Lantai 1

87 10 54
                                    

"Woy, ada yang liat pantat panci gak?" Mino dan Bobby yang tengah asyik bermain poker, serempak menggeleng. Mereka juga takut dengan gadis berkulit eksotis ini, karena kalo lagi marah, dia bisa nyambit siapapun, apapun, dan kapanpun/ahelah/.

"Ji, nyari siapa lo?" Jieun berbalik, ngeliat tetangganya, si Junhoe. Junhoe tengah menjemur kolor ijo kesayangannya di bangku depan kamar rusunnya.

"Nyari abang gue, si Item, eh, maksudnya si Mingyu. Tau gak Mingyu dimana bang?" tanya Jieun, dia harus pergi ke salon, mau menni pedi. Tapi Mingyu yang seharusnya nganterin dia ke salon, eh, malah ngilang.

"Oh si Mingyu, noh, dia lagi karaoke liar di deket gerbang rusun. Bareng sama si gundul, Peniel." tutur Junhoe, lalu ia kembali masuk ke kamarnya.

"Makasih bang June, semoga jonesnya ilang ya!" Jieun menekankan di kalimat 'JONES', yeah, Junhoe sudah jones selama 21 tahun. Yang mana artinya dia sudah jones sedari lahir, kasian amat.

"Woy, tusuk sate, nyadar diri elah, lo juga JONES!" teriak Junhoe dari dalam kamar.

"Seenggaknya gue gak kurbel, sampe harus jemur kolor kesayangan di kursi!" Jieun lari, sebelum sandal Junhoe mengenai wajahnya yang amat sangat precious itu.

"BODO AMAT."

*

"Berada di pelukanmu, mengajarkanku, apa artinya kenyamanan, kesempurnaan, cinta~~"

"Senangnya dalam hati, ey!"

"Woy, gablak, ini bukan lagi dangdutan." Mingyu menoyor pelontosannya Peniel, Peniel manyun.

"Biarin, suka-suka gue keleus. Mulut-mulut gue ah elah." sangkal Peniel.

"Pala lo aja yang botak, tapi mulut lo nyinyir kayak emak-emak kagak dapet arisan." Teh putjuk haroem yang tengah diminum Peniel, dengan lancang Mingyu merebutnya. Mingyu dengan polos meminumnya tanpa permisi dengan sang empunya.

"Kamvret lo Gyu, minuman gue tuh!" Peniel menyampluk Mingyu dengan topi kesayangannya. Alhasil Mingyu terbatuk-batuk.

"Bangsat Niel, lo apain gue hah?!"

"Gue hamilin lo, kenapa?"

"Kamoe kedjam Peniel, nanti kalau orang tuaku sampai tahu, gimana nasibku Peniel, kamoe kedjam Peniel, kedjam!"

"Mingyu kebanyakan bacot." Peniel selalu gerah berada di dekat Mingyu, yaiyalah, orang setan gitu kelakuannya.

"ABANG, LO GIMANA SEH?! KATANYA LO MAU NGANTERIN JIJI MENIPEDI, INI UDAH TELAT BANG! AYO CEPETAN!" pohon di samping Mingyu dan Peniel serasa ingin tumbang mendengar simfoni maut itu, PETJAH!

"Bicik lo Ji, kek pipis cewek tau gak?" celoteh Peniel, dan Jieun langsung memberinya sebuah bogeman manis. Peniel sekarang memiliki sebuah tanduk di kepala botaknya.

"Enak kan bang? Mau lagi lo?" tanya Jieun.

"Aduh, kagak Ji. Udah simpen aja buat abang lo, gue mau pergi dulu, Mingyu tek ker ya!" Peniel kabur, menyisakan Mingyu dan Jieun di sana.

Auranya bertambah dingin, Mingyu merasa ambang kematiannya sudah dekat.

"Bang." tuh kan? Ada kuntilanak memanggilnya! Ups, maksudnya Jieun udah manggil dia.

"Apaan dek?" tanya Mingyu.

"Anterin gue, atau malam ini lo tidur sekamar bareng bang Jongin."

Sekamar sama si otak yadong?

O to the GAH

OGAH!

"Iya, iya, ayok. Si Pinky mana?"

"Dia udah di salon bang, ayo anterin gue!"

"Iya, gue ambil si Pipy dulu."

"Ok."

*

Part awal, gaje?

Ya dong, harus!

Gak ngemis vomment, kalo berminat, silahkan.

Gomawo,

JAR♡

APARTEMENT GOKILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang