27-MARET-2020
Nathalia Irina, kalem, cantik, dan murah senyum. Tiga kata itulah yang pertama terlintas di benak ku tentang dirinya.
Irina dikenal secara luas sebagai seorang Ketua Osis yang pandai melukis di SMA Negri Kesenian, tentu saja di sekolahan dia tidak kalah populer dengan Alice Everdeen.
Dia adalah perempuan yang cerdas dan berada diperingkat atas di kelas. Namanya selalu terpampang di sepuluh besar peringkat sekolah yang diumumkan setelah ujian selesai dalam setiap pelajaran. Bahkan jarak nilainya dengan Alice pun hampir sama. Bisa dibilang, Irina adalah murid tercerdas kedua di SMA Negri Kesenian.
Selain cerdas, dia juga sangat berbakat dalam bidang lukis melukis. Lukisan nya sangat terkenal di Indonesia, dia juga pernah menjuarai kontes melukis di tingkat nasional. bisa dibilang, Irina adalah seorang pelukis profesional. Mungkin, karena bakat melukis nya lah yang membuat dirinya masuk ke sekolah SMA Negri Kesenian.
Walaupun begitu, merupakan hal bodoh kalau membandingkan dia dengan aku (yang gagal di setiap pelajaran kecuali TIK) ini pasti karena otak kita dibuat dengan cara yang berbeda.
Walaupun Irina sangatlah cerdas dan berbakat, dia adalah seorang siswi yang berbeda dengan siswi lain pada umum nya. Kebalikan dari Alice, dia memiliki tubuh yang sangat lemah. Memberikan kesan seolah-olah tubuhnya akan rapuh hanya dengan sedikit sentuhan.
Jadi tidak mengherankan kalau dia dibebaskan dari pelajaran olahraga. Bahkan untuk apel pagi pun dia hanya duduk ditempat yang teduh dikarenakan tubuhnya yang sangat lemah, dia sering pingsan ketika cuaca terasa sangat panas, saat hujan dan suhu ruangan menjadi sangat dingin pun dia juga sering terkena demam.
Dia sering keluar-masuk ruang kesehatan, dan karena melakukan pemeriksaan di rumah sakit, dia sering telat datang ke kelas, pulang lebih awal, ataupun tidak hadir sama sekali.
Sebenarnya, Irina pernah satu kali tidak naik kelas pada saat aku masih jadi adik kelas nya. Bukan karena nilainya yang tidak memenuhi standar ataupun sikap nya yang tidak baik disekolahan, tapi karena dia sering tidak hadir dikelas. Pada saat itu, Irina berada di dalam rumah sakit dalam jangka waktu yang lumayan lama, ketika waktu nya ujian pun dia sama sekali tidak mengikuti semua mata pelajaran.
Itulah kenapa Alice menganggap Irina sebagai seorang senior dan selalu menghormatinya dengan menyebut dia dengan sebutan 'Kak Irina'.
Bukan nya aku tidak menghormatinya, tapi umurku dengan Irina itu tidaklah beda jauh, hanya berkisar satu bulan lebih tua dirinya. Itu sebab nya aku menganggap nya sebagai seorang yang masih seumuran denganku.
Tetapi.
Pada suatu hari.
Sesungguhnya, setelah bertemu dengan Alice, aku sering menghabiskan waktu sepulang sekolah dengan jalan-jalan sendirian di sekitar sekolahan. Berharap seorang malaikat datang memberiku kekuatan untuk mengubah sistem dunia ini. Tentu saja itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi, hanya saja, aku suka menghayal tentang hal yang tidak mungkin jadi kenyataan.
Saat itu, sepulang sekolah, Hujan deras membasahi bumi dengan angin yang sangat kencang, aku berteduh di sebuah taman yang sepi tanpa ada seorang pun yang ada disana. Pada saat itu, tanpa ku sadari, ada seorang gadis yang terdiam diri sedang memandangi sebuah langit ditengah derasnya hujan. Ketika aku memandangi nya, secara mengejutkan gadis itu terjatuh pingsan seolah-olah, gadis itu telah diberi anugrah oleh seorang bidadari yang turun dari surga.
Gadis itu adalah Nathalia Irina.
Aku bisa saja membiarkan nya tertidur di tengah deras nya hujan dengan angin yang menggebu-gebu. Tapi aku lebih memilih untuk berlari membawanya ke ruang kesehatan. Kebetulan taman dengan sekolahan jaraknya juga tidak terlalu jauh.
Sepertinya itu adalah pilihan yang terbaik dari pada membawanya kerumah sakit, karena bisa dibilang rumah sakit disini sangat jauh bila ditempuh hanya dengan berlari menggendong nya.
Tidak, itu mungkin adalah pilihan yang terburuk.
Karena.
Ketika kulihat wajah nya yang dihiasi oleh air hujan, terlihat matanya telah di banjiri dengan air mata yang menetes dibarengi dengan tetesan air hujan hingga membuat wajah anggun nya terlihat sangat pucat.
Iya, kurasa dia sedang menangis di tengah deras nya air hujan, dia menangis bersamaan dengan tetesan hujan hingga tak terlihat kalau dia sedang menangis.
Itu benar. Seolah-olah, Irina sedang menutupi tangisan nya dengan terdiam diri di tengah deras nya air hujan yang menghiasi wajah cantik nya agar tidak ada orang yang mengetahuinya kalau dia sedang menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fulquentius;Dream
RomanceKisah ini bercerita mengenai kehidupan seorang penyendiri, Gideon Arsa Yulianto. Gideon tidak punya satu pun teman di sekolahan nya, SMA Negri Kesenian. Tapi suatu hari, dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang paling populer di SMA Negri Keseni...