Hari ini tepat seminggu Daniel menjadi murid baru. Dalam waktu yang sesingkat itu, dia bisa membuat perempuan-perempuan di sekolahnya tergila-gila karna ketampannya. Contohnya, seperti hari ini, dia mendapatkan barang barang yang -sedikit aneh- dari para penggemarnya, seperti bunga, coklat atau apapun yang lebih cocok di gunakan untuk perempuan. Daniel sudah lelah dengan hadiah-hadiah itu tetapi, dia enggan untuk menolaknya, kasian katanya. Tapi bukannya cinta datang bukan hanya dengan rasa kasihan?
Bagaimana dengan Anas? Ah dia masih dengan sikap labilnya; terkadang ingin jatuh cinta, tapi terkadang malah membuat tembok besar dengan perasaan-perasaan itu. Masa lalu yang begitu berat.
Tetapi, ada yang aneh dengan ia, dia seperti merasa jatuh cinta. Entah jatuh cinta atau hanya rasa kagum, entahlah. Rasanya hangat.
Anas dekat dengan Dikta. Ya. Laki-laki yang menolongnya seminggu yang lalu. Laki-laki itu mengiriminya pesan tepat sehari setelah kejadian itu. Mungkin ia jatuh cinta dengan Anas, atau mungkin hanya ingin berteman? Entahlah, hanya Tuhan Yang Maha Tahu.
Contohnya seperti hari ini. Ia di jemput oleh Dikta. Jam menunjukkan pukul 2 siang, tetapi Dikta belum sampai juga. Mungkin telat. Batin Anas.
"Ciye sendirian aja kayak jomblo" tiba-tiba Daniel sudah ada di sebelah Anas.
"Ngehina atau gimana nih mas?" ucap Anas sarkas.
"Gak kok, lu kan udah ada gue, jadinya gak jomblo" jawab Daniel dengan seringai di wajahnya.
"Haha. Lucu" jawab Anas. datar.
Selang tak berapa lama, Dikta pun datang. Akhirnya.
"Sori ya lama, macet soalnya" Ucap Dikta saat sudah di depan Anas.
"Gapapa kok. Yaudah yuk jalan, lama-lama disini bikin gue gerah" jawab Anas sambil melirik ke Daniel.
"Duluan ya Niel" pamit Dikta. Lalu, Daniel hanya mengedikkan bahu.
Ngapain tuh anak deketin Anas? Halah Bangsat amat. Ucap Daniel dalam hati.
-----------------------------
Selama perjalanan, tak ada yang bersuara. Dikta yang fokus ke jalanan dan Anas yang -entahlah.
Mereka mendatangi salah satu kedai ice cream yang tidak jauh dari sekolah Anas. Sepertinya Dikta memang sudah merencanakan sebelumnya.
"Kok tau disini ada kedai ice cream?" tanya Anas setelah mengucapkan pesanannya ke pelayan.
"Dulu rumah aku deket sini" jawab Dikta singkat. Anas hanya meng-Oh-kan saja.
"Kamu kenal Daniel?" Tanya Anas, lagi.
"Dia sepupu aku, kenapa? Kamu kenal sama dia?" tanya Dikta
"Dia sekelas sama aku" jawab Anas acuh.
"Dia baik gak?"
"Halah. Apaan baik. Ngeselin banget dia mah"
"Mungkin karena kamu belum deket banget sama dia, sebenernya dia orangnya asik kok" iya, sebelum kejadian itu terjadi.
"Iyadeh iya. Yaudah sih, gausah bahas dia, males"
Lalu, Dikta hanya tersenyum. Lucu melihat Anas dengan wajah kesalnya. Jadi makin cantik. Eh
"Gimana sekolah kamu?" tanya Dikta
"Ya gitu. Pusing sama fisika dan kimia. Otak aku udah mau meledak" jawab Anas sambil merucutkan bibirnya.
"Bentar lagi juga udah mau lulus kan? Tenang aja"
"Boro-boro tenang. Nanti nih ya semester 2 pasti bakal ada yang namanya Try Out lah, ujian-ujian lah. Belum lagi nanti abis UN bakal ada SBMPTN dan Ujian Mandiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah ini Takdir?
Teen FictionAnastasia Husna. Daniel Wiratama. Apakah mereka bisa bersatu? Apakah mereka akan selalu bersama? Apakah mereka akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi di hidup mereka? Apakah mereka memang di takdirkan untuk bersama? Atau bahkan itu hanyalah...