1. Wedding.

7.9K 293 2
                                    

"Jangan gila Anya dia gak cinta sama kamu terus kamu mau nikah sama dia", Teriak Kak Sifanya padaku.

"Kak ini pilihanku lagipula tidak ada yang dirugikan bukan?, ini pernikahan impianku, jangan egois ka biarkan aku mengambil jalanku sendiri Kakak sudah mempunyai calon, aku tidak akan membuat Kakak  menderita dengan membatalkan perjodohan ini berarti Kakak yang akan di jodohkan".

"Jadi kamu mengorbankan kebahagiaanmu untukku?, kamu pikir aku akan bahagia melihat adiku menderita, tidak Devanya aku tidak bisa melihat kamu sedih ", ucap Kak sifanya melunak, dia luruh di lantai sambil memeluk kakiku.

"Kak apa Kakak pikir aku bersedih dengan pernikahan ini, tidak Kak sama sekali tidak , ini impianku mana mungkin aku bersedih". Akupun ikut terduduk dilantai sambil memeluk Kak Sifanya.

"Mana mungkin ini impianmu, setiap orang menginginkan menikah dengan orang yang mereka cintai sedangkan kau menikah dengan orang yang tidak kau kenal, mana mungkin kau akan bahagia Devanya". Kak Sifanya semakin terisak dan berurai air mata.

"Kakak salah ini memang impianku, menikah dari hasil perjodohan, Kakak lihat mataku apakah menyiratkan kesedihan, tidak Kak aku sungguh bahagia". Ku tangkup pipi ka Sifanya agar dia melihat mataku yang memancarkan kebahagiaan.

"Tapi aku tau kau menyukai Diva bukan Devano, aku tidak percaya kau akan bahagia jika tak bersama Diva". Kak Sifanya tetap kekeh pada pendirian nya bahwa aku tidak akan bahagia.

"Kak, Diva adalah kekasih Kakak, kalian saling mencintai dan aku salah aku malah menyukainya, asal Kakak tahu aku memang memendam rasa pada Diva tapi aku tidak pernah berharap dia akan menjadi pendampingku, sungguh Kak jika aku menikah dengannya aku malah tidak akan bahagia karena itu bukan pernikahan impianku". Aku berkata jujur pada Kak Sifanya bahwa aku memang menyukai kekasihnya tapi tidak sama sekali mengharapkan kekasihnya menjadi miliku, karena aku mempunya impian tersendiri yaitu menikah dengan lelaki yang tidak mencintaiku.

"Apakah kamu yakin kamu akan bahagia bersamanya, dia terlihat seperti kejam dingin dan tidak peduli padamu Devanya". Ucapnya lirih.

"Kakak harus tahu dia adalah pria idamanku, pria dingin, Kakak tahu sejak kecil aku selalu bermimpi saat sudah besar aku ingin di jodohkan dengan pria yang dingin, dan sekarang impianku terwujud Kak". Aku tersenyum memberikan raut bahagia ku, walaupun benar aku menyukai Diva tapi aku tidak akan pernah merebut kebahagiaan Kakakku sendiri.

"Kamu serius". Tanya Kak Sifanya dengan muka yang sangat memilukan mata sedikit membengkak dan hidung yang merah.

"Iyah Kak, sudah jangan menangis Kakak jelek jika menangis, ayo sekarang Kakak  cucimuka masa calon pengantin mukanya masam seperti itu ". Aku membangunkan Kak Sifa dan membawanya ke kamar mandi.

"Dek apa kamu yakin tidak mau bertukar posisi denganku?". Tanya Kak Sifa.

"Kak jika kita bertukar posisi maka akan banyak orang yang tersakiti, Kakak, Diva, dan juga Aku, apa Kakak mau melihat Diva kecewa dan melihat aku kehilangan mimpiku?".

"Tapi kau akan tersakiti Devanya". Ka Sifa seperti akan menangis lagi.

"Stop Kak, aku sudah bilang bahwa aku tidak akan tersakiti karena ini pernikahan Impianku". Aku menangis, kesal terhadap Kak Sifanya dia keras kepala sekali.

"Devanya kamu kenapa menangis". Kak Sifanya terlihat bingum melihatku yang kini menangis.

"Aku kesal pada Kakak karena keras kepala". Jawabku sembari sesegukan karena menahan rasa kesal.

