Chapter 1 : Dunia yang Penuh Trik

26 2 1
                                    

Markas Besar Angkatan Darat, Ibukota, Milenial Ke-2

/BRAK/

    "Samudera Biru! Sebenarnya apa sih yang ada di pikiranmu malam tadi, hah?!"

    "Hey, Yue! Coba kau lebih tenang sedikit, kau ini tidak sedang berada di-"

    "Diam kau."

     Suara berisik terdengar memenuhi lorong utama markas besar. Saling bersahut untuk memaki-atau lebih tepatnya saling mencegah satu sama lain. Lorong itu menuju ruang latihan utama, dan sepanjang lorong itu pula dua orang dengan pakaian 'tidur' menjadi pusat perhatian.

      Sang dara dulu lah yang pertama menempelkan tanda pengenalnya yang tertanam di pergelangan tangan kearah pintu otomatis demi masuk ke dalam ruangan latihan pertama, diikuti sosok adam yang sedari tadi mencoba menenangkan dara didepannya itu. Saat itu waktu baru menunjukkan jam 6 di pagi hari. Hanya ada segelintir orang di ruangan itu.

     Perhatian dara itu terfokus kearah seorang adam lainnya didalam ruangan latihan khusus yang hanya seukuran 4 x 4 meter persegi, dengan kaca sebagai dinding di keempat sisinya. Dara itu lantas memencet tombol merah di dekat pintu masuknya-sebuah tombol yang membuat orang di dalamnya mendengar apa yang ia ucapkan.

     "Sam, aku ingin bicara."

     Selang bebrapa detik, tak ada jawaban dari adam itu, membuat dara yang berada di awal umur 20-an itu semakin gemas. Tapi baru saja ia akan menekan kembali tombol merah, adam yang sedari tadi mengikuti, menahan tangannya.

     "Sekarang apa lagi, Raja? Kau tak tau apa yang dia lakukan akan-"

     "Dengarkan aku dulu wahai perempuan. Lihat itu," Adam yang dipanggil Raja itu menunjuk satu-satunya meja yang terdapat didalam ruangan 'self-practice', "Dia tak memakainya, jadi mau berteriak bagaimana juga akan buang-buang waktu."

     Sepasang earpiece terlihat disana, membuat Yue menghela nafas.
     "Makanya dengarkan aku dulu." Gerutu Raja sembari mendekati ruangan self-practice itu. Ia kemudian mengetuk dinding kaca itu hingga orang yang didalamnya menoleh, kemudian ia menunjuk Yue dibelakangnya, memberikan isyarat bahwa dara itu ingin bicara kepadanya.

     "Tunggu." Hanya itu yang diucapkan Samudera sebelum akhirnya meraih handuk kecil miliknya dan memencet tombol unlocked ruangan itu. Setelah melihat Samudera keluar dari ruangan kedap suara itu, Yue langsung mendorong Raja kebelakang.

     "Samudera, sebenarnya apa yang kau pikirkan tadi malam?"

      Samudera tidak merespon, malah santai memasang earpiece  miliknya sebelum akhirnya menatap Yue yang hanya berjarak satu langkah darinya.

     "Kau pasti akan menanyakan masalah tadi malam, 'kan? Gimana? Perintah skors sudah turun?"

     Yue menatap tak percaya Samudera, sebelum akhirnya ia mengeluarkan sebuah kartu plasma seukuran kartu remi berwarna merah, dengan nama lengkap Samudera tertera disana beserta pangkatnya. Tak ada raut kesal di wajah Samudera, tanpa komentar ia langsung mengambil kartu plasma itu dan manaruhnya di celana training.

     "Skors dimulai pada saat pergantian personil jaga sore ini."

      "Terima kasih, Wang Yue. Kau sudah mau merepotkan diri untuk mengambil kartu ini di kantor pusat, ku tebak pasti kau belum mandi, 'kan? Menilik dari pakaianmu."

      "Sudah berapa kali aku bilang, jangan memanggilku dengan nama itu...."

      Samudera tak sepenuhnya salah. Memang betul Yue sama sekali belum mandi. Tak terbersit keinginannya untuk mandi saat ia melihat surat perintah skors untuk Samudera terbit notification saluran pemberitahuan utama markas besar. Apa menurut kalian, kalian akan terpikirkan mandi saat melihat surat skors untuk ketua tim kalian terbit sebagai 'headline' hangat di markas besar?

Birai KristalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang