13

152 21 1
                                    


(Y/N) POV

Ini masih jam 4 pagi. Aku menangis dalam diam. Jungkook masih berada di sisiku, menggenggam tanganku. Tapi bagaimana mungkin Jungkook melakukan itu kepada ku? Itu menyakitkan. Yang telah membuat ku tidak bisa dance lagi... Jungkook dan bahkan diriku sendiri? Sangat menyakitkan menahannya dalam hati. Aku tidak bisa menahannya lagi dan tangisku pun meledak. Tentu itu membangunkan orang yang terus setia berada di sisiku.

“(Y/n)-ah?! Kau sadarr... aku senang kau sudah sadar”

Jungkook memeluk dengan erat tapi tetap saja aku menangis karena kenangan itu.

“Ada apa? Kenapa menangis? Kumohon jangan menangis seperti ini. apa ada yang terjadi?”

Aku masih tidak bisa mengatakan kalau aku sudah mengingat segalanya. Aku masih takut menghadapi yang selanjutnya. Tatapan matanya sendu terus mengarah ke arah ku. Penuh dengan kekhawatiran. Aku masih tidak menjawab pertanyaannya. Aku masih berada dalam tangisku. Dia bahkan memeluk ku kembali.

“Jaebal. Jangan membuat ku khawatir (y/n)-ah. Odi appo? Apa pun itu, beritahu aku. Aku akan menghadapinya. Jangan ditahan. Beritahu aku (y/n)-ah”

Aku yakin sekarang dia paham mengapa aku menangis dengan sangat amat buruk.aku terus memukuli dada bidangnya. Aku tidak memiliki kekuatan untuk memukulnya. Inikah alasannya mengapa kalian terus menyembunyikan segalanya? Aku tidak peduli lagi apa yang pernah terjadi karena smeua telah terjadi. Bahkan rambut ku telah tumbuh kembali, bahkan ikatan ku mulai tumbuh kembali. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil bahkan memotong ikatan ini lagi. Dia akan selalu menjadi miliku.

“Tokki-ah...”

Suara ku kecil, lirih. Tapi aku yakin dia bisa mendengarnya.

“Mw... mwo? kau memanggil ku apa?”

“Tokki-ah... Apa yang Jimin katakan padamu saat itu sampai-sampai kau gelap mata HAH?! wae? Kenapa kau tidak mempercayai ku waktu itu paboya? WAE?!”

Aku bisa merasakan pelukan yang semakin kencang melingkar di tubuhku.

“Mianhae (y/n)-ah. Jeongmal mianhae... aku benar-benar buta, ne, na jinjja paboya. Hukum aku (y/n)-ah. Jaebal. Maafkan kejahatanku dan aku. Kau bisa membenci ku, tapi aku tidak akan pernah membenci mu (y/n)”

Aku menangis sejadi-jadinya. Ku lampiaskan semuanya melalui air mata dan pukulan-pukulan kecil ku. Ya. Kami menangis bersama. Bagaimana bisa aku membencinya? Tidak ada cara bagiku membenci manusia ini.

“Aku berjanji akan selalu menjaga mu. Aku tidak akan membiarkan seseorang melukaimu lagi, bahkan walaupun itu diriku sendiri (y/n)”

“Ani, pokoknya jangan tinggalkan aku lagi. Jaebal. Tetap bersama ku Tokki-ah. Aku tidak akan membiarkan seseorang melukaimu lagi, bahkan walaupun itu diriku sendiri Tokki-ah”

Mendengar pengakuan kami masing-masing sungguh melegahkan. Kami saling melonggarkan pelukan kami. Menatap mata sembab kami bersama, mengelus sisa air mata bersama, dan tersenyum bersama menyingkirkan kepedihan yang masih tersisa. Jungkook perlahan mendekat dan mencium bibirku lembut, tidak lama namun manis. Lalu ia mencium keningku dan lalu memelukku. Aku tidak akan melepaskannya lagi. Hanya dia. Aku akan selalu menjaganya, apa pun yang terjadi. Aku berjanji. TIDAK AKAN KU BIARKAN ORANG ITU MENYAKITI TOKKI LAGI. Park Jimin. Nae chajatta.

🐰🐰🐰

“Eomma, appa. Aku sudah mengingat semuanya dan seperti yang kalian liat, nan gwaenchannayo. Aku bisa menerimanya. Jadi kumohon, jangan melindungi ku seperti anak kecil lagi, ne? Naneun jinjja gwaenchanna. Jadi kumohon maafkan Jungkook juga. Ne?”

“Joesonghamnida Eommanim, Abeonim. Ku mohon maafkan aku. Aku berjanji untuk melindungi (y/n) mulai sekarang. Aku benar-benar serius dengan (y/n) abeonim. Biarkan aku tetap berada di sisi (y/n)”

Seperti yang kuduga appa hanya tersenyum senang sementara eomma ku masih melihat Jungkook dengan mata yang menyelidik dan tajam.

“Kau lihat sendirikan yeobo? (y/n) baik-baik saja cukup percaya pada ku. Lagi pula walaupun aku melarang (y/n)pasti tidak akan mendengarkan permintaanku, benar?”

“Appa, eomma...” aku berusaha tersenyum untuk meyakinkan mereka terutama eomma ku. Aku juga tidak ingin melawan orang tua ku sebenarnya.

“Jangan lupa belajar pokoknya. Jangan hanya berpacaran dan tetap... tetaplah aman (y/n)-ah... Eomma tidak menginginkan hal yang mengerikan menimpa mu lagi. NEO! Awas saja sampai terjadi apa-apa dengan putri ku, aku tidak akan membiarkan mu pergi begitu saja. Aku sangat mahir menggunakan pisau asal kau tahu”

Kami semua terdengar kaget mendengar akhir kalimat yang keluar dari mulut eomma, termasuk appa. Appa dan Jungkook tampak meneguk air liur mereka keras dan mulai tidak tenang.

“EOMMA!” aku terpaksa berteriak karena itu mengerikan. Memangnya apa yang akan dilakukan eomma dengan pisau-pisaunya yang lengkap itu? Heol.

Perlahan namun aku bisa mendengar suara Jungkook yang terdengar menciut. “N-nae... eom-eommanim. Algaeseum...nida”

Setelah kejadian tadi, aku sudah diperbolehkan untuk kembali ke rumah dengan syarat tetap menjaga emosional ku tetap terjaga. Semuanya berjalan dengan baik. Tapi ada 1 hal. PARK JI MIN. Aku harus melakukan sesuatu, tapi apa?

“(y/n)... bolehkah aku masuk?”

“Eoh, tokki-ah. Masuklah. Waeyo?”

Jungkook tersenyum dan mulai mendekat. Ia duduk tepat di sebelah ku dan lalu menggenggam kedua tangaku. Dia memandangku dengan keseriusan sekarang.

“(y/n)-ah. Kau benar-benar telah mengingat segalanyakan? Berarti termasuk Jimin?”

“Ne... Waeyo?”

Aku melihat raut wajah Jungkook menjadi sedikit khawatir dan lalu menghembuskan nafasnya perlahan namun panjang.

“Jagalah jarak dengan ku di sekolah, ara? Aku tidak ingin dia melakukan sesuatu lagi nantinya. Aku tidak ingin dia tahu tentang hubungan kita sekarang dan bahwa kau telah mengingat segalanya...”

Aku tersenyum padanya dan bergantian, sekarang aku lah yang sedang menggenggam tangan-tanganya yang besar itu.

“Tokki-ah... kau masih takut dengan Jimin? Apa kau pengecut?”

“Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin terjadi apa-apa padamu. Karena aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan lagi. Aku hanya...”

“Kau tidak berubah jika seperti ini terus. Kau masih takut padanya. Kita sekarang sudah tumbuh. Kita bisa berfikir sebelum melakukan sesuatukan? Aku mempercayaimu. Aku tau kau bisa mengontrol dirimu sekarang”

Senyum Jungkook mengembang denga perlahan dan menatap ku lekat-lekat.

“Hah... aku memang tidak bisa menang jika berbicara denganmu. Kau sungguh...”

“Menakjubkan? Aku tau kok. Hehe”

“Mwo?? aku tidak ingin mengatakan itu kok. Aku hanya ingin bilang kalau kau hanya tidak bisa meninggi lagi. Kau bahkan nampak lebih kecil dari ku sekarang. HAHAHAHA. YES. AKU MENANG!”

“Mwoya? Sini ku cubit pipi mu!”

Aku berusaha meraih pipinya namun Jungkook langsung berdiri menjauh. Aku tidak bisa menggapai pipinya karena tinggi ku yang di bawah rata-rata.

“Ani. Kau tidak bisa”

Aku terus berusaha dan mulai lelah. Tapi dia menahan kedua tangan ku dan mecium ku dengan tiba-tiba. Aku membeku. Dia bahkan sekrang menampakkan gigi kelincinya lagi. Kyeopta... itu yang ada dalam pikiran ku dan tetap pada posisiku.

“Kalau begitu, sampai jumpa besok putri”

Jungkook membungkukkan badannya memperagakan gaya kerajaan. Aku sedikit bergidik namun itu perasaan yang menyenangkan. Sejak kapan namja yang ku kenal pengecut dan nerd berubah menjadi namja yang seperti sekarang? Dan tadi dia memanggilku putri? Euh. Aku fikir aku akan muntah. Sebenarnya aku tidak suka diperlakukan seperti itu.

🐰TBC🐰

Untold story [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang