Part 4: Looking for You

41 5 0
                                    

Fara POV


"Andri!"

Andri celingukan mencari siapa yang memanggilnya. Saat menyadari kalau itu gua dan Monica, dia segera menghampiri kami.

"Kenapa, bro?" Tanyanya pada Monica. Yang gua tahu, anak ini memang akrab dengan Monic. Mudah saja seenak jidat bersikap seperti sobat lama.

"Ada yang mau nanya nih sama lu," jawab Monica sambil melihat ke arah gua.

"Eh, gua mau nanya nama teman sekelas lu, dong. Orangnya putih, tinggi, ganteng dah pokoknya."

"Hah? Siapa?"

"Mana gua tau. Kan gua mau nanya namanya."

Andri berpikir sejenak. "Anak kelas gua ada tuh si Aji, dia putih tapi gak tinggi. Ada lagi si Kevin. Dia tinggi, tapi gak putih, apalagi ganteng."

"Masa gak ada sih anak kelas lu yang putih, tinggi, trus ganteng?" Tanya Monica.

"Ada sih satu orang."

"Siapa?"

"Gua," jawabnya sambil senyam-senyum gak jelas.

"Lu mau jadi bahan api unggun nggak?" Monica sepertinya tidak sabar dengan adik kelasnya sendiri. "Fara seriusan nanya, woi!"

"Maap bang maap," Andri cengar-cengir. "Kenapa sih emang? Lu suka ama dia?"

Blush! Kenapa orang hobi bikin gua salting sih, ya Tuhan?

"Biasa lah, baru puber," timpal Monica.

Andri masih berpikir. Mencari siapa yang gua maksud. Tapi sepertinya tidak ada. Gak mungkin kan cowok robot itu makhluk gaib? Buktinya dia bisa jajan di Mama Selfi.

Oh. Iya.

 "Inisialnya R! Tadi gua jajan di Mama Selfi trus ada dia, gak bisa liat namanya full, cuma inisial doang."

"Oh, si Rama?"

Andri segera mengambil hape dari sakunya, dan kemudian menunjukkan sebuah foto.

"IYA!" Teriak gua dan Monica bersamaan. Masa bodo dilihat banyak orang.

"Dia sekelasnya sama Andra, kembaran gua. Jadi mungkin yang lu maksud sekelas itu sama si kambing yang satu lagi."

"Dia orangnya gimana, Ndri?"

Sejak saat gua tau tentang namanya dari Andri, gua jadi kayak punya alasan untuk hidup, alasan untuk semangat ke sekolah, dan alasan lainnya yang penting gua bisa tau apa aja tentang dia. Tanggal lahirnya, apa makanan kesukaannya, jam berapa dia datang ke sekolah. Seminggu full gua selalu mencari informasi tentangnya yang bersumber dari Andri melalui Monica.

Rama Neyorka. Satu nama yang bisa membuat gua lupa cara bernapas.

Rama, bolehkah gua jadi Sinta buat lu?

-

Rama POV


Cinta hanya datang pada orang yang mempunyai harapan.

Gua hanya duduk bengong di depan kelas. Memikirkan bagaimana cara mendapatkan cintanya Nadira. Cinta apa? Baru nyapa gitu doang dia udah pergi.

"Jangan nangis gitu, ah," Andra duduk di samping gua berusaha untuk menghibur. "Mau gua kenalin sama Nadira, gak? Kasian juga gua ngeliat lu kayak homo."

"Seriusan, Ndra?" Pertanda macam apa ini?

"Iya lah! Cantik, kan? Semok lagi. Ahaha," rayu Andra kambing itu sambil menunjukkan instagram dia.

Sial. Memang cantik, sih.

Kesan pertama tentang Nadira: sejuk. Melihatnya dari foto sebenarnya berbeda dengan yang aslinya, walaupun sama cantiknya. Tapi gua hanya pengagum rahasia yang cuma bisa melihat dari dunia maya. Belum punya keberanian untuk mendekatinya.

Notifikasi chat datang dari Andra. Kontak dia! Si kambing udah senyam-senyum dengan tampang mesumnya. Senang? Banget! Tapi sebenarnya gua minder. Gak ada pantasnya.

"Tapi gua minder, loh!" Lagi, ribuan keraguan hadir di depan mata.

"Gausah takut, coba aja dulu. Orangnya enak, kok," Andra si kambing lagi-lagi menghasut layaknya setan.

Enak? Apa dia seperti bolu kukus kesukaan gua? Atau manis seperti susu yang gua minum dari kecil? Atau gurih seperti martabak telor kesukaan gua? Ah, mungkin dia lezat seperti mi ayam!

O-oke. Gua akan coba sekali.

'Test'

Chat pertama. Dan kemudian tertulis read. Sejam, dua jam, tiga jam. Sehari, dua hari. Ah, sudah gua bilang. Gak akan ada respon. Kenapa masih bodoh? Lagipula baru kenal ini. Gua gak peduli.

Gak peduli tapi masih sering lihat instagramnya? Sialan!

Gua benar-benar ragu, galau, malu, dan apapun kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan tidak jelas ini. Ragu antara harus tetap berusaha atau pasrah dan membiarkan semuanya seperti awal. Kembali menjadi Rama yang mengagumi dari jauh. Sekali lagi. Kalau sekali lagi masih gak ada respon, gua akan kembali seperti Rama yang semula. Dan pada hari berikutnya gua mencoba lagi.

'Test'

Kembali tanda read terlihat. Ah, sudahlah. Memang harusnya gua–

'iya?'

YAK! Dibalas! Gua harus apa sekarang?

'addback, ya' Persetan parah! Garing banget sumpah.

'udah kok'

'thankseu' Thankseu? Bahasa planet mana itu?!

'urwell'

Ahh, your welcome! Your welcome kalau dilihat dari perkata akan menjadi you(r) yang artinya kamu dan welcome yang artinya dipersilahkan masuk. Apa..ini..lampu hijau?! Semoga saja memang itu pertanda. Semoga saja.

Lalu setelah ini, apa?

"Ndra, dibales nih!"

"Yaudah. Bales terus."

"Tapi gua takut garing," dengan paksa gua memberikan hape kepada Andra. "Bantu balesin, dong!"

Untungnya Andra sudah terbiasa bicara dengan cewek. Walaupun hari ini gua kalah karena tidak tahu harus melakukan apa, tapi setidaknya first impression gua terselamatkan oleh sohib kambing gua yang satu ini. Dan cukup sekali kalahnya. Setelah itu gua yang bermain peran.

Satu minggu. Cukup singkat tapi lumayan asik juga bisa mengobrol banyak dengan Nadira. Kencan pertama juga berlangsung di dalam satu minggu ini. Dia seakan membuka pintu selebar-lebarnya untuk gua.

'Satu minggu waktu yang singkat tapi cukup menyenangkan untuk mengenalmu lebih jauh, duhai Nadira. -R'

ToscaWhere stories live. Discover now