Part 3: Namamu

50 8 3
                                    

Fara POV


Sejak kejadian di kantin itu, gua jadi lupa yang namanya berpikir jernih. Otak gua tercemar dengan rasa penasaran aneh yang gak bisa dijelasin pakai kata-kata. Penasaran dengan siapa sebenarnya dia. Nama, kelas, semuanya tentang dia.

"Neng Fara mau pesan apa?" Tanya Mama Selfi, penjual jajanan kantin.

"Eh, ini. Aku mau beli–"

"Bu, bakso tiga, ya!" seseorang tiba-tiba menyela pembicaraan gua dan Mama Selfie. Seseorang yang untuk kesekian kalinya membuat gua kaku di tempat gak bisa apa-apa. Dia.

Ah Fara, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Sedang mengagumi ciptaan Tuhan, tiba-tiba gua teringat kalau makhluk ini belum jelas namanya. Gua mencoba melirik badge nama di seragamnya, tapi susah. Hanya terlihat satu huruf R di depannya. Jangan-jangan nama dia Robot? Kaku banget gitu orangnya!

"Neng! Beli apa jadinya?"

"Robot."

"Aduh, Neng. Itu robotnya Selfi, gak dijual!"

"Eh, bukan itu, Bu! Aku beli somay, bukan robot!" Gua cengengesan sambil menahan malu. Ah, lagi ada doi kenapa gua malah gak jelas begini, sih?

"Lha kirain neng Fara mau robotnya Selfi," jawab Mama Selfi sambil tertawa yang diiringi senyum kecil di cowok itu.

Manis banget, astaga!

Sampai dia pergi ke teman-temannya, gua masih gak bisa berhenti curi pandang. Dia terlalu perfect jadi orang. Duh, si cowok misterius inisial R, lu siapa sih sebenarnya?

"Lama banget ke kantin doang," Monica merengut sebal saat gua sampai.

"Lagi mengagumi ciptaan Tuhan," jawab gua. "Lu nanti Pramuka, Mon?"

"Iya lah. Kan tiap rabu gitu."

Gua dan Monica terus berjalan melewati koridor kelas 10. Semuanya biasa saja sampai akhirnya gua melihat cowok itu lagi. Tapi dengan seseorang yang cukup familiar wajahnya.

"Mon! Itu adik kelas Pramuka lu, kan?"

Monica mencoba mempertajam pandangannya. "Iya, itu si Andri. Lah dia sama cowok itu?"

Gua dan Monica saling tatap, lalu sama-sama tersenyum penuh arti.

-

Rama POV


Hari Rabu, jam istirahat. Seperti biasa gua, Andra, dan Andri ke kantin. Ngapain? Buang air kecil. Haha gak deng! Buat beli bakso Mama Selfi langganan kita.

"Bu, bakso tiga, ya!" Lagi-lagi gua yang disuruh si kembar kampret itu buat pesan bakso.

Mama Selfi langsung membuat pesanan gua, walaupun ada satu cewek berdiri disini yang mungkin sudah pesan duluan. Ah gapapa lah biarin aja.

Bakso pesanan gua gak lama udah jadi. Selagi gua meracik saos, sambal, garam, dll untuk ngeracunin si kembar, Mama Selfi langsung melayani cewek tadi.

"Neng! Beli apa jadinya?"

"Robot."

"Aduh, Neng. Itu robotnya Selfi, gak dijual!"

"Eh, bukan itu, Bu! Aku beli somay, bukan robot!"

Gua berhenti meracik racun buat si kembar, mengangkat sedikit muka ragu dan tertawa kecil tanpa melihat ke arahnya. Dilihat dari tampilannya, sepertinya cewek ini kelas 12. Gak sopan kan kalo gua ketawa ngakak karena kebodohan dia?

"Lha kirain Neng Fara mau beli robotnya Selfi."

Namanya Fara? Dari namanya aja keliatan otaknya agak melipir dikit.

"Makasih, ya, Bu!" Ucap gua ke Mama Selfi dan langsung menuju ke tempat si kembar kambing duduk.

Sambil makan gua seperti biasa diam seribu bahasa, karena Andra dan Andri seperti biasa juga "ngomongin cewek".

"Eh, Ndra, lu kenal Rani kelas X-8 gak? Cantik banget sumpah! Lu harus liat!"

"Oh, itu mah gua tau, Ndri. Tapi bukan tipe gua sih."

"Kalo si Via X-5? Menurut lu gimana?"

"Lah, teman sekelas gua? Dih, dia di kelas bego. Percuma cantik doang."

Andri dan Andra terus berbalas obrolan tentang cewek yang menurut gua sangat gak penting. Tiba-tiba Andra si playboy curut menunjukkan layar hapenya.

"Nih liat, Nadira kelas X-2!"

"Wah, yang ini baru oke!" Andri langsung membalas dengan sumringah.

"Cantik, bodinya oke, 'itu'nya juga ugh! gede bro! Pinter juga, trus orang kaya. Gila, perfect banget, kan?" Andra makin menjadi dengan omongan gak bermutunya.

Eh, tunggu. Gua tarik hapenya cepat dan langsung melihat tampilan instagram bernama Nadira Bunga. What?!

"Uhukgh!" Oh, shit! Gua keselek.

Andra-Andri kompak heran melihat tingkah gua. Buru-buru gua minum sambil mengembalikan hapenya Andra. Setelah itu gua langsung balik ke arah kelas, melewati kelas X-2. Kelas Nadira, cewek yang akhirnya membuat gua normal. Dan persis saat gua lewat di depan kelasnya, Nadira keluar. Pas banget!

"H-halo!" Sapa gua kaku.

"Oh? Hai!" Sambil senyum dia balas sapaan gua. Oh my goddes! Dia dewiku~

"Nadira, ya?" Baru aja gua tanya, dia langsung pergi. Watde–fak.

"...pffftt!" Andra menahan tawa melihat kejadian menyedihkan ini. "Lu udah normal sekarang? Wahahahahaha!" Dia terus ngakak sampai kami jalan ke kelas. Sialan!

Di kelas, gua duduk sebangku si kampret yang satu ini. Sampai di bangku, gua mengambil buku note kecil yang selalu gua bawa dan menulis sesuatu disana.

"Kalau kamu ingin diperjuangkan, aku akan lakukan. Tunggu sebentar, duhai pujaan!" Gua berhenti nulis dan ternyata Andra mengintip tulisan itu sambil tertawa.

ToscaWhere stories live. Discover now