Drabble - 04:35 - 29 Mei 2017

18 3 1
                                    

Malam tiba dengan begitu cepat. Saat rasa dingin mengusir kenangan orang lain akan dunia dan membuat mereka lebih memilih dibalut selimut daripada mimpi-mimpi yang terpendam di bawah kolong tempat tidur, aku bangkit dari aktivitasku di malam hari.

Membuka pintu kayu dan menjelajah luasnya padang rumput yang menghampar di tengah puing-puing kota mati dengan bunga yang terinjak oleh sepatu beberapa orang yang mengetahui tempat penuh rahasia ini.

Sulur-sulur berduri yang merambat, mencengkram beberapa tiang dan benda di sekitarnya membuatku cukup tahu apa yang mereka katakan di balik kebisuan tanpa suara.

"Aku tak ingin ditinggalkan."

Seperti memasuki telingaku, bisikan itu terasa nyata.

Tumbuhan yang sendiri di balik gelapnya malam dan portal kegelapan yang dibatasi oleh kata tanpa makna dalam takjub nirmala.

Aku tak tahu ke mana kaki ini harus memijak lagi sebelum fajar menghantar bangunnya orang-orang di balik tirai kehangatan untuk kembali melanjutkan rutinitas yang sempat tertunda karena kuasa bulan.

Demi apapun, aku tidak ingin malam di balik rahasia ini berakhir hanya karena cahaya oranye yang memecah horizon timur atau teriakan wanita yang membuatku harus bangun.

Sejenak angin bertiup sehingga aku harus memeluk tubuhku sendiri. Lalu aku melihat ke angkasa. Bukan demi melihat bintang, tetapi melihat benda-benda di langit yang tampak seperti planet warna-warni.

Planet yang di tak pernah tampak sedekat ini dari balik portal. Begitu menakjubkan namun menakutkan di saat yang sama. Alih-alih aku berpikir bahwa langit segera jatuh menimpaku.

Tidak aku tidak ingin berakhir sebagai sesuatu yang buruk dan mengacaukan semua yang telah berusaha menjadi baik. Dan kemudian teriakan bagai bombardir menerjang kenangan semu ini menjadi pecahan kecil mimpi yang hanya bisa kuingat seperti sekeping puzzle.

20170529
© YoshikazuFa@ashleyarchoz
Mimpi yang saya dapat saat tidur setelah sahur.

Terai CandrasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang