4 - batu

476 77 9
                                    

Seperti yang sudah-sudah. Baekhyun selalu mengajak makan nasi goreng untuk membalikkan mood gue. Padahal dibelikan corneto disk chocolate aja gue udah baikan. Ga mesti makan nasgor juga kali.

"Emang kamu punya duit ngajakin aku makan?"

Baekhyun menoleh kearah gue, mengalihkan pandangan dari hapenya.

"Punyalah sedikit. Masih cukup buat bayar makan kita." Katanya terus senyum. Manis pake banget.

Gue ngehela napas. "Aku bayar sendiri aja. Oke." Kata gue.

"NO!" Kata dia tegas.

"Why? Jangan maksain diri kamu baek."

Ekspresi Baekhyun berubah. Dia paling kesal kalo gue nolak keinginan dia. Terutama nolak dibayarin makan. Seperti sekarang.

"Tinggal makan aja susah banget sih. Di bayarin pacar sendiri juga."

Dia diem langsung. Saat nasi gorengnya datang. Gue masih diem aja liatin dia yang udah mulai makan.

Dia nyuruh gue makan dengan matanya. Pipinya penuh makanan jadi dia ga pernah nyuruh gue makan dari mulutnya kalo lagi nguyah. Pasti pake matanya mulu.

Kalo kondisinya sekarang lagi baik-baik aja. Gue ga banyak bacot buat bayar makan sendiri. Gue ga pernah bisa nebak apa yang lagi dia rasain dari ekspresi-nya. Orang lain taunya dia anak yang ceria dan selalu bahagia. Tapi seminggu yang lalu, gue melihat sisi lain darinya.



Dia ga sekuat batu karang.
Yang tampak kokoh,
Meski berulang kali dihantam.





Hari itu, gue ga sengaja ngeliat dia terduduk lesu di sudut perpustakaan. Cahaya redup menyembunyikan wajahnya yang murung dengan sorot mata sendu yang tertutupi oleh rambutnya. Tangannya terus meremas ujung almamaternya. Hari itu, untuk pertama kalinya setelah 4 tahun kenal dia, gue melihat sisi rapuh dari seorang Byun Baekhyun.

Gue ga berani nanya, kenapa dia bisa semurung itu sendirian di sudut perpustakaan dengan cahaya redup?
Dan kemarin, gue gak sengaja mendengar dia bertengkar dengan kakaknya lewat telepon. Wajahnya tampak seram dengan sorot mata tajam yang terus ditunjukannya saat bicara.

Saat itu juga, gue sadar, bahwa dia lagi ga dalam kondisi baik-baik saja.

"Ekhm.."

Gue bahas ga ya. Hmm. Jujur gue khawatir sama Baekhyun. Tapi gue ga bisa gitu aja nanyain masalah apa yang dia hadapin. Meski dia pacar gue. Dia punya hak buat menjaga privasinya.

Baekhyun menoleh saat gue berdehem, masih dengan jus strawberry yang dia minum.

"Novel aku balikin bisa kali. Mau baca lagi ni."

"Ada dirumah." Katanya singkat. Dia masih asik nyedot strawberry nya.

"Ya bawain dong besok."

"Ga bisa sayang." Katanya gemes.

Hmm.
Kan.
Udah.
Gue.
Tebak.
Dia.
Pasti.
Punya.
Masalah.

"Kenapa?" Cicit gue.

"Apanya?" Kata dia bingung.

Gue ngerasa bersalah. Saat gue punya masalah dia selalu peka dan menghibur gue dengan kelakuannya yang menyenangkan. Tapi gue? Untuk nanyain. Kamu ada malasah? Susah bener.

"Kenapa ga cerita sama aku?" Gue menunduk ga berani menatap Baekhyun.

Gue lirik dia dari sudut mata gue. Dia senyum tapi matanya tidak. Tidak seperti senyum biasanya. Dia menunjukkan rasa frustasi dari senyumnya.

"Aku ga mau ngebebanin kamu." Katanya pelan.





Gue diem.






"Lagian juga ngapain diceritain. Ga penting juga." Katanya terus mengehla napas.

Ga penting tapi lo sampai kerja di minimarket dekat kampus. Sedangkan, lo ga pernah sekalipun kerja sebelumnya. Orang tua lo berkecukupan dan lo bukan anak kosan. Jadi itu semua ga penting. Oke bagi dia masalahnya ga penting.





.
.
.
.
🎀🎀🎀






Kita sekarang lagi kumpul di rumahnya Sehun. Sebenarnya sih mereka yang kumpul, gue cuma ngikut doang. Salut gue sama mereka, udah lulus masih tetap main bareng. Padahal kampus mereka beda-beda. Gue beruntung sih sekampus sama Baekhyun. Jadi ga payah buat ngatur waktu buat ketemu.

"Na.. kalo mau minum. Ambil sendiri  di belakang." Kata Sehun.

"Apaan lo! Tamu disuruh ambil minum sendiri."

"Yee lo mah bukan tamu. Mau ngapain aja terserah dah." Balas Sehun.

"Yaudah ini rumah punya gue sekarang."

"Oke. Asal lo nikah sama kakak gue ga masalah." Katanya santai.

Baekhyun ngelempar bantal sofa ke kepala Sehun. "Anjing! Seenak jidat lo nyuruh pacar gue nikahin kakak lo." Maki Baekhyun.

"Katanya mau punya rumah ini. Jalan pintasnya ya itu. Gue aja yang anak punya rumah kaga sanggup beli rumah kayak begini." Oceh Sehun ngelantur.

"Curhat lo nes?" Ejek Chanyeol.

"Wkwkkw. Ness.. jones." Ledek Kai.

Sehun si cogan cap jones karatan. Hahaha.

"Dia kenapa sih?" Tanya gue ke Baekhyun.

"Incarannya lagi pacaran sama orang lain." Jawab Baekhyun.

"ANAK SETANNNNNNN!!!!!"

BRUK!!

Sehun melempar bantal sofa tadi ke muka Baekhyun.

"Sakit njing! Idung gue," Baekhyun ngusel idungnya.

"Bukannya lo pacaran sama anak kampus lo kan ya?" Tanya gue.

"Udah lama putus." Jawab Kai.

"Hatinya nyantol ke adek suho." Tambah Chanyeol.

"Suho punya adek? Mak lo hamil lagi? Kapan?"

Kepala gue di toyor sehabis gue ngomong gitu sama Baekhyun. "adek sepupu nya yang."

Gue manggut-manggut. "Kok bisa?"

"Entahla gue pusing mahamin hati sehun. Lagian adek gue masih bocah. Ntar lo grepe-grepe adek gue lagi." Kata Suho ke Sehun.

"Lo pikir gue kayak chanyeol kai!" Maki Sehun ga terima.

"Gue pernah ngeliat lo di parkiran mekdi. Lo cipokan di mobil." Kata Suho.

Gue noleh ke Baekhyun. Baekhyun juga noleh ke gue. "Kita belom nyoba yang di parkiran." Bisiknya.

Gue nyubit perut Baekhyun.





---------
🍓🍓🍓

Akhirnya di publis lagi.

Three Word [Byun Baekhyun] • ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang