2. Not as Seems

8.7K 1.3K 178
                                        

Pukul empat pagi, Jun sudah membuka matanya. Saat matahari masih betah berada di peraduan, pelayan tampan itu sudah mulai beranjak dari ranjang. Mencuci muka dan mengganti pakaiannya.

Di rumah yang masih sepi itu, Jun melangkahkan kakinya ke kamar lain. Sebuah kamar yang terletak di lantai dua. Tanpa mengetuknya, tangannya langsung terangkat menyentuh kenop pintu.

Saat pintu yang berdiri kokoh itu terbuka, ia sudah disuguhkan dengan pemandangan yang tidak asing. Seorang remaja manis yang duduk di tempat tidurnya. Tangannya yang hampir tenggelam karena piyama tidurnya digunakan untuk mengucek mata. Menandakan remaja itu baru saja membuka mata.

"Selamat pagi, Tuan Muda!" Ia menyapa remaja itu dengan senyumannya. Yang disapa langsung menoleh dan membalas senyumnya. Bahkan wajah itu langsung terlihat cerah melihat kehadirannya.

"Apa Tuan Muda tidur nyenyak?" tanyanya sembari mendekat. Yang langsung dibalas anggukan lucu.

"Gege." Masih di tempat tidurnya, remaja itu merentangkan tangannya. Membuat Jun tersenyum dan membalikkan tubuhnya. Membiarkan remaja berpiyama lucu itu naik ke atas punggungnya.

"Pagi ini aku ingin makanan yang manis, Ge." Sang tuan muda berujar semangat. Tidak takut mengganggu penghuni lain yang mungkin masih terlelap. Rumah itu adalah miliknya. Jadi ia bebas melakukan apapun di dalamnya. Termasuk membuat keributan di jam empat pagi.

"Saya akan membuatkan makanan seperti yang Tuan Muda inginkan," jawab Jun tanpa ragu.

Ia menuruni tangga untuk menuju ke dapur. Sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk menyentuh saklar lampu. Memperjelas warna rumah mewah itu yang dicat dengan bermacam warna. Menunjukkan semangat dan keceriaan seperti sang pemilik rumah.

Setelah sampai di dapur, Jun mendudukkan tuan mudanya di kursi. Menggulung lengan kemejanya dan membuka kulkas. Membiarkan tuan mudanya melihat kegiatannya dari pantry dapur.

Jun meletakkan tepung, telur, susu, coklat bubuk, gula, baking powder dan bahan-bahan lainnya ke atas kitchen set. Seperti warna rumah mewah itu, dapur yang mereka tempati juga berwarna sama. Beragam warna menjadi satu yang terlihat begitu ceria.

Remaja manis itu duduk dengan menopang dagunya. Sesekali bersenandung menunggu pelayan pribadinya membuatkan sarapan untuknya. Mungkin terlihat terlalu cepat sarapan di jam seperti ini, tapi sudah menjadi kebiasaannya sarapan lebih cepat dari yang lainnya.

"Ge." Ia mengulurkan tangannya saat Jun mengeluarkan chocochips dari lemari penyimpanan.

"Jangan memakannya terlalu banyak Tuan Muda. Karena Tuan Muda bisa merasa kenyang sebelum memakan sarapan Anda." Jun mencoba mengingatkan sembari meletakkan chocochips di depan tuan mudanya. Sedangkan sang tuan muda hanya mengangguk mengerti.

Tidak membutuhkan waktu lama, sepiring muffin sudah terletak di depannya. Membuat remaja manis itu tersenyum cerah. Bahkan tanpa menunggu sang pelayan mempersilahkan, ia langsung melahapnya.

Menunggu tuan mudanya memakan muffin buatannya, Jun kembali berkutat dengan peralatan dapur. Karena tuan mudanya akan meminta makanan manis lainnya. Membuatnya harus membuat cepat agar remaja manis itu tidak perlu menunggunya.

Setelah menghabiskan dua piring sarapan dan segelas susu, Jun langsung membersihkan dapur. Sedangkan sang tuan muda masih duduk manis. Kembali mengemil chocochips yang sebenarnya ingin Jun sembunyikan.

"Lalu apa yang ingin Tuan Muda lakukan sekarang? Lari pagi atau mandi menggunakan air hangat?" tanya Jun setelah menyelesaikan pekerjaannya. Meski mencuci bukan tugasnya, tapi ia terbiasa membersihkan sendiri peralatan makan sang tuan muda.

Three Butler'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang