Navy telah siap dengan rombongan kemahnya. Tepat di depan gerbang sekolah, bus mini bertengger, menunggu segerombol siswa yang akan berkemping di gunung papandayan. Navy, Yudi, Yoga dan, Rizki. Mereka berempat yang akan pergi mewakili SMA Nusantara dalam ajang lomba berkemping dan pecinta alam.
"Tosca, jaga diri baik-baik ya selama aku gak ada di samping kamu," sebelum pergi, Navy menyempatkan menghampiri Tosca yang sedari tadi berdiri di depan post satpam.
"Harusnya saya yang bilang seperti itu."
"Gak dong! Di sana itu gak ada perempuan tahu!" sungut Navy bersemangat.
Tapi Tosca hanya diam. Dia sama sekali tidak menatap Navy.
"Kupu-kupu, kamu kenapa?"
"Saya takut Rindu."
"Memangnya rindu jahat?"
Tosca mengangguk. "Iya. Buktinya setiap saya rindu kamu, dada saya selalu sesak. Rindu itu membunuh! Saya takut."
Navy tersenyum. Jika saja ini bukan di lingkungan sekolah, mungkin dirinya sudah memeluk Tosca. Hatinya selalu berbisik, bahwa dirinya beruntung mendapatkan gadis kaku yang polos ini.
"Jaga diri baik-baik, kumbang." Tosca memberanikan diri memegang tangan Navy walau dengan keadaan jantung yang berdebar. "Saya sayang kamu."
"Aku lebih sayang kamu."
*
"Kak, mau kemana lagi?" Tosca menahan tangan Jingga yang kini sudah hampir masuk ke dalam mobil bersama bapak-bapak yang lain.
"Lepasin!" Jingga bersikukuh mengenyahkan Tosca.
"Enggak! Kakak gak boleh pergi! Ini udah malam!"
Dengan sekuat tenaga, Jingga mendorong Tosca hingga terjatuh. Lalu dirinya pergi bersama mobil rongsokan itu.
Tapi Tosca tak menyerah. Dia menaiki sepedanya. Sekuat tenaga mengejar mobil itu, mobil yang kini sudah jauh dari pandangan mata. Tapi tiba-tiba handfonenya bergetar, membuat dia tidak bisa berkonsentrasi pada jalanan yang ramai. Sampai tiba-tiba
"AAAA!"
Tubuh mungil Tosca terpental ketika mobil putih menabraknya. Handfone Tosca terpental jauh sampai hancur. Kepalanya berdarah, walau tak banyak. Tapi tetap saja sakit.
Dengan pandangan buram, Tosca mencoba bangkit. Tapi apa daya, kakinya terlalu lemas menahan beban badannya. Dia sudah tidak ingat pada sepedanya. Yang dia ingat hanyalah Jingga. Kemana lagi kiranya Jingga pergi? Bersama siapa? Untuk apa?
Semakin dipikirkan semakin buram pandangannya. Semakin memaksakan kuat, semakin lemah tubuhnya. Dalam hitungan detik, Tosca sudah tak bisa mengingat apa-apa lagi.
*
"Ayo-ayo pasang tenda! Ini udah malam banget, hati-hati!" Navy memandu teman-temannya yang sedang memasang tenda.
Setengah jam sudah mereka berkutat membuat tenda dalam gelap. Hanya ada cahaya rembulan dan api unggun. "Tidur sekarang?" Yudi menyimpan tasnya di pojok tenda.
"Kalian duluan aja, aku mau cari angin dulu." Navy beranjak keluar tenda.
Kaki Navy melangkah menjauh. Pandangannya terarah pada bulan yang melingkar indah. Ah, Navy rindu Tosca. Si gadis kaku dengan pemikiran polos tapi dewasa.
Semilir angin memeluk tubuhnya dengan dingin. Andai saja Tosca ada di sampingnya, mungkin sudah dia peluk tubuh mungil itu. Navy merogoh sakunya, membaca handfonenya. Mengotak-ngatiknya. Sial! Di sini tidak ada signal.
*
Tosca mengerjapkan matanya, mencoba memfokuskan pandangan dengan ruangan. Kepalanya terasa berat. Tangannya sakit, perih, dan juga kaku.
"Ah!" Tosca memegang kepalanya. "Saya di mana?"
"Kamu sudah bangun?" Laki-laki yang sedari tadi terduduk di samping Tosca akhirnya berkata.
"Saya tidak kenal kamu."
"Maaf," laki-laki itu menatap Tosca. "Aku tak sengaja menabrakmu."
Tosca diam. Ingin rasanya dia marah, tapi bukan Tosca namanya jika dia tidak sabar.
"Aku bakal tanggung jawab. Semua biyaya ini akan aku bayar."
Tosca menarik napas, "Di mana HP saya?"
"HP yang mana?" laki-laki itu mengernyit.
Tosca meneteskan air matanya. Jika sudah seperti ini, bagaimana dia menghubungi Jingga?
"HP mu juga akan aku ganti."
Tosca menggeleng. "Kamu siapa?"
"Kamu tidak marah?"
Tosca menggeleng. "Kamu siapa?"
"Aku Abu."
*
Hai hai! coment dong cerita ini menurut kalian gimana?
jangan lupa voment ya! luv kalian!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Butterfly
Teen FictionPemerkosaan itu benar-benar terjadi. Semuanya begitu gelap tak terlihat. Tapi Tosca yakin apa yang terjadi. Tubuhnya beberapa kali mengejang mencoba berontak. Tapi para bajingan itu lebih kuat dari tubuh mungil milik Tosca. Semua gara-gara Jingga...