"Maafkan aku". Dia seperti merasa bersalah.

"Aku akan memaafkan Kakak asal Kakak jangan mengulang perkataan Kakak  lagi tentang aku tidak akan bahagia".

"Iyah aku berjanji tidak akan berkata seperti itu lagi". Dia tersenyum lembut padaku.

"Ya sudah, ayo kita keruang rias tiga jam lagi acara akan di mulai dan kita belum siap, bagaimana kalau pangeran kita kabur karena melihat putrinya masih menggunakan baju tidur bukan gaun yang indah", Ucapanku membuat Kak Sifanya tertawa.

"Ya kita ikat mereka agar tidak kabur ,enak saja hanya ingin melihat penampilan putri saat cantik saja". Ucapnya sambil tertawa .

Aku senang karena Kak Sifanya tidak mengungkit lagi masalah ini, kalau sampai dia mengungkit lagi mungkin aku akan menangis sambil menjerit karena rasa kesal , ke keras kealaanya itu kadang selalu membuat orang merasa gemas ingin nangis, kadang aku heran dia selalu menginginkan orang lain bahagia meski harus merelakan kebahagiaan nya , biasanya aku selalu menurut, tapi kali ini aku tidak ingin kebahagiaan nya dia berikan lagi kepadaku dan aku harus kehilangan pernikahan impianku jika menuruti kata-katanya.

Akhirnya pernikahan dimulai dengan Kak Sifanya dan Diva duluan yang melangsungkan akan, dan barulah aku dan Devano melangsungkan akad.

Pelaminan kami di satukan, jadi aku duduk di sebelah ka Sifanya, aku melihat raut bahagia di wajah Kak Sifanya dan Diva , aku juga menampilkan raut wajah bahagia hanya satu disini yang terlihat dingin yaitu suamiku Devano.

Saat kami sedang duduk ada dua orang perempuan naik ke pelaminan salah satunya langsung memeluk Devano dan mencium pipinya sambil berucap, "Jangan lupakan malam panjang kita sayang", aku sama sekali tidak merasa sakit, tapi ka Sifanya sepertinya menahan amarah mendengar perkataan perempuan itu.

"Kak, Kakak kenapa". Tanyaku, saat melihatnya mengepalkan tangan menahan kesal.

"Lihat dia baru saja menikah sudah menyakitimu". Jawab Kak Sifanya dengan suara bergetar hampir menangis.

"Hei, Kakakku cantik lihat aku apakah aku terlihat tersakiti, tidak bukan jadi jangan terlalu di pikirkan". Ucapku memberikan ketenangan padanya.

"Tapi dia brengsek, mengundang jalangnya pada pernikahannya, andai kau mau menurut tadi untuk bertukar posisi kamu tidak akan disakiti olehnya". Kak Sifanya mulai mengungkit lagi tawarannya.

"Kak andai tadi kita bertukar posisi kau yang tersakiti lihat saja sekarang suamiku yang di cium perempuan lain Kakak yang marah, aku tidak apa-apa sungguh". Ku berikan senyum termanisku pada Kakak tercintaku.

"Hmmm". Dia hanya berdehem.

"Kak Diva acaranya sudah selesai hanya ada beberapa tamu undangan saja dan mereka juga cuma kolegan bisnis ayah jadi sebaiknya Kak Diva ajak Kak Sifanya istirahat saja biar aku disini yang melayani tamu, kasian Kakaku sepertinya sudah kelelahan". Ucapku padak Dia, aku memanggilnya Kakak sekarang karena sekarang dia sudah menjadi suami kakaku.

"Baiklah Anya, Ayo Sayang sepertinya benar kata hanya kamu sudah kelelahan". Kak Diva menggandeng Kak Sifa untuk istirahat.

"Kamu mau minum biar aku ambilkan". Ucapku pada Devano, sekedar berbasa basi untuk memecah keheningan antara kita berdua.

"Tidak perlu aku bisa ambil sendiri". Ucapnya dingin tanpa menoleh kearahku sedikitpun.

"Ya sudah, mau makanan?".

"Hmm, Tidak", dia benar-benar dingin perfect seperti impianku.

Lihat saja akan aku luluhkan hatimu, mister Dingin.

Crazy Dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang