Keempat

59 14 36
                                    

"Karna gue suka sama lo...."

Davin terdiam dan menatap heran Rara. Sedetik kemudian Davin tertawa, seolah itu hanya lelucon.

"Wahh sakit lo. kita tu baru kenal hari ini, lo baru ngeliat gue hari ini,dan lo suka sama gue hari ini juga??hahaha " Davin terus tertawa.

"Gue serius, lo percaya sama cinta pada pandangan pertama?"

Sontak membuat Davin terdiam lagi. Mereka saling berpandangan. Suasana benar-benar hening.

"Ehm..... g-gue percaya. Tapi kenapa lo sefrontal gini?" jawab Davin mencairkan suasana.

"Karena gue mau nunjukin kalo gue benar-benar suka dan cinta sama lo. Dan lo harus tau itu. Karena yang namanya mendam perasaan itu gak enak" jawab Rara sambil mengalihkan pandangannya dari Davin.

"Dua tahun lalu gue pernah ngerasain yang namanya mendam perasaan. Bukan perasaan cinta, tapi perasaan kecewa. Gue di gantung selama seminggu, trus tiba-tiba dia muncul. Kalo cewek lain mungkin bakalan marah atau minta putus, tapi gue malah sebaliknya gue pura-pura gak tau, dengan bahagia gue nyambut dia. Tapi kenyataan tak seindah harapan, gue berharap dia gak bakal ninggalin gue lagi tapi nyatanya dia ninggalin gue untuk menikah dengan cewek lain. Lagi ,gue cuma diam tanpa berkata apa-apa, gue cuma mendam rasa kecewa gue,rasa amarah gue. Sakit banget rasanya nyesek. Gue mendam rasa kecewa gue selama 2 tahun,gue sok strong, sampe gue takut untuk jatuh cinta lagi. Tapi setelah gue ketemu lo, gue mulai ngerasain yang namanya jatuh cinta" curhat Rara.

Davin terpaku menatap Rara. Davin melihat ada raut wajah sedih dari Rara. Davin pun mengalihkan pembicaraan,karena tidak mau membuat Rara makin sedih karna mengingat masa lalunya.

"Cie yang jatuh cinta sama gue. Ternyata pesona gue lumayan juga" goda Davin sambil menyisir rambutnya ke samping menggunakan jari.

Rara hanya tertawa melihat Davin

"Pesona lo membuat gue luluh" Rara menatap Davin sambil tersenyum tipis

Davin pun membalas senyuman Rara. Davin segera beranjak, dan mau masuk ke kamarnya.

"Eh kok pergi?" tanya Rara.

"Ngapain lama-lama sama cewek gila kayak lo" ketus Davin

"Ntar kangen loh sama gue" goda Rara.

"Gak akan pernah" Davin menutup pintu balkonnya.

"Selamat tidur Davin" Rara setengah berteriak.

Tinggalah Rara seorang diri, sambil menatap bintang-bintang yang berkilauan.
__________________

Pukul sudah menunjukkan 7 pagi, Rara sudah rapi. Dengan kaos berwarna hitam yang di lapisin dengan kemeja warna biru, celana jeans warna hitam dan mengikat rambutnya yang panjang itu.
Rara menghampiri Rina yang sedang menyiapkan sarapan.

"Pagi mi" sapa Rara.

"Loh papi tumben jam segini masih dirumah?" tanya Rara heran melihat papinya yang masih dirumah.

"Emang gak boleh?kamu gak kangen sama papi?" goda Hendra.

"Kangen sih, tapi papi sibuk mulu" protes Rara sambil mengoles rotinya sengan selai coklat.

"Maaf sayang, papi janji bakal luangin waktu untuk kamu" Hendra mengusap lembut rambut Rara

"Janji?" Rara mengulurkan jari kelingkingnya

Hendra pun mengaitkan kelingkingnya ke kelingking Rara

"Janji"

Setelah menyantap rotinya dan meminum susu, Rara pamitan dengan Rina dan Hendra.

Cinta Pandangan pertama & terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang