THE BEGINNING

16 5 4
                                    

       

Sambil menggunakan Kacamata nya, Bu Lina Anggraeni selaku Guru Bahasa Indonesia, membacakan dengan nyaring tugas esaiku ini tepat di depanku.

"Kegiatan dihari liburku yaitu bangun tidur, makan, BAB, main game, lalu tidur."

Saat mendengarkannya, kusadari bahwa kegiatan liburan yang telah kujalankan ini tidak ada bedanya dengan rutinitasku sehari-hari. Hmm..walaupun terlihat membosankan, tentunya Aku tetap harus menikmatinya.

Sebenarnya ini terlalu memaksa, tapi untuk saat ini, hanya inilah yang bisa kulakukan di masa mudaku. Karena suatu hal yang terjadi dimasa lalu membuatku menjadi tidak bisa kembali kedalam kehidupanku yang dulu lagi.

Selesai membaca, Bu Lina menempelkan tangan ke dahinya lalu menghela napas panjang.

"Katakan, Gideon. Kau ingat tugas esai apa yang Ibu suruh kerjakan ini?"

"...ya, temanya adalah kegiatan yang dilakukan selama liburan kan?"

"Lalu ini apa coba?! Kau ini bodoh atau apa...hah?"

Suaranya yang lantang mendandakan bahwa beliau dalam keadaan marah.

Bu Lina lalu menggaruk kepalanya sambil mendesah.

Dengan desahanya yang khas membuat pandanganku menjadi auto fokus ke belahan dada Bu Lina yang sedikit terlihat. Mungkin beliau lupa mengancingkan bagian atas seragamnya, atau mungkin itu memang sebuah kesengajaan? , Belahan dadanya yang kecil mungil membuatku berfantasy tentang...ahhh aku mulai berpikir jorok.

*Plaaakkk!!!

Tangan nya menghantam meja dengan keras.

"Perhatikan kalau Ibu bicara! "

"I-iya bu." Bagaimana ini? Aku sangat ketakutan! apakah Bu Lina  menyadari kalau Aku telah menatap dada nya? sial! Apakah Aku bakal kena hukuman berat akan hal itu? Gawat!

"Tatapanmu itu kosong persis seperti ikan mati."

"...Eh?"

Beliau tidak menyadarinya? atau tak menghiraukan arah pandanganku? ini lebih dari yang aku bayangkan.

Umur Bu Lina juga tergolong masih muda, bisa dibilang beliau adalah Guru termuda di SMA Negri Kesenian, mungkin beliau lebih cocok dipanggil Kakak daripada Ibu Guru.

Dan walaupun masih muda, Bu Lina tetap saja adalah seorang Guru.

Ah hampiiirr saja...Aku deg-deg'an, sungguh deg-deg'an.

" Gideon, esai macam apa ini? Beri Ibu penjelasan."

Tatapan tajamnya mengarah padaku, dan pandangan geramnya cukup memberi kesan mematikan, hingga tanpa sadar memaksa dan membuat tertekan siapa saja yang melihatnya. Cih, Bisa dibilang, itu benar-benar ekspresi yang mengerikan.

"Eng..Anu..memang itu kegiatanku diwaktu liburan Bu...enggak ada yang salah kan?"

Jawabku sambil terbata-bata. Aku bisa gugup hanya karena bicara dengan orang lain. Ketahanan ku dalam berkontak mata bisa dibilang sangatlah lemah. Aku lebih merasa nyaman memandang belahan dada atau bibir lawan bicaraku daripada berkontak mata ketika sedang berbicara dengan seseorang.

*Duuggg!!!

Tangan nya yang mengepal kembali menghantam sebuah meja Guru sampai mengagetkan ku.

" Bodoh..!! Libur sebulan makan tidur beol aja kerjaanmu. Mendengarkanya saja sudah membuat Ibu bosan. "

Woah ,kini Bu Lina benar-benar marah.
Seburuk itukah kehidupanku? Mungkin Bu Lina ada benarnya juga, kehidupan ini terasa sangat membosankan. Iya, terasa sangat membosankan sampai membuatku enggan untuk melangkah maju.

Fulquentius;DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang