15

126 19 5
                                    

Note: Silahkan diputar videonya. Thanks~

AUTHOR POV

(Y/n) terus berlari sekuat tenaga untuk mencapai atap itu. Ia mulai merasakan pusing yang kembali menyerang kepalanya, pasokan oksigen yang berkurang dan hingga (y/n) sampai di atap. Pemandangan yang dilihat adalah perkelahian yang tidak jelas. Sepasang sosok itu kemudian berhenti dan melihat ke arah (y/n).

(Y/n) mulai kehilangan keseimbangan dan mulai terduduk untuk mengontrol diri.

“Kenapa kau bisa ada di sini? Aku sudah mematikan hp ku tapi bagaimana... NEO! KAU BERJANJI KITA SELESAIKAN INI BERDUA SAJA! KENAPA KAU MEMBERITAHUKANNYA?!”

“BERHENTILAH! Aku yang menelefon Jimin. Memangnya kau pikir kau siapa Tokki-ah? Seorang hero? Kenapa kalian harus berkelahi seperti ini?”

“KARENA KAMI PRIA!”

(Y/n) hanya terduduk dengan keaddan mulut yang sedikit terbuka karena tidak percaya. Mereka saling membenci tapi bisa menjawabnya secara bersamaan.

(Y/N) POV

Mwo? Pria? Yang kulihat sekarang adalah anak kecil yang sedang berkelahi.

“LIATLAH (Y/N)-AH DAN INGATLAH APA YANG KUKATAKAN” Park Jimin melihat ke arah ku dengan smirk yang tidak dapat ku pahami. Mwo?

“Jika aku tidak bisa memilikimu, BEGITU JUGA DENGAN JUNGKOOK!”

Bisa ku lihat Jimin mengeluarkan pisau lipat dari celananya dan mencoba menusuk Jungkook. Aku lelah untuk berlari. ANDWAEEE!!

BRUKK. Tanpa berfikir panjang aku malah melemparkan tas ku ke kapala Jimin dengan sangat keras. Jimin ambruk karena kesakitan dan mulai merintih. Entah kekuatan darimana aku berlari ke arahnya dan menarik pisau itu dari tangan Jimin. Ughh. Pisaunya menggores tanganku.

Ku panjat meja di sudut atap yang membuat ku kini berada di atas pembatas atap. Aku bahkan bisa melihat lantai dasar dari tempatku berdiri. Ku letakkan mata pisau itu tepat di depan leherku. Jika saja aku melompat sekarang...

“APA YANG KAU LAKUKAN?! ITU BERBAHAYA (Y/N)-AH!” Jungkook mulai berteriak karena takut terjadi sesutu padaku.

Bisa ku lihat jelas wajah takut mereka yang kemudian berubah menjadi tegang.

“Seperti yang dikatakan Jimin. Jika ia tidak bisa memilikiku, begitu pula dengan mu Tokki-ah. Bagaimana aku bisa hidup setelah melihat Jimin membunuh mu?” Air mataku mulai bergulir untuk jatuh dari pipi ku. Kuedarkan pandangan ku ke arah Jimin dengan penuh kemarahan, kebencian.

“Bagaimana menurutmu Jimin-ah? Bahkan jika setelah kau membunuh Tokki, aku tidak akan pernah sudi bersamamu”

Ya. Jimin sepertinya sangat takut jika terjadi sesuatu padaku. Dia bahkan mulai terlihat sangat takut dan wajahnya memucat.

“(Y/n)-ah, kumohon. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi. Hanya saja, buang benda itu dan...”

“MENJAUHLAH! Jangan coba-coba untuk mendekat! Jimin-ah... aku tahu orang seperti apa dirimu. Kau tidak akan berhenti. Kau bahkan Tokki tidak perlu memiliki ku kan? Kalian berkelahi hanya karena aku kan? Lebih baik tidak satupun dari kalian memiliki ku”

Pikiran ku menggelap. Aku kalut dengan pikiran ku sendiri. Mulai kutempelkan mata pisau digenggamanku ke leher milikku. Aku yakin darah segar ku mulai keluar dari leher ku. Perlahan. aku mulai menangis kembali. Seharusnya aku tahu ini tidak akan berakhir begitu saja. Aku harusnya tidak mengingat semuanya kan?

Untold story [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang