***
"Daniel!" teriakkan nyaring terdengar di koridor lantai satu kampus ini. Pria yang merasa namanya dipanggil itu segera membalikkan badannya.
"Ros--" Belum sempat ia membalas untuk menyebut nama perempuan itu, badannya sudah dipeluk erat.
"Aku mencarimu kemana-mana!" omel Rosie sembari cemberut saat ia sudah melepaskan pelukannya.
"Oh, maaf. Tadi aku ada perlu dengan dosen."
"Ada apa kau mencariku, Rosie cantik?"
Dengan seketika, kedua pipi Rosie memanas. Ia merasa suhu tubuhnya meningkat karena panggilan manis Daniel untuknya.
"Daniel, berhenti!" Gadis itu tersipu malu. Dan Daniel amat menyukai respon Rosie yang tak pernah berubah jika ia menggodanya.
"Ayo kita makan!" ajaknya sambil merangkul bahu kecil sang kekasih.
***
KRING KRING
Suara bel terdengar begitu Daniel membukakan pintu cafe untuk Rosie.
"Ah ... Pasangan ini lagi. Selamat datang di kafe kami, pasangan lem dan perangko," sambut Mario sang pemilik kafe. Ia adalah sahabat Daniel yang tentu saja sudah mengenal Rosie begitupun sebaliknya.
"Hai, Mario," sapa Rosie tersenyum ramah.
"Rose!" sentak Daniel tidak suka. Gadis itu hanya memeluk lengan kekasihnya dengan manja--berusaha merajuk.
"Ey, kau ini, Dan. Selalu cemburu ..." Mario hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti dengan sikap Daniel.
"Duduk sana!" usir Mario sembari mendorong keduanya menuju meja 'khusus' mereka.
"Kita pesan--"
"Ya ya, aku sudah tahu!" Pria itu menghiraukan ucapan Daniel, kemudian memesankan makanan yang selalu dipesan oleh pasangan lengket itu.
"Sepertinya dia marah, Niel. Apa tidak apa-apa?" celetuk Rosie hati-hati.
"Makanya, jangan bersikap manis seperti tadi lagi." Daniel menyindir.
"Dia itu temanmu, Daniel! Apa aku harus bersikap sombong?" tanya Rosie agak emosi.
"Lebih baik begitu ...," jawab Daniel enteng.
"Kamu gila!" seru Rosie tak percaya. Bagaimana bisa, menyapa sahabat kekasih membuat ia cemburu sebegitunya?
"Sepertinya suhu disini lebih panas daripada di luar." Mario datang dengan nampan dan dua gelas vanilla latte untuk Daniel dan Rosie.
"Sudahlah, Dan. Rosie hanya menghormatiku sebagai sahabatmu, jangan berpikir berlebihan."
"Diamlah ...," jawab Daniel ketus.
"Dasar keras kepala." Mario memalingkan pandangannya ke arah Rosie yang terlihat gelisah. "Belikan saja dia es krim, Ros. Dengan sekejap moodnya pasti kembali, dia kan seperti anak kecil," sindir Mario bercanda.
Daniel memelototi Mario yang sekarang sedang menyengir lebar. Dilihatnya Rosie yang sudah bangkit dari duduknya.
"Mau kemana kamu?" tanya Mario cepat.
"Em, ke supermarket di seberang jalan?" jawab Rosie ragu. Takut melakukan kesalahan lagi.
"Oh Tuhan, Rosie ... Kau percaya apa yang dia katakan? Tidak, kita pulang sekarang."
Daniel menarik lengan mungil Rosie pelan dan membawa gadis itu keluar dari kafe. Kemudian mereka menuju mobil sedan hitam milik Daniel.
***
Keadaan hening menerpa keduanya. Dengan tiba-tiba, pasangan ini berubah diam tak biasanya. Karena hal kecil. Kau tahu, itu yang disebut sebagai bumbu penyedap dalam sebuah hubungan. Kasarnya, salah paham itu wajar.
Otaknya berpikir keras. Memikirkan kalimat seperti apa yang seharusnya ia keluarkan untuk memecahkan keheningan yang aneh ini. Rosie berteriak dalam hati. Ia tidak biasa dengan keadaan seperti ini. Daniel yang diam seribu bahasa karena cemburu?
"Daniel ...," panggilnya pelan.
"Hm?"
Ya Tuhan ... Batinnya berkata. Rosie menguatkan diri mendengar jawaban singkat kekasihnya itu.
"Kenapa?"
"Apa?" tanya balik Daniel dengan pandangannya yang tak lepas dari jalanan di depannya.
Argh, sialan Daniel!
Ingin rasanya Rosie menggigit Daniel saking gemasnya dengan sikap kekanakan pria itu. Bagaimana bisa ia cemburu karena ia menyapa sahabatnya? Ya, ia tahu kalau Mario itu seorang playboy. Tapi, mana mungkin ia menyukai sahabat kekasihnya sendiri?
"Beri aku alasan yang pasti."
"Dia itu playboy, Rosie." Ternyata benar, itu alasannya.
"Kau tak mengerti juga? Hal kecil seperti tadi itu ...."
Daniel menghentikan ucapannya membuat Rosie tak sabar menanti kata selanjutnya yang akan pria itu keluarkan. Gadis itu berniat mengelak ucapan Daniel.
CKITTT
Suara ban yang bergesekkan dengan aspal terdengar nyaring agak menyakitkan telinga. Daniel dengan tiba-tiba membelokkan setirnya ke arah kiri untuk menepi di pinggir jalan. Beruntung jalanan agak sepi. Jadi, tidak ada kejadian yang tak diinginkan.
"Aku tidak mau kehilanganmu, Ros."
Untuk tiga detik ia masih menatap ke depan. Lalu, perlahan kepalanya mulai menengok ke arah samping kanannya dimana Rosie duduk dengan mimik wajah yang tak bisa diartikan. Mungkin gadis itu merasa bingung sekaligus tak menyangka dengan ucapan Daniel barusan.
"Daniel ... Aku disini, sayang." Dengan berani, gadis itu menggenggam lembut tangan kanan Daniel yang tengah memegang rem tangan mobil.
"Ya, aku tahu. Aku hanya takut. Terlalu takut jika itu terjadi."
Daniel agak merajuk seperti anak kecil yang takut ditinggalkan oleh sang ibu.
Rosie membuka seat-beltnya, kemudian merentangkan kedua tangannya selebar mungkin yang ia bisa. Berhubung tidak banyak ruang yang ada di dalam mobil sedan itu. Senyuman manis terbit di kedua sudut bibirnya.
Daniel merespon dengan menarik gadisnya ke dalam pelukannya.
"Jangan pernah pergi ... Itu mengerikan," Rosie bersuara lembut.
"Dasar gadis nakal!" bisiknya sembari mengelus rambut gadisnya itu.
"Maafkan aku," gumam Rosie.
Daniel membalasnya dengan pelukan erat.
***
TAMAT
![](https://img.wattpad.com/cover/109560713-288-k190262.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT
Cerita PendekKumpulan cerita roman-fiksi ringan sekali tamat dengan berbagai macam pasangan. Copyright © 2017 by Ailoils