Drabble - Bintang - 04 Mei 2017

61 6 3
                                    

Di sini aku berdiri sambil mengangkat pedang penuh darah. Membungkam mulut tajam yang sebagai senjata tanpa dosa.

Aku sang dasamuka mendeklarasikan kemenangan di tanah sandiwara dengan tawa yang menggema sejauh angkara.

Kuayunkan pedangku sekali lagi agar menembus delusi dan imaji. Tanganku tak sebanyak mukaku, dengan kedua tangan ini aku tiada bisa menggapai bintangku.

Terlalu dekat untuk kutinggalkan, namun terlalu jauh untuk kugapai.

Bintang itu masih bersinar terang di langit realita beberapa kali aku menganggapnya telah mengulurkan tangan untuk menyanding. Tanpa kusangka dia menamparku. Tamparan yang mencoba menyadarkanku untuk kembali pada dunia nyata.

Tidak tidak tidak. Tidak bisa.

Aku sang dasamuka harus kembali ke dunia yang menganggapku gila?

Tidak akan pernah.

Surya di balik horizon. Tetes alam membasahi wajah kusamku yang menengadah ke langit kelabu.

Hujan hujan datanglah! Basahi jagat ini dengan tangisku! Bukan air mataku. Tapi darahku. Hujam para bintang yang bersinar dengan senyumku.

Matahari.

Apa itu?

Aku harap benda itu meledak dan tak bisa memancarkan sinar bak harapan. Percuma ia berpendar namun tidak satu pun harapan mencapai relung hatiku.

Aku lelah berharap. Berharap pada realita yang menelanku. Satu-satunya tempatku bergantung adalah dunia, dunia yang hanya dalam benakku, pikiranku.

Biarlah omongan mereka menjadi nyata.

Aku gila? Ya. Lebih tepatnya menggila.

Aku dan sama. Tetapi kita berbeda. Banyak perbedaan di antara kita. Dia adalah orang yang menjadi panutan segalanya. Lalu aku? Hanyalah dasamuka.

Tetapi tolong jangan hilangkan kata 'sang' di sebelum dasamuka. Karena itu akan membunuhku sekali lagi.

Aku sang dasamuka mengangkat pedang, menatap bilah yang bersimbah darah yang kugenggam. Kemudian aku tertawa. Bukannya tertawa karena menangnya diriku, tetapi menertawakan diriku yang lemah.

Aku yang terkuat karena aku dasamuka.

Angka sepuluh yang melindungiku.

Namun seiring bertambah dewasa, angka itu akan semakin berkurang.

Dan lagi.

Aku akan sendirian.

Dibunuh sang bintang yang merupakan ilusi sebenarnya.

Dan juga mimpi yang menghadang fajar.

20170504
©YoshikazuFa@ashleyarchoz
vivitriw acceptability AsakimaSaki 09angg ayuu2800 shine_ce dnsqre MichelleSetiawan7

Terai CandrasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang