Aroma kayu-kayuan yang begitu harum terasa di penciumanku, alas lembut tempatku berbaring membuatku tak mau beranjak. Aku mengusap selimut yang menutupi tubuhku. Oh ya ampun, tempat tidur memang tempat terbaik. Tubuhku diam tak bergerak ketika sadar bahwa aroma kayu-kayuan jelas bukan kamarku. Aku langsung membuka mataku dan tepat saat itu juga rasa pusing langsung menderaku, terlebih kala cahaya memasuki penglihatanku tiba-tiba. Rasanya aku seperti habis menaiki ombak banyu tanpa henti.
Samar-samar aku melihat ruangan bercat abu-abu dengan properti kayu, membuat aroma kayu-kayuan di ruangan ini semakin kuat. Aku mengeryitkan keningku melihat ruangan ini. Jelas ini bukan kamarku.
"Demi panna cotta! Dimana ini?" Aku menghela tubuhku duduk, melihat sekeliling kamar ini, jelas ini bukan rumah pohon atau rumah kurcaci. Tapi jelas ini bukan kamarku! Takut-takut aku dalam situasi berbahaya, aku memutuskan untuk turun dari kasurku. Maksudku kasur pemilik tempat ini, tentu saja. Tak ada salahnya aku berpikir negatif bukan? Bisa saja saat ini aku diculik, atau buruknya lagi aku akan dijual. Tidak, itu tidak boleh terjadi!
"Demi-" Tubuhku jatuh tersungkur ke lantai dengan wajah menghantam lantai lebih dulu. Demi panna cotta buatan aunty Rose! Kesialan apa lagi ini. Aku mendesis pelan kala rasa perih dan nyeri muncul ketika aku mengusap kening. Oh ya ampun. Kesialan apa lagi ini.
Aku hanya bisa menghela napas saat rasa nyeri di kakiku mampu mengalihkan rasa sakit di keningku. Aku melirik kakiku. Perban putih melilit pergelangan kaki kananku dengan rapi. Jelas saat ini kau terluka, Clary.
Aku memilih mengubah posisiku, menelentangkan tubuh lalu menatap langit-langit kamar yang berwarna krem. Lampu kecil menggantung di langit-langit kamar, persis seperti lampu gantung kristal yang ada di ruang tamu rumah, bedanya ini versi kecilnya.
Aku merindukan rumah.
Tubuhku mendadak merinding ketika aku teringat apa yang terjadi padaku sebelumnya. Tubuh-tubuh berjatuhan dari atas jurang. Teriakan memekakkan telinga seolah kembali terdengar di telingaku, bahkan aku ingat bagaimana tubuh kak Joan menghilang terseret longsor. Pandanganku yang buram kini semakin buram dengan air mata. Aku menelan salivaku berat. Bukan liburan seperti ini yang kuinginkan. Seharusnya kini aku sedang ikut pendaftaran kuliah di kampus kak Joan. Mempersiapkan masa orientasi dan berkumpul dengan teman-teman hanya untuk bercerita hal-hal tidak penting. Atau mungkin bergosip.
"Apa yang kau lakukan di lantai, Nona?" mataku membulat sempurna ketika sebuah kepala muncul di atasku. Menatap dengan tajam.
"Whoa!" Aku langsung mendudukkan tubuhku, membuat jarak dengan pria asing itu. "Apa yang kau lakukan di kamarku? Ma- maksudku di kamar ini." Aku meneliti penampilannya dari atas ke bawah. Pria berparas seperti italia dengan bentuk wajah kotak dan rahang yang tegas. Rambutnya tertata dengan klinis, pria itu memakai kemeja putih dengan lengan yang digulung dan satu kancing yang terbuka.
Mamma mia! Dia benar-benar lezat! Oke, lupakan.
"Apa yang saya lakukan? Seharusnya saya yang bertanya. Apa yang anda lakukan di lantai, Nona? Lantai ini dingin dan anda masih terluka. Anda harus beristirahat." Tanpa menunggu jawabanku, pria itu menggendong tubuhku tanpa izin. Ini akan jadi hal yang romantis jika kami merupakan pasangan. Dasar sinting! Lupakan.
"Hey! Jangan macam-macam ya! Aku galak, loh!" aku mengacungkan telunjukku tepat di depan wajahnya. Setelah menurunkanku di tempat tidur, pria itu memeriksa kakiku. Dia tidak mengindahkan peringatanku tadi. Aku terus menatapnya tajam, memastikan dia tidak melakukan hal aneh pada kakiku. Tapi aku tidak akan melawan jika ia melakukannya. Dasar gila! Dia pria asing, Clary. Tapi dia benar-benar tampan!. Siapa yang akan menolak pria tampan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Relateion [Re-Write]
Lobisomem[Werewolf-Minor Romance] "RELATION" the title before. Highest Rank #2 in Werewolf Dia menatapku dengan mata coklatnya dan berkata "Kau mateku, milikku". Aku benci mendengarnya, sungguh. Aku sangat benci dengan hubungan takdir yang memaksa ini, karna...