RED

10 4 3
                                    

04-APRIL-2020

Apa sih sebenarnya rasa bosan itu? Apakah kau termasuk orang yang mudah bosan? Bagaimana cara mengukur rasa kebosanan? Setiap orang pada suatu saat pasti akan merasa mengalami kebosanan. Anak-anak bahkan lebih sering mengalami rasa bosan itu sendiri, karena mereka belum tahu bagaimana harus melawannya.

Namun bayi dan anak kecil yang baru belajar jalan, jarang mengalami kebosanan. Bayi menghabiskan banyak waktu untuk tidur dan menyusu. Adapun anak kecil yang belajar jalan, hampir punya rasa ingin tahu yang tak terbatas untuk menjelajahi dunia yang masih baru bagi mereka. Walaupun begitu, anak-anak pada usia sekolah, mereka bisa berubah-ubah perhatiannya. Mereka bisa asyik dalam suatu aktivitas dalam semenit, menit berikutnya hilang ketertarikannya dan mengeluh merasa bosan.

Kebosanan pada orang dewasa seringkali merupakan suatu tanda kurangnya stimulasi intelektual. Dalam kasus yang tidak begitu banyak, orang yang berulang kali mengeluh bosan bisa jadi menderita suatu keadaan klinis semacam depresi.

Lalu, kebosanan itu sendiri apa?

Kapan rasa bosan itu datang?

Kenapa rasa bosan itu datang?

Cara mengatasi rasa bosan itu bagaimana?

Jawaban nya mudah sekali.

Apa kebosanan itu? Kebosanan adalah diriku sendiri

Kapan kebosanan datang? Kebosanan datang di setiap saat. setiap detik, setiap menit, setiap hari. Kapan disitu ada aku, pasti kebosanan itu sendiri pasti hadir.

Kenapa kebosanan datang? karena aku masih bernafas.

Bagaimana cara mengatasi rasa kebosanan? pergi ke sini, di sini, di taman ini, sebuah taman bermain, taman harfiah.

Seperti itulah kebosanan. Setiap hari, setiap saat. Kebosanan adalah diriku, diriku ini adalah sebuah kebosanan. Seperti sekarang, saat ini, saat sepulang sekolah, berteman dengan rasa bosan, kencan kesebuah taman didekat sekolahan. Pada saat saat itu, kira-kira sekitar jam 16.00 aku berada di sana.

Aku sedang duduk di bangku sebuah taman memandangi langit biru seperti orang bodoh, tanpa melakukan apapun, duduk di bangku sebuah taman yang berada tidak jauh dari sekolahan.

Tamannya cukup luas.

Akan tetapi, taman ini terlalu sederhana dan kurang lengkap untuk digunakan sebagai taman bermain, jadi, mungkin itulah alasannya taman ini terasa luas. Hanya terasa kosong. Hanya ada sebuah ayunan di sudut taman dan sebuah kotak pasir kecil; tidak ada jungkat-jungkit, tidak ada panjatan, bahkan tidak ada perosotan. Untuk siswa SMA kelas dua sepertiku, taman ini seharusnya menjadi tempat yang membuatku bernostalgia, tetapi, sungguh, yang kurasakan malah sebaliknya.

Tetapi, alasan mengapa taman ini begitu kosong, mungkin karena hal semacam itu. Mungkin ini adalah semacam tempat dimana taman bermain dianggap berpotensi membuat anak-anak trauma sehingga mainan yang tadinya terpasang dibuat agar lebih aman. dan untuk alasan semacam itu? Tetap saja, pikiran awalku tidak akan berubah, namun kupikir, omong-omong, ayunan tentunya yang paling berbahaya, akan tetapi, yah, hal semacam ini tidak ada hubungannya denganku.

Aku benar-benar terlalu nekat saat aku masih anak-anak.

Begitulah kupikir, dengan perasaan yang berbeda dari sebuah nostalgia.

Oh sial, aku bergumam selagi mengubah poseku yang mana tadinya aku sedang memandangi langit, sekarang menatap ke arah tanah, dengan kepalaku di antara tanganku.

Sebuah suasana yang gelap datang menutupiku seperti sebuah badai.

Aku melihat keatas, cukup tenang dan santai, dan kali ini aku merasa bahwa diriku ini kecil, dan aku membenci diriku karenanya. Membenci diri sendiri mungkin kata yang tepat biasanya, aku bukanlah tipe orang yang selalu merenung, dan aku juga bukan semacam orang yang kepalanya selalu dipenuhi dengan kata-kata "penderitaan", yah, pada hari ini, selain rasa bosan, semacam ini, aku sering menjadi seperti ini untuk suatu alasan.

Fulquentius;DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang