Pagi ini dengan segala kehebohannya nayeon bersiap untuk pergi bekerja.
" akan buruk bagiku jika aku terlambat di hari pertama ku bekerja " . Pikirnya.
Dengan masih terburu-buru dia berlari menuruni tangga lalu berbelok ke arah dapur untuk sekedar menyapa orang tuanya yang menantinya sarapan .
" eomma-appa good morning, aku berangkat "
" tunggu nayeon-a " . Nayeon berbalik mendengar sang ibu memanggil.
" ye eomma? "
" kau benar-benar akan bekerja?".
" eomma jebal, kita sudah membahas ini saat aku baru kembali dari paris ".
"Eomma tahu, tapi jika kau bekerja eomma akan sendiri dirumah " . Ibunya memasang wajah "melas" berharap Putri semata wayangnya berubah pikiran .
" lalu, saat aku di paris eomma bersama siapa dirumah?? Sendirian bukan? Jadi anggap saja aku belum kembali ". Jawab nayeon kesal.
" tapi kenapa kau bekerja di perusahaan lain sedangkan ayahmu memiliki perusahaan sendiri yang nantinya juga akan menjadi milikmu ".
" sudahlah, biarkan dia bekerja lagipula dia mengambil jurusan desain interior saat kuliah dan itu bidang berbeda dengan perusahaan kita yang berjalan di bidang pariwisata " . Ayahnya yang sedari tadi melihat Putri dan istrinya berdebat pun angkat bicara.
" appa benar, kalau begitu aku berangkat " .
Nayeon baru saja melangkahkan kakinya tapi dia mendengar ibunya memanggilnya kembali (lagi?) .
" eomma jebal, aku bisa terlambat ". Dia semakin kesal
"Kau tidak sarapan dulu? "
" ani!!! " jawab nayeon singkat lalu melenggang pergi.***** JinYeon *****
" annyeonghaseyo jeoneun im nayeon imnida jal butakderimnida " .
Dengan ceria nayeon menyapa semua orang yang berada di ruangan dimana ia akan bekerja.
" oh kau sudah datang? Perkenalkan saya manajer di tim ini, saya kim ji won. Dan itu meja kerjamu , selamat bekerja " .
" gamsahamnida nyonya kim ". Nayeon membungkuk sopan.
Baru saja dia duduk di kursi yang di tunjuk nyonya kim tadi , ia di hampiri tiga perempuan "ceria" yang belum ia kenal tapi dia ingat merekalah yang pertama menyapanya saat baru sampai di ruangan ini.
" apa kau benar kuliah di paris? "
" seperti apa kota paris? "
" apakah benar-benar romantis seperti julukannya?".
Tanya tiga perempuan itu berurutan. Nayeon tersenyum.
" abaikan saja mereka ". Sebuah suara terdengar dari arah belakang nya. Nayeon berbalik . Nyonya kim sedang berjalan menghampirinya.
" mereka sangat terobsesi dengan kota paris, mereka juga sangat antusias ketika aku memberitahu jika akan ada pegawai baru yang lulus dari salah satu universitas di paris ".
" gwaenchana nyonya kim aku akan menceritakannya jika ada wakti luang ".
" jinjja? "
" jeongmal? "
" janjji? "
" ne sunbaenim " . Jawab nayeon meyakinkan.
" kalian kembali bekerja, nayeon bisa kau desain furnitur yang cocok dengan tema nature? Kau bisa mempelajari detailnya dari file ini, cobalah buat satu gambar nanti aku akan meminta pendapat presdir, jika beliau setuju kau boleh melanjutkan proyeknya " .
" baik nyonya kim saya mengerti, terimakasih ".*****JinYeon*****
Laki-laki tampan dengan setelan tuxedo hitam duduk tenang di balik meja kerjanya. Tapi sesungguhnya, dia terdiam karena ada sesuatu yang mengganggu hati dan fikirannya. Matanya sedikit terbelalak, jantungnya berdetak cepat, tangannya bergetar ketika menatap sebuah gambar yang terlukis di selembar kertas yang ia genggam erat.
" siapa yang membuat ini? Apa dia? Dia sudah kembali? ". Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalanya.
" sekertaris lee!!! " teriak laki-laki itu.
" ne presdir? "
" siapa yang membuat desain ini? Bawa dia kemari palli!!! ". Sang sekertaris sontak berlari memenuhi permintaan atasannya.
" benarkah ini buatanmu? Kau sudah kembali? ". Racau presdir tampan itu.
Detak jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya ketika dia mendengar suara pintu ruangannya di ketuk pelan.
"M.. M.. Masuk" .
Dia menunduk menutup matanya dengan erat. Siapkah ia jika memang seseorang di depannya adalah orang yang ia tunggu 4 tahun lamanya?. Ketukan sepatu yang beradu dengan lantai itu. Dia mengenalnya. Entah kenapa hatinya merasa 100% yakin jika perempuan yang di depannya adalah seseorang yang ia maksud. Dengan pelan dia membuka kedua matanya. Betapa terkejutnya ia setelah mengetahui siapa yang kini berdiri di hadapannya ."Kau... "
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
I will Never be HER
Fanfictionseperti halnya matahari yang terkadang lelah untuk menyinari bumi.. mendung pun dengan senang hati mengganti.. tetes demi tetes air itu mulai menghujani pipi.. mencoba untuk mendeskripsikan rasa sakit ini..