langsung duduk di meja makan.

Mbok Wangsih mengambilkan nasi ke piring Adel. "Makan yang banyak."

"Ibu juga makan dong," ajak Adel.

"Ibu sudah makan tadi." Adel tidak menjawab, hanya tersenyum.

Adel makan dalam diam yang ditemani oleh Mbok Wangsih. Adel benci ketika makan sendiri, Adel sangat benci itu. Jadi setiap di sini Adel selalu minta untuk ditemani jika makan. Adel benci pada fakta dan kenyataan yang membuatnya ingin merasa menjadi gadis paling tidak beruntung sedunia.

Bagaimana jika kamu mempunyai keluarga yang utuh tapi merasa seperti tidak mempunyai keluarga. Raasanya menyakitkan? Sangat. Itulah jawabannya. Jika kalian merasakannya kalian adalah orang yang sangat tegar.

Tapi apakah boleh kita menangis untuk mengurangi rasa sakit ini? Apa tidak boleh? Rasanya ingin sekali menangis, tapi tidak mungkin. Sebisa mungkin, ia tidak akan menangis di depan orang lain. Adel selalu memendam perasaannya, ia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Cukup dirinya saja yang merasakan kesedihannya.

Tebarkan senyuman, bukan kesedihan. Senyumnya yang membuat orang lain ikut tersenyum, bukan kesedihan yang membuat orang mengasihani.

Adel paling benci dikasihani, paling benci di anggap sebelah mata. Adel tersenyum setelah setelah selesai makan. Setelah Mbok Wangsih membereskan meja makan, Adel menunggu Mbok Wangsih di ruang tamu.

"Butuh sandaran nak?" Adel mengangguk.

Mbok Wangsih dengan senang hati mendudukan dirinya di sofa. Adel langsung merubah posisinya menjadi tidur menggunakan paha mbok Wangsih sebagai bantalnya.

"Ibu, Zola merasa bahagia sekarang." Mbok Wangsih tersenyum, ia juga sangat mengharapkan agar anaknya bahagia. Jika Adel adalah anak kandungnya, tidak akan pernah ia membuat Adel bersedih walaupun hanya sebentar.

"Mau cerita sama ibu?"

"Tadi Zola baru dikenalin sama calon kakak ipar Zola, dia orangnya baik." kata Adel.

"Bagus dong kalau gitu nak, jangan terlalu sedih nak. Nikmati hidup ini, ibu yakin suatu saat nanti kebahagian akan datang nak." Adel mengangguk lalu tersenyum.

Strong Girl [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang