Tujuh hari setelah kematian Mas Kamil..
Aku tak pernah kaget untuk sendiri. Sebelum Mas Kamil meninggal pun aku sudah terbiasa sendiri. Tak ingin lagi rasa nya ku mencari teman. Cukup kesepian yang menghibur ku. Hanya saja acapkali kerinduan menyiksa ku. Tak ada lagi yang mendengar curhatan ku, tak ada lagi yang menghibur ku saat aku sedih, mungkin keadaan seperti ini akan aku rasakan selamanya di hidupku. SENDIRI. TERBIASA MENYIMPAN PERASAAN.
Malam ini aku tak seperti biasanya. Aku tak lagi mampu menatap bintang-bintang. Kaki ku tak mampu melangkah ke balkon.badan ku naik suhu. Itu artinya aku demam. Siapa yang harus ku mintai bantuan. Thaif?? Aku akan menelponnya.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar servis area."
Kebiasaan Thaif berlaku. Ia menggonta-ganti nomor nya lagi. Anjiiiir....
Kemudian siapa lagi?? Aku tak mempunyai banyak teman di sekitar sini. "Apa masak Ardi sih..."
coba deh... Tuuut..tuuut...
"Halo Din ada apa?" Dari nada nya ia seperti cemas.
"Halo..lo dimana?"
"Di rumah. Kenapa?"
"Kalo lo keluar, lo mampir ya...gue titip obat demam."
"Lo demam Din?"
"Sedikit."
"Yaudah gue kesana ya...kita ke rumah sakit."
"Terserah."
Tak membutuhkan waktu lama Ardi sudah sampai di depan gerbang.aku segera keluar dengan memakai jaket. Ardi turun dari motor nya dan memegang dahi ku.
"Panas banget Din..yuk cepetan naik!"
Tanpa basa-basi aku pun segera menaiki motor Ardi.
"Ngga mau pegangan?"
Aku hanya bergeleng tanpa pemborosan kata.
"Yaudah kalo ngga mau."
Rumah sakit yang sama dengan Mas Kamil dioperasi dan merenggut nyawa. Lorong demi lorong ku lewati dan juga melewati ruang operasi dan ruang ICU tempat Mas Kamil tujuh hari lalu.
Setelah di periksa dokter ternyata aku dinyatakan terkena thypus.
"Sebenarnya ada yang pengen aku omongin.!"
"Ngomong aja." Kata ku cuek.
"Nanti deh dirumah kamu."
"Apaan sih..aku-kamu. Loe-gue aja."
"Iya.. "
Pukul 20:43_
Aku dan Ardi memasuki rumah besar kosong ini. Aku mempersilahkan Ardi duduk di sofa sementara aku pergi ke dapur untuk mengambil minuman.
"Mau ngomong apa...buruan."
"Dinaya gue...ada amanah."
"Amanah apa.?"
"Dari kak Kamil..ini.." Ardi menyodorkan sebuah buku harian berwarna cokelat.
"Kak Kamil ngasih ini saat dia di rumah sakit."
Aku pun mulai membuka buku itu.
Hal.1
All about my sister..Dinaya.
Aku akan korban kan apapun demi dia. Bahkan nyawa sekaligus.Dan air mata ku mulai menetes.
Hal.4
Tuhan jaga kami berdua. Cukupkan segala kebutuhan kami. Halalkan keringat hamba.
Hal.10
Tumor ganas. Penyakit itu bersarang di otak ku. Heh..selama Dinaya.adikku tak tahu aku tak merasa sedih.
Aku mulai meraung-raung
Hal.15
Aku mendengar Ardi mencintai adikku Dinaya. Aku sangat bahagia setidak nya jika aku pergi nanti aku telah meninggalkan orang yang ku percaya untuk menjaga adikku.
Kini aku mengerti maksud Mas Kamil.
Hal.17
Adikku Dinaya...hidup lah bersama Ardi..pilihan Mas. Mas yakin dia laki-laki yang baik.
Aku menangis sejadi-jadi nya. Menatap Ardi lekat-lekat.
"Kamu mau nikah sama aku?" tanya Ardi pelan.
"Ini demi Mas Kamil."
"Bukan.ini demi kamu.."
"Terserah..elo."
"Jadi kapan kita mengatur acara nya?"
"Ngga usah di pesta-pesta..di KUA aja."
"Ow..ok..kamu mau kapan.?"
"Terserah keluarga mu aja."
"Ok..kalau gitu aku pulang ya "
"Y"
"Jangan lupa minum obat nya ya ..."
"Iya."
🌻🌻🌻
"Din..kamu ngga masuk sekolah?? Ada pengumuman." Thaif. Pagi-pagi ke rumah ku untuk mengajakku sekolah. Namun ia tidak salah ia benar-benar tak tahu dan lebih baik dia tak pernah tahu.
"Enggak gue ngga enak badan. Nanti ada pengumuman apa loe beritahu gue ya."
"Yaudah..deh by diung.."
"By hisung!"
Pukul 07:12
Ardi menjemput ku dengan motor nya. Ia memakai kemeja putih, jas hitam, dan celana hitam serta lengkap dengan peci hitam nya.
Setelah beberapa hari lalu kami mendaftar di KUA, akhirnya hari ini kami akan menikah. Hal terburuk di hidup ku. Menikah muda.
"Kamu siap Din?"
"Iya." Mulut berkata demikian namun hati ku berbalik.
Kursi plastik hijau menjadi saksi bisu rintihan hati ku. Yang sebenarnya sangat memberonta. Penghulu telah siap,saksi siap,mas kawin juga siap, dan kedua mempelai hadir. Tapi aku belum siap.
"Jabat tangan saya. Anda sudah hafal ijab qobul nya?"
Ardi hanya mengangguk pelan. Kemudian pak penghulu membaca akad nikah.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Dinaya Farahita binti Syarif Farahita dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawin nya Dinaya Farahita binti Syarif Farahita dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."
Dan...SAH aku menjadi milik Ardi laki-laki yang ku benci.
Benar-benar aku tak pernah berfikir akan menikah muda seperti ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
i never love you
RomanceDinaya adalah gadis belia yang tak pernah mencintai laki-laki yang telah mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan dengannya. mereka telah diikat dalam sakral. Dinaya tak pernah menginginkan hubungan dengan Ardi.laki-laki yang telah mencintai nya seja...