Merelakan

42 8 0
                                    

" line " dering hp ku

Devi.

" Kin, dina lo masa aku cuman boomerang sama putra? Dia marah gak karuan kin? Sumpah kin nuemen. "
Pesan singkatnya.

Ya entahlah aku langsung tidak pernah mood mendengar nama dia. Orang yang mengambil kebahagianku. Mungkin dia tidak merasa. Tapi diriku menganggapnya seperti itu.

Setelah aku lama membicarakan masalanya. Hp ku berdering kembali, kali ini dari dyah. Dyah adalah mantan putra tetapi dia berhubungan baik denganku.

" kin, aku lagi mangkel sama dina "
Katanya.

Oh yaa nama itu lagi. Aku benci mendengarnya. Setelah aku selesai menenangkan. Aku membuat status yang berhubungan dengan masalah temanku, biasalah ya anak jaman sekarang mau nyindir gitu, tapi jaman sekarang juga yang disindir gak merasa tapi yang gak disindir merasa.

" Mungkin lagi jaman ya. "

Damn! Dina merasa itu untuknya. Padahal bukan. Tanpa dia menghargaiku, dengan kasarnya dia dirrect messangge aku.

" Kalo sindir ngaca dulu gak kenal kok sindir sindir, jadi aku ya malu. "

Ya ini membuat masalah. Mungkin aku terbawa emosi olehnya. Sampai aku mengatakan bahwa putra pernah mendekatiku lagi. Kelakuanku membuat nya sakit hati, tanpa diduga dia memohon dan meminta bukti.

Jujur. Jika di bilang aku menyayanginya ? Iya memang, tapi aku tidak tega melihat perempuan itu tersakiti oleh ku. Aku menyampingkan masalah dina minta bukti. Aku meminta banyak pendapat dari teman ku maupun teman putra. Semua sama tidak memperbolehkanku untuk merelakan. Sungguh ini membuat ku bingung. Mereka menyuruhku memisahkannya. Entahlah sebenci apa mereka dengan dina tetapi memang benar dia seseorang yang mengesalkan sangat mengesalkan.

Tetapi, aku mengambil keputusan sebaliknya.. Ya aku merelakannya. Aku merekalan putra bahagia. Aku tidak memberi bukti pasti kepada dina, karna aku tidak ingin menyakiti hatinya.

" Sekarang uda kebukti putra gak sayang aku, aku uda gakuat uda mau ngeudain semuanya "
Pesan singkat dari dina

" Oh tidak itu tidak boleh terjadi " batinku.

Banyak aku memberi saran kepadanya, merayu nya agar tidak memutuskan hubungannya. Banyak aku memberi alasan. Aku membelanya. Jujur mungkin ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Karena diriku sendiripun masih menyayanginya. Tapi aku tidak peduli dengan rasaku. Bahagianya bahagiaku.

" Terus aku harus gimana mbak? Ngelanjutin? "
" Keputusan ada di kamu din. kalo kamu kuat bertahan dan berani terima resiko apapun itu. Kalo capek berhenti dan belajar mengikhlaskan. "
" iyauda bissmillah. "

Ya lega aku membaca pesan terakhirnya, dia masih mempertahankan hubungannya.

Entahlah aku bingung apa yang aku rasakan. Benar benar bimbang. Sekarang bab ku selanjutnya , aku harus bahagia. Karna tuhan adil dalam porsinya. Meskipun belajar merelakan bukan perkara yang mudah.

Pelajaran dari semua masalah yang aku ambil adalah...
Don't need to impose something, because if it in the destiny right to us he will come back with itself.

Tidak perlu memaksakan sesuatu, karena jika itu di takdir kan untuk kita dia akan kembali dengan sendirinya.

Wait is key

Tidak Harus MemilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang