Tepukan cukup keras di wajah membuatku tersadar ditambah dengan suara seorang perempuan terus-menerus memanggil namaku, membuatku mau tidak mau harus terbangun. Joy dengan tanktop hitamnya dan eyeliner on point-nya menatapku cemas. Pasti aku ketiduran.
"Hey, kau baik-baik saja? Kau masih bernafas kan?" tanyanya sambil meneliti tubuhku. Membuat Joy panik bukanlah hal yang bagus. Wanita itu takkan berhenti mengintrogasi sampai jawaban yang didapat memuaskannya.
"Hmm, apa kau lakukan di sini, Joy?" tanyaku mengalihkan. Bukannya langsung menjawab pertanyaanku, ia justru memukul kepalaku dengan tangan batunya itu. Tolong aku untuk tidak menjadi bodoh karena hal ini.
"Seharusnya aku yang bertanya! Kau tahu? Dom sangat marah kau belum kembali sampai sekarang, dan pria itu mengamuk seperti orang kesetanan."
Pria itu? Ah aku mengerti, pasti Erick. Entah kenapa, Joy sangat benci mengucap namanya, dia bilang mengucapkan namanya seperti mengunyah kotoran kuda, yah kurasa dia pernah mengunyah kotoran kuda. Aku paham maksudnya.
"Ku rasa aku kelelahan berlatih, lalu ketiduran di sini," bohongku, bagiku cukup aku saja yang mengetahui sisi lemahku ini, cukup aku seorang, Akan sangat buruk kalau Joy tahu aku menangis, bisa-bisa ia akan mengejekku siang malam "lagipula kemana kau sore ini? Kau kan yang selalu memaksaku berlatih!"
Aku menatapnya marah, pasti dia bersantai-santai di atas penderitaanku. Joy adalah wanita yang tidak punya pendirian dalam menepati janjinya. Akan sangat mudah baginya mengesampingkan segala hal jika sudah beromantis ria dengan Robert. Benar-benar membuatku iri melihat sepasang kekasih yang dimabuk asmara itu. Kau takkan sanggup jika berhadapan dengan mereka yang sedang berasmara itu.
"Ah.. umm, itu aku ada urusan pribadi" jawabnya.
Sudah ku duga. Aku memberikan senyum jahilku, menjahilinya sedikit kurasa tidak masalah, "Bilang saja kau habis berpacaran dengan Robert, dan melupakan aku seorang diri di sini. Ck ck ck.. teganya kau."
Joy membelalakan matanya, tidak percaya aku akan mengatakan hal memalukan itu. Sebagai seorang petarung wanita, bukanlah hal yang baik baginya jika orang-orang tahu sifat manjanya itu. Ah, membahas mengenai Robert dan Joy mengingatkanku pada dua pria itu. Robert marah dan pria itu mengamuk? Yang benar saja. Setelah memperlakukanku bagaikan barang, apa mereka masih berhak bersikap seperti itu?. Menyebalkan.
"Kita kembali, Joy"
***
Takdir mempermainkanku. Setelah mengalami kecelakaan mengerikan, hubungan keluarga yang diputuskan, kini aku harus kembali di usir oleh keluarga keduaku. Aku menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Menghabiskan waktuku yang tersisa di sini dengan duduk di beranda jendela melihat hamparan pohon sejauh mata memandang. Aku memainkan batang anak panahku, sambil sesekali mengetukkan mata panahnya ke kaca jendela. Berharap bisa memecahkan kesunyian di kamar ini. Benar-benar menyedihkan.
"Aduh... kalau begini terus, aku bisa cepat tua."
Brak!
Suara pintu yang dibuka dengan keras membuatku mau tak mau menatap ke arah pintu. Aku ingin sekali menghajar orang itu. Alih-alih memaki orang itu, aku lebih memilih mengalihkan pandanganku, berusahan untuk tidak peduli dengan kak Nic. Aku merajuk.
"Clary...." Aku diam tak menggubrisnya. Perasaan kesal masih terasa ketika mengingat dia dengan tololnya memerintahku seperti hewan peliharaan. Kak Nic memelukku erat, kemudian menatapku sendu, aku? Tentu saja menatapnya datar. Bukannya aku tidak memaafkannya, hanya saja sulit rasanya melupakan kejadian itu.
"Maaf." lirihnya tanpa melihatku.
"Apa boleh buat. Manusia ini juga bukan benaran adikmu, kok. Tidak perlu sungkan bahkan jika kau ingin menjualku." Mulut kotor ini dengan lancar mengeluarkan omongan menohok. Ingin sekali aku melakban mulut ini. Ingatkan aku untuk memintanya nanti. Aku mendorong pelan tubuh kak Nic untuk memberiku jarak. Jangan sampai aku membalas pelukannya dan merengek di dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Relateion [Re-Write]
Wilkołaki[Werewolf-Minor Romance] "RELATION" the title before. Highest Rank #2 in Werewolf Dia menatapku dengan mata coklatnya dan berkata "Kau mateku, milikku". Aku benci mendengarnya, sungguh. Aku sangat benci dengan hubungan takdir yang memaksa ini, karna...