1 - Sebal

109K 4.1K 133
                                    

Deru suara motor memecah keheningan pagi di gerbang Cakrawala. Siswa siswi yang tengah berjalan di sekitar pekarangan menatap ke arah pengendara motor dan orang yang dibonceng dengan rasa penasaran tingkat tinggi. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa seorang yang dibonceng adalah Abiana. Siswi kelas sebelas pentolan Cakrawala.

Tapi bukan Abiana yang selama ini membuat penasaran. Melainkan laki-laki dengan helm fullface yang sekarang sedang menahan keseimbangan motornya karena Abiana, yang kerap disapa Bia, sedang turun dari motor.

"Itu siapa, sih?" celetukan penasaran tersebut terdengar dari salah satu siswi disana. "Aroma-aromanya cogan."

"Pacar Bia, kali," sahut siswi yang satunya. "Lo kan tau Bia gimana. Cantik, body bikin ngiri, rambut badai punya. Lah, siapa yang bakalan nolak?"

"Ah, padahal gue penasaran banget sama mukanya tu cowok. Ganteng gak, ya? Itu helm dilepas dulu nggak bisa apa?"

"Teriakin, gih," usul temannya sambil menyenggol bahu.

"Buset, nggak ah."

Kedua siswi tersebut pura-pura kembali mendekati gerbang. Berniat tebar pesona pada si lelaki. Tapi memang bukan keberuntungan, karena lelaki itu melengos pergi begitu saja melewati gerbang. Membuat mati kutu kedua siswi perempuan yang berada disana.

"Cuek amat, sih?!" teriak salah satu dari mereka dengan kesal.

Lelaki itu, namanya Abirayyan. Kerap disapa Abi. Dengan kecepatan dipercepat, ia mengendarai motor membelah jalanan menuju sekolahnya. Setiap pagi sebelum menuju sekolah, memang seperti itulah rutinitas seorang Abi. Mengantarkan Bia ke sekolah, baru berlanjut ke sekolahnya.

Kenapa Abi tidak sekolah di Cakrawala juga? Hanya Abi yang tau alasan pastinya. Dan jika ditanya seperti itu oleh orang-orang berhasrat penasaran, Abi pasti memilih bungkam. Tidak penting juga menjelaskan hal seperti itu pada orang-orang yang bukan ia anggap teman.

Teman Abi hanya satu. Victor. Mereka kenal sejak kelas sepuluh disebabkan karena insiden naas untuk wajah Abi. Ketika ada perkelahian antar siswa, Victor tidak sengaja menonjok wajah lelaki ganteng tersebut. Abi yang mendapat sapaan di rahangnya tentu membalas perlakuan Victor. Bisa bahaya jika rahangnya bergeser, bukan?

Dari sana, Victor meminta maaf pada Abi. Dan memang karena semangat Victor yang luar biasa besar untuk mengajak Abi berteman, membuat Abi menerima lelaki itu sebagai temannya.

Dan menurut Abi, berteman itu menyenangkan.

Setidaknya, Victor tidak pernah pergi meninggalkannya disaat-saat pelik. Salah satunya ketika berkelahi. Benar. Selain belajar dan menaruh hati pada negara Jepang, Abi memiliki hobi lain; berkelahi. Abi adalah laki-laki yang akan memakai otot ketika melihat orang lain ditindas dengan otot pula. Karena menurutnya, akan percuma membalas dengan otak perlakuan seseorang yang hanya bisa menggunakan otot.

Dan Mamanya tidak tau perihal satu ini. Berbeda dengan Sang Papa yang tidak jarang mendukung Abi. Memberikan banyak nasihat padanya. Laki-laki wajar kelahi, ungkap Papanya suatu hari.

Memangnya, perempuan mana yang mau berlindung pada lelaki lemah?

Butuh waktu lama untuk Abi mencapai sekolah. Faktor macet sebenarnya. Setelah memarkirkan motor dan membuka helm, Abi turun dari motor. Bergegas menuju kelasnya karena bel akan segera berbunyi.

Ketika menyeberangi lapangan basket, Abi sibuk mengatur keadaan tali tasnya. Hingga akhirnya,

Bugh!

"Aduh!" Abi sontak menatap ke arah perempuan yang terduduk di lapangan. "Lo kayaknya punya dendam kesumat ya, Bi, sama gue?!"

Abi mengernyit. Menghela napas ketika tau siapa perempuan yang baru saja menabraknya.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang