"May, kamu udah deket banget ya sama pak tentara ganteng itu ?" tanya Laras penasaran.
"Enggak sih, biasa aja. Kenapa emang ?" jawab Maya yang masih sibuk dengan kertas ulangannya.
"Nothing. Just to want know." ucap Laras sambil memainkan pulpen di jarinya. "Kalau hubunganmu dengan Guntur gimana ?"
Maya mengangkat kepalanya kemudian melepas kacamatanya. Tatapan tajamnya menyelidik, Laras yang di tatap seperti itu jadi salah tingkah.
"Kami baik aja. Kenapa tiba - tiba nanyain itu ?" tanya Maya tajam.
"Enggak ada May, cuma aku ngerasa akhir - akhir ini Guntur jarang kelihatan. Kalian lagi ada masalah ?" Laras bernafas lega, karena akhirnya bisa menjelaskan tanpa rasa gugup.
Maya menarik nafas panjang, ada kilatan sedih dimatanya. Mendung. Maya memakai kacamatanya kembali saat bening matanya mengembun. Tanpa menjawab pertanyaan Laras, Maya kembali menekuri kegiatannya.
Laras hanya memandang sahabatnya dengan rasa iba. Maya ibarat buku terbuka bagi Laras, Laras akan dengan mudah membaca apa yang terjadi dengan sahabatnya, walau dia tidak menceritakannya. Laras kemudian melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. Dia tidak mau memaksa Maya, karena tanpa di paksapun Maya akan bercerita dengan sendirinya.
Maya dan Laras memasuki sebuah warung makan, mereka memang sengaja mampir saat pulang dari sekolah.
"Kamu pengin nikah usia berapa, Ras ?" tanya Maya memecah kesunyian.
"Emm.. Paling lambat mungkin tahun depan May, bang Adit malah mintanya tahun ini." Jawab Laras.
"Seneng ya, udah di ajakin nikah." kata Maya sambil tersenyum getir. "Kalau Guntur, dia penginnya nikah lima tahun lagi." Lanjut Maya dengan suara bergetar.
Laras tidak menyahut, menunggu Maya menyeleseikan ceritanya. Dia mengamati Maya yang tengah sibuk dengan minumannya. Wajahnya muram, tak ada lagi senyum ceria yang biasanya menghiasi bibir tipis penuhnya. Tak ada keusilan - keusilan yang dia lakukan kala menggoda teman - temannya.
"Dia bilang, takut nggak bisa membahagiakan istrinya. Belum siap secara materi, katanya," Laras kemudian mengelus punggung tangan Maya, mencoba menyalurkan ketenangan.
"Menurut kamu, itu kejujuran atau cuma alasan dia aja ?" tanya Maya skeptis.
Laras tersenyum menanggapi curhatan sahabatnya itu, kemudian dia menarik nafas panjang. Menyesap es jeruknya lalu berujar, "Aku nggak tahu May, takut salah jawab."
"Ih kamu mah, di ajak curhat malah gitu." Maya mengerucutkan bibirnya, tidak puas dengan jawaban Laras.
"Yang bisa jawab pertanyaan itu ya kamu sendiri May, soalnya kan kamu yang ngerasain. Orang lain cuma bisa melihat, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi." ujar Laras menjelaskan.
"Iya sih,"
"Trus tanggapan om dan tante gimana ?" Laras balik bertanya.
"Mereka belum tahu, dan selama ini juga nggak pernah nanyain masalah itu." Jawab Maya sambil menggelengkan kepalanya. "Tapi bunda pernah nanya sih, kok Guntur sekarang jarang main kerumah, gitu ?"
"Nggak pernah nanya masalah itu bukan berarti nggak care May, mungkin juga lagi nunggu inisiatif dari kalian berdua," timpal Laras.
"Emang iya ?"
"Bisa jadi. Coba kamu nanya ke om atau tante," saran Laras.
Maya menggelengkan kepalanya, menarik nafas panjang dan kemudian bersandar pada sandaran kursi sambil memejamkan matanya. "Nggak berani aku, Ras."
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU PAK TENTARA ( HERO )
De TodoKetika tinggal selangkah lagi mereka menuju bahagia, sebuah insiden menghancurkan kebahagiaan mereka. Bukan karena orang ketiga, tapi Yudha yang tak menginginkanya. Tak ada seorangpun yang akan bisa menebak kejadian yang akan datang. Sekaran...