BAB 06

204 53 5
                                    

"Kalau bisa, ingin kuajak seluruh semesta membujuk hatiku yang sok naif dan dipenuhi dusta, tidak lelahkah dia mencintai orang yang hadirnya hanya memberi luka?"

▶⭐⭐⭐⭐◀

KANISSA makin merasa perjuangannya di karangtina makin berat. Mulai dari harus menjaga pola makan yang kadang beberapa lauk dan sambalnya tidak biasa Kanissa makan, bangun subuh, tidur sebelum jam sepuluh, mengurus perlengkapannya sendirian, meladeni ocehan Kenzia soal Arfa, dan kena marah kakak pembina.

Belum lagi kulitnya yang makin menggelap, tubuh Kanissa yang gampang letih karena sering dijemur dan disuruh push up, lari keliling lapangan berpuluh-puluh kali, jadwal istirahat yang benar-benar sedikit.

Kanissa menghela napas saat melihat wajahnya di pantulan cermin kamar. Tersenyum samar, dia mengusap wajahnya lalu mengusap rambut pendeknya. Dia tidak boleh menyerah, ini adalah mimpinya sejak dulu, seharusnya dia senang. Bukan sembarang orang bisa berada di asrama ini dan mendapat pelatihan khusus seperti ini.

Diam-diam, menahan rindu pada orangtuanya dan pada laptop beserta ponselnya, Kanissa membayangkan bagaimana dia nanti tampil penuh percaya diri dengan baju putih kebanggaan paskibraka, sepatu heels hitam, kaos kaki selutut, kopiah dengan pin Garuda, kendit, dan lain sebagainya. Dia akan membanggakan orangtuanya, dirinya, sekolahnya, teman-temannya. Dia akan mewujudkan impiannya sejak kecil, lantas kenapa merasa sedih?

"Kenapa Niss?" Kenzia yang baru masuk ke dalam kamar mengerutkan kening. "Sakit perut? Lo--"

"Kangen orang rumah," jawab Kanissa secepat mungkin. Dia tidak ingin membahas topik ini lama-lama. "Lo habis ngapain?"

"Ngobrol sama anak-anak." Kenzia mengedikkan bahu. Besok adalah hari Minggu, dan malam ini mereka diberi kelonggaran untuk istirahat tanpa jadwal pendidikan materi ajar. Jadi, itulah alasannya kenapa Kenzia baru masuk kamar. "Kok lo nggak ikutan?"

"Nggak terlalu tertarik," jawab Kanissa jujur.

"Belajar bergaul Niss, mereka yang bakal berjuang sama lo di istana negara nanti," tukas Kenzia. Dia melipat kedua tangannya di dada. "Lagian sambil ngilangin stress, tadi anak-anak pada ngecengin Andyka, karena dapat tulang ayam pas jam makan tadi."

Ah, mengingat itu Kanissa jadi terkekeh. Saat jam makan tadi, Bunda Nina, pengurus asrama karangtina mereka mengadakan semacam sidak dan penghargaan. Kecil-kecilan sebenarnya, nggak ada maksud apa-apa selain ingin calon paskibraka ini disiplin dan bersih.

Bunda Nina melakukan sidak saat mereka makan di ruang makan. Terus setelah mengatakan kalau dia punya sedikit penghargaan dan apresiasi, Bunda Nina mengumumkan pemilik kamar terbersih dan terkurang bersih.

Kamar paling bersih udah pasti punya anak cewek, namanya Kania, asal Aceh. Jadi, dia dikasih Bunda Nina kalung berbandul Garuda. Kalung itu akan Kania pakai selama di asrama--kecuali saat latihan baris-berbaris--sampai acara sidak berikutnya. Sementara kamar paling bersih jatuh ke tangan Andyka, yang dengan diiringi sorak-sorai maju malu-malu ke dekat Bunda Nina waktu jam makan tadi untuk mendapatkan kalung berbandul tulang ayam.

"Seru ya, pasti?" Kanissa membayangkan betapa menyesalnya dia tidak ikut acara ngobrol-ngobrol tadi. "Gue payah sih, kangen jadi unmood gitu."

"Semuanya seru kalau nggak ada orang-orang bermuka dua, Niss." Kenzia menyingkap selimutnya lalu menenggelamkan tubuhnya dari kaki sampai pinggang di sana.

"Mereka nggak maksud gitu kok, Ken."

"Iya, percaya." Kenzia mengangguk, dia lalu merubah posisinya menghadap dinding. "Gue tidur duluan, ya? Capek banget."

"Yaudah, selamat tidur." Kanissa kemudian beranjak menuju meja tempat kopernya dan mengambil pena baru dari sana. Kanissa memakai pena cair, jadi karena sering menulis surat untuk Zahesh, penanya habis dengan cepat.

Dengan semangat, Kanissa membuka surat yang tadi Zahesh berikan langsung di bawah piring makan Kenzia di ruang makan. Kanissa yang lebih dulu menyadari itu langsung mengambilnya tanpa sepengetahuan Kenzia, karena lagi-lagi Kanissa merasa Kenzia tidak perlu tahu lagi kalau Kanissa masih terus bersurat dengan Zahesh.

Untuk Kenzia,

Mungkin karena sibuk merhatiin gerakan lo terus, gue jadi nggak sadar sama gerakan gue sendiri, yang makin buruk akhir-akhir ini. Gue nggak tau apa karena nggak bisa ngelakuin hobi gue yang biasanya, dan mood gue berubah, itu bisa berpengaruh ke gerakan. Atau mungkin gerakan gue udah buruk dari sananya, tapi baru keliatan sekarang?

Sebelum bahas Harpot, gue mau bilang kalau hak lo buat baper. Dan hak gue buat nanyain hal-hal yang lo suka. Iya, emang bgst banget, tapi lo juga punya hak buat nggak jawab pertanyaan gue. Dan ... Gue seneng tau lo adalah tipe cewek yang segampang itu suka sama orang. Gue kan jadi lebih gampang.

Dan gue suka genre misteri, thriller, fantasy ya pokoknya yang cowok banget lah. Tapi nggak menutup kemungkinan kalau gue nggak nonton beberapa film romance yang cukup terkenal. Silahkan ejek gue yang nonton film cuma karena film itu terkenal, tapi gue emang semainstream itu, Ken.

Harry Potter merubah gue cuma dalam hal berpikir. Bahwa banyak hal-hal kecil yang kadang kita lupain di dalam hidup karena terlalu fokus sama sesuatu yang sebenarnya nggak bener-bener kita butuhin. Kayak, buat apa lo nyari sesuatu yang belum tentu lo butuh, kalau dengan nyari itu lo malah ngelupain sesuatu yang bener-bener lo butuhin? Anjayyy, gila banget.

Hermione juga bikin gue mikir sih, bahwa cewek-cewek kayak Lavender Brown yang pernah suka sama Ron, yang peduli sama penampilan nggak akan sebanding sama cewek-cewek penyuka buku kayak Hermione. Bukan yang nerd ya, cuman yang lebih realistis dan antimainstream aja. Yang lebih mengandalkan otak dan realita ketimbang hal-hal yang nggak nyata.

Kalau dikasih satu kesempatan di muka bumi ini untuk jadi tokoh fiksi, lo bakal pilih siapa?

Zahesh Pranatta.

▶⭐⭐⭐⭐◀

wuha, alhamdulillah bisa update sleepy girl! sea seneng, yeay!

semoga alurnya gak melenceng dan kalian suka, maaf kalau ada typo ya!

salam sayangnya shawn mendes

searani

Sleepy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang