BAB 1

280 4 7
                                    

17 tahun usia terbaik bagi semua remaja pada umumnya, namun mungkin tidak dengan ku. Kesal marah mungkin itu yang ada di benakku. ketika remaja seumuran ku dapat melanjutkan kuliah di univeritas ternama dengan biaya orang tua. Namun berbeda dengan ku yang harus berusaha dengan keras agar mampu mendapatkan beasiswa untuk berkuliah. 

"Nak kalau kamu ingin berkuliah, Ibu cuma bisa bantu doakan agar kamu bisa mendapatkan beasiswa, Ibu dan bapak tidak bisa bantu biaya." kalimat itu yang ku dengar ketika aku bercerita pada Ibu kalau temanku Reihan melanjutkan kuliah di Singapore. 

"Iya bu, Rudi tahu kuliah tak murah, doakan selalu ya bu agar Rudi bisa mendapatkan beasiswa kuliah" jawabku. 

"Assalamualaikum" Ucap bapak sambil meletakkan bahan-bahan masakan untuk dijual di kedainya esok hari. 

"Waalaikumsalam Pak". Sahut ku dan ibu. Ketika diri ini melihat wajah ayah yang membanting tulang untuk keluargaku, aku tidak mungkin menyalahi mereka, bahkan membenci mereka. Dari wajah itu malah  membuat ku haru terus berusaha menggapai impianku.

.

"Rudi selamat kamu lolos beasiswa untuk berkuliah di Malang. selama berkuliah semua biaya ditanggung oleh yayasan." Ucap guru BK ku di telfon setelah aku merasa putus asa dengan kuliah. 

"Alhamdulillah.. Terima kasih banyak ibu atas informasinya, saya akan segera memberitahu ayah dan ibu saya". sahut ku. 

"Ayah... Ibu... aku lolos beasiswa kuliah S1 di malang" teriak ku dari kamar menuju teras tempat Ibu dan Bapak duduk santai. 

"Alhamdulillah Nak... Ibu bangga kepada Mu" jawab ibu. 

"Alhamdulillah Rud. kamu memang pantas mendapatkan itu atas kerja kerasmu selama ini" sambil memeluk ku dan meneteskan air mata di bahuku. 

.

Keesokan harinya aku mau mendatangi teman wanita yang menurut ku spesial selama aku belajar di SMA. kita selalu menghabiskan waktu belajar bersama, bahkan dia selalu memberikanku bekal makan siang sebab dia tahu orang tuaku tidak memberikan uang jajan yang lebih. 

"Milanya ada pak?" tanya ku pada satpam rumah Mila. yap rumah Mila besar dan memiliki pos satpam pribadi untuk menjaga rumahnya. 

"Oh mas Rudi, ada mas tadi juga ada teman mba Mila yang sudah datang duluan". jawab satpam. 

"Baiklah pak saya ijin masuk ya". 

"Silahkan mas". Sambil membukakan pintu untukku. 

Sesampainya di halaman rumahnya aku melihat Mila sedang berpelukan dengan pria yang tidak ku kenal. ketika melihat diri ini hancur bagaikan vas bunga yang pecah ke lantai. aku langsung bergegas pulang dan pergi meninggalkan rumah Mila. 

"Ternyata benar yang dikatakan teman-teman bahwa Mila memiliki pacar." ucap ku dalam hati saat berjalan pulang

.

3 bulan kemudian

.

Saat diriku packing barang untuk pergi melanjutkan studi ku ke malang, aku melihat tumpukan buku yang bersih bagaikan buku baru, benar saja ternyata buku tahunan ku. Lembar demi lembar ku lihat foto teman-teman angkatan ku di sma 01 Jakarta. Tangan ini berhenti ketika melihat foto wanita yang tidak asing bagiku, dia wanita pembuat luka. Tiba-tiba terdengar lagu stay with me nya Sam smith, ada panggilan di handphone ku. 

Cinta Untuk RudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang