Lolongan serigala saling bersahutan terus terdengar tanpa henti membuatku mau tidak mau harus terjaga. Dengan penglihatan yang seadanya aku mengambil jam weker di nakas, melihat jam berapa sekarang untuk menghitung berapa lama lagi para werewolf itu berhenti melolong, hampir pukul 1 pagi.
Aku mengeryitkan keningku saat sadar bahwa seharusnya para werewolf itu sudah berhenti melolong. Aku menatap jendela kamar yang masih tertutup gorden, berharap aku bisa bergabung bersama mereka dan menendang pantat serigala mereka agar suara lolongan itu berhenti dan aku bisa kembali tidur. Demi panna cotta! Kapan mereka akan berhenti?
Brak!
Aku berjengkit dari tidurku ketika suara debuman terdengar sangat keras, seperti suara rumah yang rubuh. Bukan! Itu pasti pohon yang tumbang, atau batu yang dilempar. Astaga apa yang terjadi? Apa mereka sedang memperluas pembangunan istana mereka? Maksudku pack house, sungguh aku masih belum terbiasa dengan hal ini. Jangan katakan padaku kalau mereka juga berlatih di pagi hari. Mereka benar-benar akan membunuh kalau begitu.
Samar-samar aku melihat bayangan seseorang di balik jendela. Aku memincingkan mataku, memastikan bahwa itu bukanlah sesuatu yang buruk. Itu bergerak!, aku langsung meraih kacamataku di nakas lalu memakainya. Jika Nic ingin menakuti, aku bersumpah akan menendang masa depannya itu. Aku langsung mengambil pulpen di atas nakasku, menyembunyikannya di balik bantal dan berpura-pura tidur.
Suara deritan jendela terdengar, menandakan sosok itu sudah masuk ke dalam kamarku. Jantungku berdegup kencang, seketika rasa takut memenuhi diriku. Gila! Aku merasa seperti tokoh utama di film-film thriller.
Suara kekehan pria terdengar begitu dekat denganku, "Aku tahu kau tidak tidur, nona" bisik pria itu, membuatku langsung melayangkan ujung pulpen ke arahnya.
Aku menelan salivaku berat begitu dia dengan mudahnya menahan tanganku, "Lepaskan!" Tentu saja dia dapat menebaknya! Ini hal klasik yang terjadi di film-film thriller. Dasar bodoh!
Pria itu tersenyum miring, ia mengangkat tanganku tinggi-tinggi, membuat tubuhku mau tak mau terangkat. Pria itu ingin melemparku!
"AAAAA" Teriakku saat tubuhku mulai terlempar. Aku menunggu rasa sakit itu, namun yang kurasakan adalah pelukan hangat tubuh seseorang. Aku membuka mataku dan melihat Matt memelukku dengan dada telanjang. Kalau ini bukan situasi genting, aku pasti sudah memakan pria ini. Satu hal yang harus kau tahu, dadanya sangat hangat.
Seolah tak mengerti keterkejutanku, Matt menurunkanku. Ia berdiri .embelakangiku, membuat tubuhnya menjadi pelindungku, so gentleman.
Sial! Dimana otakmu, Clary!
"Kau baik-baik saja, Nona?" Tanya Matt tanpa melihatku, fokus pada pria di hadapannya. Aku bergumam menandakan aku baik-baik saja. Aku melirik dari balik tubuh Matt, melihat siapa pria yang berani masuk ke dalam kamarku.
Oh shit! He's cute!
Aku merutuki diriku sendiri, sial! Apa semua keturunan werewolf memiliki gen ketampanan?. Tapi pria di hadapanku terlihat muda, dia punya wajah yang baby face.
Matt memegang lengan kananku, kepala mengarah ke telingaku dengan mata yang masih menatap tajam pria di hadapan kami, "Nona, pergilah dari sini. Carilah Nona Joy"
Aku menarik tanganku kasar, bagaimana bisa aku meninggalkannya sendiri di sini?, "Tidak! Aku tidak mau meninggalkanmu! Kak Nic pasti akan datang, dimana dia?" Tanyaku sambil meremas tangan kanannya.
Pria itu tertawa, membuatku bergidik ngeri hanya mendengar tawanya. Dalam hitungan detik pria itu diam, menatapku tajam, "Pack ini di serang nona, dan kami pemenangnya," ucap pria itu, memberikan smirk miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relateion [Re-Write]
Werewolf[Werewolf-Minor Romance] "RELATION" the title before. Highest Rank #2 in Werewolf Dia menatapku dengan mata coklatnya dan berkata "Kau mateku, milikku". Aku benci mendengarnya, sungguh. Aku sangat benci dengan hubungan takdir yang memaksa ini, karna...